A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat dan eksudat (Lab / UPF Ilmu Penyakit paru RSUD. Dr. Soetomo).
2. Efusi pleura adalah terdapatnya penimbunan yang abnormal dari cairan dalam rongga pleura (Hood Alsagaff, WBM Tain Saleh).
3. Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapitas Selekta Kedokteran , FKUI).
2. ETIOLOGI
1. Efusi dapat berupa eksudat dan transudat.
1. Neoplasma, seperti eksudat dan transudat.
2. Cardiovaskuler, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatits, asites.
4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakteri dan parasit.
2. Penyebab terbanyak adalah keradangan jaringan paru yang meluas ke pleura sekitarnya, misalnya bronkopneumonia, TB paru dan sebagainya. Pneumonia yang memberi penyulit disebut pleuropneumonia.
3. Pembagian efusi pleura :
1. Transudat
- Cairan ekstra seluler
- Berat jenis 1,015
- Protein < 3 gr/ 100cc
- Kadar LDH < 200/lm
- Rivalta (-)
2. Eksudat
- Cairan dalam cavum pleura
- Berat jenis 1,015
- Protein > 3 gr/ 100cc
- Kadar LDH >200/lm
- Rivalta (+)
3. PATOFISIOLOGI
4. GEJALA KLINIS
1. Sesak nafas merupakan gejala utama, kadang-kadang disertai perasaan tidak enak di dada. Bila cairan pleura sedikit, maka tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan klinik, tetapi di deteksi dengan radio grafi.
2. Kadang disertai nyeri pleura atau batuk non produktif.
3. Hipertermia.
4. Nyeri dada setempat.
5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.
2. Bila sesak nafasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses keganasan.
3. Efusi berbentuk kantong (pocketed) pada fisura interlobaris.
4. Efusi pleura unilateral seringkali karena adanya infeksi pada jaringan paru sebelumnya.
5. Efusi pleura bilateral kemungkinan karena gagal jantung, hipotermia, dan emboli paru.
6. Pada perkusi suara ketok terdengar redup sesuai dengan luarnya efusi.
7. Pada auskultasi suara nafas berkurang atas menghilang.
8. Resonansi vokal berkurang.
6. DIAGNOSIS
1. BANDING
Konsolidasi paru karena pneumonia.
Neoplasma dengan kelops paru.
Pneumothoraks.
Fibrosis pleura.
2. KLINIS
300 cc tanda-tanda fisik tidak ada.
500 cc pergerakan dada menurun, fremitus suara, suara nafas menurun.
1000 cc dada cembung timbul.
2000 cc suara nafas menurun, mediastinum terdorong.
3. RADIOLOGIS
dari 300 cc tidak tampak.
Bila cairan masih sedikit lebih jelas dengan lateral decubitus.
4. LABORATORIUM : analisa cairan pleura
a. Makroskopis.
Aspirasi cairan dan biopsi dapat di pergunakan untuk mendiagnosa penyakit sebagai bahan biakan.
Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan torakoskopi untuk membantu diagnosis dilihat dengan mata normal / telanjang, efusi normal berwarna jernih.
b. Mikroskopis.
- Cairan pleura dapat dipakai untuk pemeriksaan sitologi dan hitung jenis efusi yang banyak mengandung sel darah merah kemungkinan karena keganasan atau infark paru.
5. PATOLOGIS ANATOMIS
- Didapatkan dari biopsi pleura dan cairan pleura.
7. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan kausal : di tujukan pada penyakit primernya.
2. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi sesak nafas dan discomfort.
3. Memasukkan kemoterapi intra pleura untuk keganasan.
4. Apabila cairan sudah kental dan terdapat nanah maka dilakukan tindakan WSD
5. Pemberian steroid di tambah dengan anti tuberkulosi dapat menyerap efusi pleura yang disebabkan oleh TB paru secara tepat dan mengurangi fibrosis.
8. PROGNOSIS
- Biasanya sembuh setelah di beri pengobatan adekuat terhadap penyakit dasar.
- Empiema mungkin timbul akibat paru seperti pneumonia.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Merupakan tindakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam upaya memperbaiki / memelihara klien sampai ke tahap optimal sampai ketahap optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal klien dalam memenuhi kebutuhannya.
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, No. register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama.
Biasanya klien sesak nafas, nyeri dada, dan batuk
3. Riwayat penyakit sekarang.
Adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, sesak napas, batuk ada sekret, hipertermi dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya klien mempunyai penyakit paru, gagal jantung, empiema thorasis, dan kegagalan pernafasan.
5. Riwayat penyakit keluarga.
Keluarga mempunyai penyakit yang menurun yaitu tuberkulosis paru, kegagalan jantung congestive.
6. Pola-pola fungsi kesehatan.
a. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya terjadi keterabatasan aktiuvitas karena sesak.
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, kebiasaan berolah raga.
c. Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
d. Pola eliminasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Biasnya klien mengalami gangguan pola istirahat.
f. Pola sensori dan kognitif
Biasanya klien tidak mengalami gangguan panca indera
g. Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
h. Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah.
7. Pemeriksaan fisik.
- Inspeksi :
- Bila sesak napasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses keganasan.
- Efusi berbentuk kantong.
- Efusi berada diatas diafragma.
- Palpasi :
- Nyeri tekan abdomen.
- Perkusi :
- Suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusi.
- Auskultasi :
- Suara napas berkurang atau menghilang.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks.
2. USG dan CT scan penting dalam mengetahui lokasi cairan untuk tujuan fungsi terutama untuk cairan yang terdapat pada beberapa tempat.
3. Analisa cairan pleura.
- Transudat : jernih kekuningan.
- Kilothorax : putih seperti susu.
- Empiema : kental dan keruh.
- Hemathorax : darah.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan denagn akumulasi cairan pleura.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pemasangan slang dada (WSD).
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengann adanya tindakan invasif.
4. Ansietas berhubungan dengan sesak napas, takut menderita atau takut serangan berulang.
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan keterbatasan kognitif.
III. PERENCANAAN
Diagnosa ke 1
Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan akumulasi cairan pleura.
Tujuan : pola nafas kembali efektif dan normal.
Kriteria hasil :
- Pola nafas kembali normal.
- Tidak ada tanda sesak nafas
- Tidak ada gejala sianosis.
- Gas darah arteri dalam batas normal
Intervensi :
1. Auskultasi jalan nafas.
R/ : bunyi nafas dapat menurun dan memberikan data evaluasi perbaikan pada efusi pelura.
2. Evaluasi fungsi pernafasan dan catat kecepatan pernafasan dan perubahan tanda-tanda vital.
R/ : distres pernafasan dan perubahan dapat terjadi akibat stress fisiologis dan nyeri.
3. Kaji klien adanya area nyeri tekan bila batuk / nafas dalam.
R/ : Bantuan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif atau mengurangi trauma.
4. Pertahankan posisi nyaman dengan peninggian kepala tempat tidur, balik ke sisi yang sakit dan dianjurkan untuk duduk.
R/ : Meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sakit.
5. Posisikan sistem drainase slang WSD untuk fungsi optimal dan catat karakter atau jumlah cairan.
R/ : Posisi tidak tepat, terlipat pada siang akan mengubah tekanan negatif dan mencegah terjadi komplikasi
6. Observasi tanda-tanda vital.
R/ : Untuk mengetahui perkembangan klien.
7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.
R/ : Menentukan pemberian terapi yang tepat pada klien.
IV. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang disusn pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapau atau tidak, untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arief Mansyur, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, jilid I, edisi 3, Balai penerbit buku FKUI, Jakarta.
2. Alsagaff Hood. Prof, dr, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.
3. Doenges, Marilynn E, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Engran Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, 1994, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
6. Noer, Sjaifoellah. M. H 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi 3, Balai penerbit buku FKUI, Jakarta.
7. Rab Tagrani Dr. H. 1996, Ilmu Penyakit Paru, edisi II.
1 komentar:
.'Tanks....Sngat mMbntu Dlam Lporan'nku...
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih