Home » , » Asuhan kepeawatan anak dengan Hipospadiar

Asuhan kepeawatan anak dengan Hipospadiar

HIPOSPADIA

A.    Definisi
     Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis) (arif Mansjoer, 2000).
     Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum (daerah antra kemaluan dan anus) (Davis Hull, 1994).
     Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

B.    Etiologi
1.    Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial testis.
2.    Embriologi.

C.    Klasifikasi
Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra ekternum yaitu :
1.    Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada pangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya bersifat asimtomatik.
2.    Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skortum.
3.    Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu.

D.    Manifestasi Klinik
1.    Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya ke bawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2.    Pada hipospadia grandular/koronal anak dapat BAK dengan berdiri dengan mengangkat penis ke atas.
3.    Pada hipospadia peniscrotal/perineal anak berkemih dengan jongkok.
4.    Penis akan melengkung ke bawah pada saat ereksi.

E.    Derajat Keparahan
1.    Ditentukan oleh satu posisi meatus uretra: glands, korona, batang penis sambungan dari batang penis dan skrotum, dan perineum.
2.    Lokasinya
3.    Derajat chordee.

F.    Komplikasi
    Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexual tertentu)
    Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK
    Kesukaran saat berhubungan sexual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
     Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1.    Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2.    Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur operasi satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10% .
3.    Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
4.    Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
5.    Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
6.    Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.

G.    Penatalaksanaan
     Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasi penis menjadi lurus dengan meatus uretra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
     Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
     Dikenal banyak tekhnik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:
    Operasi hipospadia satu tahap (ONE STAGE URETHROPLASTY) adalah tehnik operasi sederhana yang sering dapat digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Sambil dilihat di gambar, tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang middle.. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris tidak dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yang bengkok kearah ventral (bawah) dengan dorsal skin hood dan propenil bifid scrotum (saya agak kesulitan mencari istilah awam untuk istilah medis diatas). Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di skrotum atau sisa kulit yang sulit di”tarik” pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra (saluran kencing). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.
    Operasi Hipospadia dua tahap, tahap pertama Operasi pelepasan chordee dan tunnelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing) nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak yang normal), memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral / bawah penis. Tahap selanjutnya (tahap kedua) dilakukan uretroplasti (pembuatan saluran kencing / uretra) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tehnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.








ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
HIPOSPADIA

A.    PENGKAJIAN
    Kaji biodata pasien
    Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,
    Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil
    Kaji keluhan utama
    Kaji skala nyeri (post operasi)

B.    PEMERIKSAAN FISIK
    Inspeksi kelainan letak meatus uretra
    Palpasi adanya distensi kandung kemih.

C.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen dan USG sistem kemih kelamin.

D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
     Pasien pre operasi
    Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
    Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik
    Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga dan klien.
     Pasien post operasi
    Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.
    Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi
    Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
    Perubahan eliminasi urine berhibingan dengan trauma operasi

E.    INTERVENSI
Diagnosa pre operasi
Diagnosa 1 : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan manajemen regimen terapeutik kembali efektif.
NOC    : Family health status
Indicator    :
o    Status imunisasi anggota kelurga
o    Kesehatan fisik anggota keluarga
o    Asupan makanan yang adekuat
o    Tidak adanya kekerasan anggota kelurga
o    Penggunaan perawatan kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Family mobilization
Intervensi    :
o    Jadilah pendengar yang baik untuk anggota keluarga
o    Diskusikan kekuatan kelurga sebagai pendukung
o    Kaji pengaruh budaya keluarga
o    Monitor situasi kelurga
o    Ajarkan perawatan di rumah tentang terapi pasien
o    Kaji efek kebiasaan pasien untuk keluarga
o    Dukung kelurga dalam merencanakan dan melakukan terapi pasien dan perubahan gaya hidup
o    Identifikasi perlindungan yang dapat digunakan kelurga dalam menjaga status kesehatan.

Diagnosa 2 : Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan retensi urin berkurang.
NOC    : Pengawasan urin
Indicator    :
o    Mengatakan keinginan untuk BAK
o    Menentukan pola BAK
o    Mengatakan dapat BAK dengan teratur
o    Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet
o    Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
o    Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
o    Mengesankan kandung kemih secara komplet
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC    : Perawatan retensi urin
Intervensi    :
o    Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin)
o    Menjaga privasi untuk eliminasi
o    Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet
o    Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader (10 menit)
o    Menyediakan perlak di kasur
o    Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan
o    Menganjurkan untuk mencegah konstipasi
o    Monitor intake dan output
o    Monitor distensi kandung kemih dengan papilasi dan perkusi
o    Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.

Diagnosa 3 : Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga dan klien.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan pasien berkurang.
NOC    : Kontrol ansietas
Indicator    :
o    Tingkat kecemasan di batas normal
o    Mengetahui penyebab cemas
o    Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas
o    Informasi untuk mengurangi kecemasan
o    Strategi koping untuk situasi penuh stress
o    Hubungan sosial
o    Tidur adekuat
o    Respon cemas
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC    : Pengurangan cemas
Intervensi    :
o    Ciptakan suasana yang tenang
o    Sediakan informasi dengan memperhatikan diagnosa, tindakan dan prognosadampingi pasien untuk meciptakan suasana aman dan mengurangi ketakutan
o    Dengarkan dengan penuh perhatian
o    Kuatkan kebiasaan yang mendukung
o    Ciptakan hubungan saling percaya
o    Identifikasi perubahan tingkatan kecemasan
o    Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan.

Diagnosa post operasi
Diagnosa 1 : Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kesiapan peningkatan regimen terapeutik baik.
NOC    : Family participation in profesioal care
Indicator    :
o    Ikut serta dalam perencanaan perawatan
o    Ikut serta dalam menyediakan perawatan
o    Menyediakan informasi yang relefan
o    Kolaborasi dalam melakukan latihan
o    Evaluasi keefektifan perawatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC    : Family process maintenance
Intervensi    :
o    Anjurkan kunjungan anggota keluarga jika perlu
o    Bantu keluarga dalam melakukan strategi menormalkan situasi
o    Bantu keluarga menemukan perawatan anak yang tepat
o    Identifikasi kebutuhan perawatan pasien di rumah dan bagaimana pengaruh pada keluarga
o    Buat jadwal aktivitas perawatan pasien di rumah sesuai kondisi
o    Ajarkan keluarga untuk menjaga dan selalu menngawsi perkembangan status kesehatan keluarga.

Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur operasi
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
NOC 1    : Level nyeri
Indicator    :
o    Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)
o    Perubahan vital sign dalam batas normal
o    Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri
NOC 2    : Tingkat kenyamanan
Indicator    :
o    Melaporkan kondisi fisik yang nyeman
o    Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri
NOC 3    : Kontrol nyeri
Indicator    :
o    Mengungkap faktor pencetus nyeri
o    Menggunakan tetapi non farmakologi
o    Dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri
o    Melaporkan nyeri terkontrol
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC 1    : Manajemen nyeri
Intervensi    :
o    Kaji secara komperhensif mengenai lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri
o    Observasi keluhan nonverbal dari ketidaknyamanan
o    Ajarkan teknik nonfarmakologi (ralaksasi)
o    Bantu pasien & keluarga untuk mengontrol nyeri
o    Beri informasi tentang nyeri (penyebab, durasi, prosedur antisipasi nyeri)
NIC 2    : Monitor tanda vital
Intervensi    :
o    Monitor TD, RR, nadi, suhu pasien
o    Monitor keabnormalan pola napas pasien
o    Identifikasi kemungkinan perubahan TTV
o    Monitor toleransi aktivitas pasien
o    Anjurkan untuk menurunkan stress dan banyak istirahat
NIC 3    : Manajemen lingkungan
Intervensi    :
o    Cegah tindakan yang tidak dibutuhkan
o    Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman

Diagnosa 3 : Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi.
NOC 1    : Deteksi resiko
Indicator    :
o    Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko
o    Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi faktor resiko
o    Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk mendapat sumber informasi
NOC 2    : Kontrol resiko
Indicator    :
o    Membenarkan faktor resiko
o    Memonitor faktor resiko dari lingkungan
o    Memonitor perilaku yang dapat meningkatkan faktor resiko
o    Memonitor & mengungkapkan status kesehatan
NOC 3    : Status imun
Indicator    :
o    Tidak menunjukan infeksi berulang
o    Suhu tubuh dalam batas normal
o    Sel darah putih tidak meningkat
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC 1    : Kontrol infeksi
Intervensi    :
o    Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar
o    Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus melaporkan kepada petugas
o    Batasi pengunjung
o    Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien
NIC 2    : Perawtan luka
Intervensi    :
o    Catat karakteristik luka, drainase
o    Bersihkan luka dan ganti balutan dengan teknik steril
o    Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah tindakan
o    Ajarkan pada pasien dan kelurga cara prosedur perawatan luka
NIC 3    : Perlindungan infeksi
Intervensi    :
o    Monitor peningkatan granulossi, sel darah putih
o    Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi.

Diagnosa 4 : Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan trauma operasi
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan retensi urin berkurang.
NOC    : Pengawasan urin
Indicator    :
o    Mengatakan keinginan untuk BAK
o    Menentukan pola BAK
o    Mengatakan dapat BAK dengan teratur
o    Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet
o    Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK
o    Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
o    Mengosongkan kandung kemih secara komplet
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC    : Perawatan retensi urin
Intervensi    :
o    Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin)
o    Menjaga privasi untuk eliminasi
o    Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet
o    Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader (10 menit)
o    Menyediakan perlak di kasur
o    Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan
o    Menganjurkan untuk mencegah konstipasi
o    Monitor intake dan output
o    Monitor distensi kandung kemih dengan papilasi dan perkusi
o    Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.

F.    EVALUASI
Pre operasi     skala
Diagnosa 1
o    Status imunisasi anggota kelurga    5
o    Kesehatan fisik anggota keluarga    4
o    Asupan makanan yang adekuat    5
o    Tidak adanya kekerasan anggota kelurga    5
o    Penggunaan perawatan kesehatan    4

Diagnosa 2
Indicator    :
o    Mengatakan keinginan untuk BAK    4
o    Menentukan pola BAK    4
o    Mengatakan dapat BAK dengan teratur    4
o    Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet    4
o    Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK    4
o    Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK    4
o    Mengesankan kandung kemih secara komplet    4

Diagnosa 3
Indicator    :
o    Tingkat kecemasan di batas normal    4
o    Mengetahui penyebab cemas    4
o    Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas    4
o    Informasi untuk mengurangi kecemasan    4
o    Strategi koping untuk situasi penuh stress    4
o    Hubungan sosial    4
o    Tidur adekuat    4
o    Respon cemas    4


Post operasi
Diagnosa 1
o    Ikut serta dalam perencanaan perawatan    5
o    Ikut serta dalam menyediakan perawatan    5
o    Menyediakan informasi yang relefan    5
o    Kolaborasi dalam melakukan latihan    5
o    Evaluasi keefektifan perawatan    5

Diagnosa 2
Indicator    :
o    Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)    5
o    Perubahan vital sign dalam batas normal    5
(TD 120/80 mmHg; RR 22 x/mt; N 75x/mt; S 36,8ÂșC)
o    Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri    5
o    Melaporkan kondisi fisik yang nyeman    4
o    Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri    4
o    Mengungkap faktor pencetus nyeri    4
o    Menggunakan tetapi non farmakologi    4
o    Dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri    4
o    Melaporkan nyeri terkontrol    4

Diagnosa 3
Indicator    :
o    Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko    4
o    Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi faktor resiko    4
o    Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk mendapat sumber informasi    4
o    Membenarkan faktor resiko    4
o    Memonitor faktor resiko dari lingkungan    4
o    Memonitor perilaku yang dapat meningkatkan faktor resiko    4
o    Memonitor & mengungkapkan status kesehatan    4
o    Tidak menunjukan infeksi berulang    4
o    Suhu tubuh dalam batas normal    4
o    Sel darah putih tidak meningkat    4

Diagnosa 4
Indicator    :
o    Mengatakan keinginan untuk BAK    4
o    Menentukan pola BAK    4
o    Mengatakan dapat BAK dengan teratur    4
o    Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet    4
o    Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK    4
o    Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK    4
o    Mengosongkan kandung kemih secara komplet    4





















DAFTAR PUSTAKA

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama
Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika
http://photos1.blogger.com/blogger/4603/1833/1600/op.jpg
Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika
Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby
    McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku