ANALISA PROSES KEPERAWATAN JIWA



ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial Klien
Interaksi ke
Lingkungan
Deskripsi pasien
Tujuan komunikasi
: I Made Eka Santosa
: 26 Maret 1999
: Pkl. 16.30 - 16.50 WIB (20  Menit)
: Ruang Cendrawasih RSJP Jakarta
: Tn.O.T.B.
: I (Fase Perkenalan)
: Meja makan,  berhadapan dengan klien, suasana tenang
: Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok puntung, menunduk. 
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya

KOMUNIKASI VERBAL
KOMUNIKASI NON VERBAL
ANALISA BERPUSAT PADA PERAWAT
ANALISA BERPUSAT PADA KLIEN
RASIONAL
P : Selamat sore Pak, boleh saya duduk di sebelah Bapak ?



K : Sore, silahkan.
P: Memandang K dan tersenyum
K: Ekpresi datar



K: Ekpresi datar
P: Memandang K
P : Ingin membuka percakapan dengan klien dan berharap dengan sapaan sederhana P bisa diterima oleh K.

P merasa senang ada tanggapan atas salam walaupun belum diekpresikan secara tulus
K masih ragu terhadap orang baru yang masuk ke lingkungannya


K ragu terhadap orang baru
Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya.
P : Wah, suasana sore ini sejuk sekali ya Pak


K : (diam)
P : Memandang ke halaman sambil melirik K
K : Ikut melihat ke halaman lalu menghisap rokoknya dan menunduk lagi
P ingin memulai percakapan dengan topik ringan sebelum masuk ke kondisi K
K memberikan respon sepintas dan menunjukkan perhatian cukup terhadap P
Topik ringan akan memudahkan interaksi lebih lanjut
P : Oh ya, perkenalkan saya Made, saya mahasiswa praktek disini yang akan merawat Bapak.
K : (diam)
P : Memandang K sambil menjulurkan tangan ke K
K : Mengalihkan rokok ke tangan kiri lalu tanpa memandang P menerima uluran tangan P

P merasa bahwa K harus diberikan penjelasan tentang kedatangan P
K masih memberikan tanggapan secara ragu-ragu
Memperkenalkan diri dapat menciptakan rasa percaya klien terhadap perawat
P : Nama Bapak siapa ?




K : Ong. Ong Tian Bian.
P : Masih menjabat tangan pasien dan mendekatkan diri ke-K
K : Menoleh sebentar

K : Menyebut nama dengan menunduk dan menarik tangannya
P ingin tahu nama pasien




P merasa pasien enggan berkenalan
K ragu-ragu




K merasa perkenalan hanya formalitas belaka
Mengenal nama pasien akan memudahkan interaksi
P : Bapak senangnya dipanggil dengan nama apa

K : Ong.
P : Memandang K
K : Menoleh ke halaman

K : Melihat ke arah P dan menjawab singkat lalu menunduk lagi
P ingin menjalin kedekatan dengan pasien

P senang walaupun jawaban singkat
K mencoba mengingat nama yang disukainya

K mulai tertarik dengan perkenalan dengan P

Nama panggilan merupakan nama akrab klien sehingga menciptakan rasa senang akan adanya pengakuan atas namanya
P : Wah, kedengarannya enak kalau saya manggil Pak Ong


K : Iya
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menunduk

K : Menoleh ke P
P : Memperhatikan K

P mencoba mengakrabkan suasana


P merasa pertanyaan mendapatkan respon
K berpikir sejenak, mengngingat nama yang disukainya


K mulai merasa bahwa P datang untuk membantu K

Pujian berguna untuk mendekatkan perawat menjalin hubungan therapeutik dengan klien
P : Bapak asalnya dari mana Pak Ong?


K : Salatiga, Jawa Tengah
P : Memandang K
K : Menunduk dan berpikir


K : Menoleh ke P dan tersenyum lalu menunduk lagi
P : Memperhatikan K

P masih berusaha membangun keakraban dengan topik sederhana

P senang karena K memberi respon

K berpikir dan mengingat-ingat



K senang karena ingat daerah asalnya dan kembali membayangkan daerah asalnya tersebut
Topik sederhana membantu menjalin kedekatan dengan klien
P : Wah, jauh juga ya. Bapak Ong sudah berapa lama disini?




K : Lama! Dua puluh tahun.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menghisap rokok dan melemparkannya karena sudah habis

K : Bicara tanpa menoleh P
P : Memandang K
P mulai mengkaji data umum pasien




P khawatir kalau pertanyaan membuat K tersinggung
K berpikir dan berusaha mengingat




K membayangkan keadaan yang telah lama dijalaninya
Lama rawat menentukan apakah klien kronis atau akut
P : Sejak tahun berapa Bapak disini ?


K : Yach, delapan puluh tiga



P : Menunjukkan perhatian
K : Menunduk sambil memandang kakinya

K : Masih menunduk
P : Memperhatikan
P berharap dapat memperoleh data lama rawat secara lebih pasti sambil mengkaji daya ingat pasien
P senang karena mendapat respon dari K
K berusaha mengingat



K menjawab dengan sekedarnya
Daya ingat pasien dapat dikaji dengan menanyakan data-data pasien yang sederhana
P : Sekarang Bapak Ong umurnya berapa?


K : Em…56 tahun
P : Mendekatkan diri ke K
K : Menoleh ke halaman dan terdiam beberapa lama

K : Menoleh P sebentar lalu menunduk lagi
P : Tersenyum
P mengkaji daya ingat K



P merasa arah pertanyaan sudah dapat dijawab jelas oleh K
K berusaha mengingat-ingat



K menjawab sesuai dengan daya ingat yang dimilikinya
Umur mempengaruhi daya ingat klien
P : Pak Ong ingat nggak, kenapa pak Ong dirawat disini

K : Saraf, sakit saraf. ECT, ini di ECT.
P : Menunjukkan keseriusan
K : Menunduk

K : Menoleh ke P dan menepuk-nepuk kepalanya
P berhati-hati karena pertanyaan tsb sangat spesifik dan takut menyinggung pasien
P lega karena K tidak tersinggung

K mengingat-ingat


K menjawab ragu-ragu
Keluhan utama merupakan dasar pasien dirawat di RS Jiwa
P : Pak Ong pernah ngamuk?


K : Nggak, nggak, saya suka ngelamun. Enak sendirian. Kakak saya sudah meninggal tapi hidup lagi. Itu dia !!
P : Bertanya pelahan
K : Menunduk

K : Menoleh ke halaman lalu menunjuk-nunjuk
P : Memperhatikan respon pasien
P mengkaji lebih jauh alasan pasien dirawat

P kaget, dan sadar kalau pasien mengalami halusinasi lihat
K mengingat-ingat


K mengalami halusinasi lihat

Halusinasi dapat terjadi kapan saja karena adanya stimulus tertentu
P : -


K : Kakak saya orangnya sukses, sayang mati, anak saya tujuh belas semuanya di Jerman.
P : Masih kaget
K : Memandang ke halaman

K : Menunjuk ke halaman dan nyerocos
P : Memperhatikan
P mendiamkan karena belum menemukan pertanyaan yang tepat untuk K
P menemukan adanya flight of ideas dan berpikir tentang faktor penyebab
K melihat kakaknya dan mencoba menceritakannya pada P

K teringat kondisi keluarganya
Dengan diam therapeutik, klien merasa didengarkan dan bercerita tentang keadaannya
P : Bapak Ong sudah berkeluarga?

K : Anak saya di Jerman dan di Peking. Saya profesor, ngajar di UI, bolak-balik dari Bandung ke Jerman.
P : Mendekatkan diri
K : Memandang kosong ke halaman
K : Menunduk sambil nyerocos
P : Memperhatikan
P berusaha mengkaji data yang terkait kata-katanya tadi

P menemukan adanya kemungkinan waham kebesaran pada pasien
K membayangkan keadaan keluarganya

K menikmati waham yang dirasakannya
Waham kemungkinan terjadi karena menarik diri
P : -



K : Keadaan diluar perang, Ong pusing mikirin biaya anak-anak, pada kuliah.
P : Memperhatikan
K : Menunduk


K : Berbisik pada P dengan nada sedih
P : Mendengarkan dengan serius
P mendiamkan dengan harapan pasien akan lebih terbuka tetang dirinya

P menemukan adanya fligt of ideas
K membayangkan ank-anaknya



K sedih tentang anaknya
Diam therapeutik akan membantu pasien mengungkapkan perasaannya pada perawat
P : Pak Ong, kegiatan bapak sehari-hari ngapain saja Pak ?

K : Mandi, makan ehm…ya itu.
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh P

K : Menggaruk-garuk kepalanya
P : Memperhatikan respon K
P mencoba mengalihkan pembicaraan terkait waham

P merasa senang karena pasien bisa beralih
K teralih karena pertanyaan baru


K bingung tentang yang dilakukannya sehari-hari
Pengalihan agar klien tidak larut dalam waham dan halusinasinya
P : Kemudian?


K : Baca-baca buku. Saya kan profesor.
P : Menekankan pertanyaan
K : Menunduk

K : Menoleh P
P : Memperhatikan
P mencoba menggali data lebih dalam

P menemukan lagi adanya kemungkinan waham
K mengingat-ingat


K merasa dirinya harus rajin belajar
Tehnik ekplorasi berguna untuk mendapatkan lebih banyak data terkait masalah klien
P : Bapak Ong betah tinggal di sini?Suasananya enak ya!

K : Betah.
P : Melihat halaman
K : menunduk

K : Ikut melihat halaman
P : memperhatikan
P mengalihkan perhatian K dari waham

P senang karena dapat mengalihkan perhatian pasien
K masih terbawa oleh waham


K berusaha menjawab sekenanya
Pengalihan agar pasien tidak larut pada waham dan halusinasinya pada fase interaksi ini
P : Tentunya keluarga Bapak Ong suka menjenguk kesini.


K : Sebulan sekali.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menoleh P

K : Menunduk lagi
P : Memperhatikan respon K

P ingin mengkaji keterlibatan keluarga terhadap perawatan K


P senang mendapatkan jawaban K
K berusaha mengingat keluarganya


K ingat terhadap keluarganya
Keluarga merupakan support sistem bagi klien sehingga harus dikaji keterlibatannya
P : Kalau Pak Ong suka pulang juga ya?

K : Ya, sebulan sekali juga
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menoleh P dan tersenyum
P : Memperhatikan
P mengkaji hubungan K dengan keluarganya

P senang mendapatkan jawaban sesuai pertanyaan
K mengingat hubungannya dengan keluarga

K senang membayangkan pulang
Berada di lingkungan keluarga akan membuat klien melihat realitas menyenangkan atau malahan stressor
P : Kalau di rumah, ngapain aja Pak Ong



K : Yah, tidur dan baca-baca buku penelitian. Profesor harus banyak baca.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menoleh P lalu melihat ke halaman

K : Memandang P
P : Memperhatikan respon K
P berusaha mengkaji aktivitas K di rumah



P menemukan pengulangan terhadap waham pada K
K mengingat aktivitasnya di rumah



K menikmati waham yang dialaminya
Aktivitas di rumah merupakan data pantas tidaknya pasien dilibatkan dalam keluarga
P : Suka ngobrol nggak dengan keluarga

K : Enakan diem, soalnya mengganggu saya baca buku
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menunduk
P : Memperhatikan
P mengkaji peran keluarga terhadap K

P mendapatkan data menarik diri pada K
K mengingat aktivitasnya di rumah

K menganggap ngobrol mengganggu wahamnya
Menarik diri membuat K asyik dengan dunianya sendiri
P : Bagaimana perasaan Pak Ong sekarang?

K : Saraf, sakit saraf. Kakak saya hidup lagi, itu dia.

P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menggaruk-garuk kepala
P : Memperhatikan
P mengalihkan topik bahasan


P bingung harus ngobrol tentang apa lagi
K bingung dengan pertanyaan yang diberikan

K menjawab tentang keadaannya
Pengalihan agar K tidak larut dengan wahamnya
P : -


K : Dia sukses.
P : Memandang halaman
K : Ikut memandang halaman

K : Menunjuk ke halaman
P : Kaget dan memperhatikan respon K

P memikirkan topik lain yang terkait

P kaget karena kembali menemukan adanya halusinasi pada K
K merenungkan keadaannya


K menikmati halusinasi lihatnya

Diam berguna untuk memikirkan interaksi selanjutnya
P : Pak Ong, kita tadi sudah berkenalan, masih inget nggak nama saya?

K : Made
P : Memandang K
K : Menoleh


K : Memandang P dan tersenyum
P : Memperhatikan

P ingin mengakhiri fase I karena sudah cukup banyak data yang terkaji

P senang karena K ingat nama P
K memperhatikan P



K mengingat-ingat nama P
Evaluasi fase I berhasil jika K dapat mengingat nama P sehingga nantinya terjalin trust
P : Nah, saya senang sekali bisa ngobrol dengan pak Ong. Bagaimana kalau selesai makan kita ngobrol lagi? Sebentar saja kok, yach cukup 20 menit saja.

K : Boleh
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh dan tersenyum




K : Tersenyum
P : Tersenyum

P memberikan reinforcement pada K




P senang karena K mau menentukan kontrak berikutnya
K senang diberikan reinforcement




K ikut menentukan kontrak
Kontrak berikutnya harus ditentukan dan harus mendapatkan persetujuan klien agar klien ingat terhadap kontrak
P : Nah kalau Pak Ong setuju, nanti kita ngobrol tentang perasaan Pak Ong terhadap keluarga Pak Ong. Sekalian saya periksa tekanan darahnya ya.

K : Ya, ya….
P : Memandang K
K : Menunduk




K : Mengangguk
P : Tersenyum


P menentukan topik dan aktivitas pada kontrak berikutnya




P senang karena K setuju dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
K memikirkan tentang kegiatan yang ditawarkan




K setuju tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mendapat persetujuan K sehingga bila K keluar dari kegiatan dimaksud, bisa diingatkan tentang batasan kegiatan sesuai kontrak
P : Terimakasih atas kesediaan Pak Ong ngobrol dengan saya, selamat sore

K : Sore.
P : Menepuk bahu K dan mengulurkan jabat tangan
K : Menoleh, menjabat tangan P

K : Tersenyum lalu menunduk
P : Tersenyum

P menutup fase I



P senang karena K mau berinteraksi dengan P
K menunjukkan rasa percaya pada P


K menyambut salam P
Salam penutup merupakan akhir fase yang harus dilakukan untuk mencegah tidak percaya pada klien


KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun sering terganggu dengan halusinasinya. Data yang tergali adalah data mengenai harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak efektif, koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan ideal diri yang tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.



PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


RUANG RAWAT : R. Cendrawasih RSJP Jakarta          TANGGAL DIRAWAT : 26 Maret 1999

I.                   IDENTITAS KLIEN

Initial                           : Tn. O. T. B.
Umur                           : 56 Tahun
Informan                     : Klien sendiri
Tanggal Pengkajian     : 26 Maret 1999
RM No                                    : -

II.                ALASAN MASUK

Klien mengatakan karena sakit saraf

III.             FAKTOR PREDISPOSISI

1.      Tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak tahun 1983
2.      Pengobatan sebelumnya  tidak berhasil
3.      Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal tidak ada
4.      Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : belum terkaji
5.      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : belum terkaji

IV.              FISIK

1.      Tanda vital : TD 130/90 mmHg, N 84 x/menit, S 36,9 C, P 16 x/menit
2.      Ukur : TB/BB belum terkaji
3.      Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan : -

V.                 PSIKOSOSIAL

1.      Genogram : belum terkaji
2.      Konsep diri
a.       Gambaran diri : Klien mengatakan puas terhadap tubuhnya
b.      Identitas : Tidak ada gangguan identitas
c.       Peran : Klien tidak tahu perannya sebagai apa.
d.      Ideal diri : Klien bercita-cita menjadi profesor, sehingga merasa harus rajin baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal tidak)
e.       Harga diri : Klien mengatakan kakaknya sukses.
Masalah keperawatan :
-          Ideal diri terlalu tinggi
-          Harga diri rendah

3.      Hubungan sosial
a.       Orang yang berarti : Belum terkaji
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Belum terkaji
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau ngobrol dengan sesama pasien atau dengan perawat, suka menyendiri.
Masalah keperawatan :
- Isolasi sosial : Menarik Diri


4.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan : Belum terkaji
b.      Kegiatan Ibadah : Belum terkaji

VI.              STATUS MENTAL

1.      Penampilan : kurang rapi
Pasien berpakaian seadanya, celana bolong-bolong bekas rokok, kantung baju coklat bekas tembakau yang berbau
Masalah Keperawatan : Resiko kurangnya perawatan diri
2.      Pembicaraan : Gagap, inkoheren
Pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan terputus-putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan
Masalah Keperawatan : Gangguan pola komunikasi verbal
3.      Aktivitas motorik : lemah dan lesu
Saat wawancara, pasien sedang duduk termenung dan memandang di kejauhan serta terlihat loyo
Masalah Keperawatan : Kelemahan aktivitas
4.      Alam perasaan : sedih
Ekpresi wajah pasien nampak sedih saat wawancara
Masalah Keperawatan : Depresi
5.      Afek : Datar
Afek pasien selama wawancara tidak terdapat perubahan yang berarti, terkesan hambar
Masalah Keperawatan : Menarik diri
6.      Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang
Selama wawancara, pasien lebih banyak menunduk dan menjawab pertanyaan dengan tidak melihat perawat
7.      Persepsi : Halusinasi
Pasien mengatakan ia sering melihat kakaknya yang sudah mati tapi hidup kembali dan lalu mereka ngobrol
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
8.      Proses pikir : Flight of Ideas, Persevarasi
Pembicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama lain, klien sering mengulang pernyataan bahwa kakaknya hidup kembali
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi Sensori
9.      Isi pikir : Waham kebesaran
Pasien mengaku dirinya sudah menjadi profesor dan guru besar di UI, ia juga mengatakan bahwa situasi di dunia sudah perang semua
Masalah Keperawatan : Gangguan Orintasi Realitas : Waham Kebesaran
10.  Tingkat kesadaran : CM, disorientasi waktu tempat dan orang tidak ada
Selama wawancara, pasien tampak sadar
Masalah Keperawatan : -
11.  Memori : Ada gangguan daya ingat jangka panjang
Saat pasien diminta menyebutkan peristiwa di masa lalu, pasien tampak bingung
Masalah Keperawan : Demensia
12.  Tingkat konsetrasi dan berhitung : Mudah beralih, mampu berhitung sederhana
Sering saat wawancara klien menoleh ke satu arah, dan klien lupa pertanyaan yang telah diberikan kepadanya
Masalah Keperawatan : Halusinasi lihat
13.  Kemampuan penilaian : Belum terkaji
14.  Daya tilik diri : Belum terkaji

VII.           KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1.      Makan : bantuan minimal
2.      BAB/BAK : bantuan minimal
3.      Mandi : bantuan minimal
4.      Berpakaian/berhias : bantuan minimal
5.      Istirahat dan tidur : tidak teratur, kegiatan sebelum tidur yaitu melamun
6.      Penggunaan obat : bantuan minimal
7.      Pemeliharaan kesehatan : belum terkaji
8.      Kegiatan dalam rumah : hanya berdiam diri saja
9.      Kegiatan di luar rumah : tidak ada
Masalah keperawatan : Koping keluarga kurang efektif

VIII.        MEKANISME KOPING

Menghindari masalah, dan suka menyendiri
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

IX.              MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1.      Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok : klien jarang bergaul dengan sesama pasien, lebih senang menyendiri dan melamun
2.      Masalah berhubungan dengan lingkungan : teman-teman klien sesama pasien malas ngobrol dengan klien
3.      Masalah berhubungan dengan pendidikan : klien mengatakan ia kuliah di berbagai negara sehingga ia layak disebut profesor
4.      Masalah berhubungan dengan pekerjaan : belum terkaji
5.      Masalah berhubungan dengan perumahan : belum terkaji
6.      Masalah berhubungan dengan ekonomi : belum terkaji
7.      Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan : belum terkaji
Masalah keperawatan :
-          Isolasi sosial : menarik diri
-          Waham kebesaran

X.                 PENGETAHUAN KURANG TENTANG

1.      Penyakit jiwa
2.      Koping
3.      Sistem pendukung
4.      Faktor presipitasi
Masalah keperawatan :
-          Kurang pengetahuan

XI.              ASPEK MEDIS

1.      Diagnosa Medis : belum terkaji
2.      Therapi Medik : belum terkaji

XII.           DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri : harga diri rendah
2.      Isolasi sosial : menarik diri
3.      Gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat
4.      Gangguan konsep diri : Ideal diri terlalu tinggi
5.      Kurang pengetahuan
6.      Gangguan orientasi realitas : Waham kebesaran
7.      Koping individu tidak efektif
8.      Koping keluarga tidak efektif
9.      Gangguan komunikasi verbal
10.  Resiko kurangnya perawatan diri

Pohon Masalah

RESIKO PRILAKU KEKERASAN


                                                RESIKO KURANGNYA PERAWATAN DIRI



HALUSINASI LIHAT                      GGN. KOM. VERBAL         WAHAM





MENARIK DIRI                              

Core Problem

 



HARGA DIRI RENDAH : Kronis                            KOPING IND. TDK., EFEKTIF


KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF


IDEAL DIRI TINGGI

KURANG PENGETAHUAN



XIII.        DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri: harga diri rendah kronis berhubungan dengan ideal diri tinggi
2.      Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.      Perubahan  persepsi sensori : halusinasi lihat berhubungan dengan menarik diri
4.      Resiko prilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
5.      Resiko kurangnya perawatan diri berhubungan dengan menarik diri
6.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri
7.      Waham : Kebesaran berhubungan dengan menarik diri
8.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah
9.      Gangguan harga diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif
10.  Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan


RSJP Jakarta, 26 Maret 1999
Mahasiswa Program B-Ektensi 1997


ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial Klien
Interaksi ke
Lingkungan
Deskripsi pasien
Tujuan komunikasi

: I Made Eka Santosa
: 1 April 1999
: Pkl. 16.00 - 16.20 WIB (20  Menit)
: Ruang Cendrawasih RSJP Jakarta
: Tn.O.T.B.
: II (Fase Kerja)
: Meja makan,  berhadapan dengan klien, suasana tenang
: Penampilan kurang rapi, pasien merokok, menunduk. 
: 1. Klien dapat menyebutkan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan

KOMUNIKASI VERBAL
KOMUNIKASI NON VERBAL
ANALISA BERPUSAT PADA PERAWAT
ANALISA BERPUSAT PADA KLIEN
RASIONAL
P : Selamat sore Pak Ong, masih ingat dengan saya ?


K : Sore, ingat! Muchlis kan!
P: Memandang K dan tersenyum
K: Ekpresi datar


K: Ekpresi datar
P: Memandang K
P : Ingin membuka percakapan dengan klien dan berharap K ingat pada P

P merasa kecewa karena K tidak ingat pada P
K mencoba mengingat-ingat P



K mengira P temannya
Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya. Mencoba mengingatkan pasien pada perawat merupakan upaya untuk mengetahui daya ingat pasien.
P : Wah, Bapak Ong lupa ya? Nama saya Made, saya yang minggu lalu ngobrol dengan Bapak!

K : (diam)
P : Menepuk bahu K, touching hand.
K : Memandang P lama
P berusaha mengingatkan K
K masih mencoba mengingat-ingat P
Touching hand berguna menjalin rasa aman klien
P : Ini nama saya, bisa baca kan? Nah, nama saya siapa?


K : Made !!
P : Menunjukkan papan nama pada K
K : Mengeja nama P

K : Tersenyum dan menepuk kepalanya
P : Tersenyum

P merasa bahwa K harus diberikan petunjuk untuk mengingat P

P senang karena K masih ingat pada P walaupun masih samar-samar
K ingat nama P melalui bantuan papan nama


K merasa senang karena bisa mengingat P
Alat bantu untuk mengingat diperlukan pada pasien yang sudah mengalami demensia
P : Nah, Bapak ingat nggak saya ini siapa?


K : Made, pak mantri !
P : Memandang P dan tersenyum
K : Memandang P lalu menunduk

K : Memandang P dan menyalami P
K : Menjabat tangan K
P ingin lebih meyakinkan K apakah K masih ingat pada P


P merasa senang karena K berhasil mengingat P
K mulai ingat peristiwa minggu lalu


K senang karena ingat pada P
Dengan klien mengenal perawat maka akan memudahkan proses interaksi
P : Pak Ong, seperti yang janji kita minggu lalu, sekarang kita ngobrol tentang Bapak. Bapak bersedia ngobrol dengan saya?

K : Ya, bersedia.
P : Memandang K
K : Menunduk



K : Melihat ke arah P dan menjawab singkat lalu menunduk lagi
P : Memandang K
P mengingatkan kontrak dengan K



P senang walaupun jawaban singkat dan respon K belum menunjukkan ketertarikan
K mencoba mengingat kontrak yang sudah disepakati



K tertarik untuk ngobrol dengan P

Setiap interaksi harus berdasarkan kontrak yang telah dibuat dan klien selalu harus diingatkan pada kontak yang telah disepakati untuk memudahkan serta mengarahkan proses interaksi
P : Pak Ong, bagaimana keadaan bapak sekarang ?


K : Pusing-pusing, kepala Ong kambuh!
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menunduk

K : Menoleh ke P dan menepuk-nepuk kepalanya
P : Memperhatikan K

P mencoba memberikan perhatian pada keadaan K


P bertanya-tanya tentang apa yang dirasakan oleh K
K mulai merasa bahwa P datang untuk membantu K


K mencoba menggambarkan pada P tentang keadaannya sekarang
Perhatian pada keadaan klien dapat meningkatkan rasa percaya klien kepada perawat
P : Pusing-pusingnya karena apa Pak Ong?


K : Saraf-saraf, bingung mikirin duit buat anak-anak.
P : Memandang K
K : Menunduk dan berpikir


K : Menoleh ke P menghisap rokoknya
P : Memperhatikan K

P berusaha menggali keluhan K



P menemukan data adanya flight of ideas

K berpikir dan mengingat-ingat



K berpikir tentang perannya sebagai orangtua
Tehnik ekplorasi digunakan untuk menggali data lebih jauh tentang keadaan klien
P : Nah kalau sudah pusing begitu, apa yang biasanya pak Ong lakukan?



K : Yach, diam saja.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menghisap rokok dan melemparkannya karena sudah habis

K : Bicara tanpa menoleh P
P : Memandang K
P mulai mengkaji kebiasaan klien dalam menghadapi masalah




P berpikir apa kira-kira yang bisa dilakukan klien selain diam
K berpikir dan berusaha mengingat




K membayangkan kebiasaannya bila mulai “pusing”
Ekplorasi ditujukan untuk menggali aspek positif klien
P : Kalau diam pusingnya hilang?


K : Nggak?



P : Menunjukkan perhatian
K : Menunduk sambil memandang kakinya

K : Masih menunduk
P : Memperhatikan
P berharap K dapat mengidentifikasi cara mengatasi masalah pada K

P senang karena mendapat data sebagai dasar untuk menggali aspek positif klien
K berusaha mengingat



K menjawab dengan sekedarnya
Pertanyaan menggali untuk menemukan data dari klien
P : Kira-kira apa lagi yang bisa menghilangkan pusingnya pak Ong?


K : Jalan-jalan.
P : Memandang K dan tersenyum
K : Menoleh ke halaman dan terdiam beberapa lama

K : Menoleh P sebentar lalu menunduk lagi
P : Tersenyum
P mengkaji aspek positif pemecahan masalah klien



P mendapat data koping pada K
K berusaha mengingat-ingat kebiasaannya



K menjawab sesuai dengan daya ingat yang dimilikinya
Kegiatan yang jarang dilakukan biasanya lama diingat oleh klien
P : Bagus kalau begitu! Nah, jalan-jalannya kemana saja?

K : Di taman, liat bunga dan pohon.
P : Menunjukkan jempol tangan
K : Tersenyum

K : Menoleh ke taman dan menunjuk pohon-pohonan
P : Ikut menoleh ke taman
P memberikan pujian karena K dapat memberikan data

P menunjukkan perhatian dengan ikut menoleh ke halaman

K membayangkan jalan-jalan menyenangkan

K merasa nyaman dengan melihat taman dan pohon-pohonan
Reinforcement diperlukan untuk menegaskan prilaku positif dan menjalin trust pada klien
P : Bagus ya, tamannya. Apalagi kalau dirawat dengan baik.


K : Itu, kemarin mau ditebang. Kasihan.
P : Tersenyum sambil memandang ke arah halaman
K : Memandang halaman

K : Menunjuk pohon
P : Memperhatikan respon pasien
P menerapkan komunikasi pasif



P senang karena mendapatkan tanggapan dari klien
K senang melihat keadaan halaman


K tidak senang kalau halaman dirubah

Komunikasi pasif berguna agar pasien mengeluarkan perasaannya kepada perawat
P : Bagaimana kalau Pak Ong ikut memelihara tanaman di taman.

K : -
P : Memandang K dan tersenyum
K : Memandang ke halaman

K : Menunduk
P : Memperhatikan respon K
P mencoba menawarkan alternatif kegiatan pada K


P mencoba menggali respon K terhadap alternatif yang ditawarkan
K memikirkan alternatif yang ditawarkan dan kemampuannya untuk melaksanakannya

K masih berpikir
Alternatif ditawarkan dengan tidak bersifat memaksa dan sesuai dengan kemampuan klien
P : Yach, sekedar menyiram atau mencabut rumput liar


K : Nggak capek ya?



P : Memandang K
K : Menoleh pada P


K : Memandang P
P : Memperhatikan
P berusaha menawarkan alternatif yang realistis pada K


P senang karena K mulai memikirkan alternatif kegiatan
K membayangkan bila dirinya menerima alternatif tersebut


K memikirkan kemampuannya melakukan kegiatan
Memberikan pilihan sehingga klien terbuka pikirannya terhadap kemungkinan pilihan
P : Saya kira nggak tuh! Bapak bisa coba besok.


K : Ya…ya…
P : Memandang K dan tersenyum
K : Memandang P

K : Mengangguk-angguk
P : Tersenyum
P mencoba memberikan dorongan pada K


P senang karena K mengerti arahan P
K mencoba percaya pada apa kata P


K memberikan respon setuju dan tertarik pada tawaran P
Memberikan dorongan diperlukan bagi klien untuk meningkatkan rasa percaya pada dirinya sendiri
P : Ngomong-ngomong kalau pagi hari Bapak ngapain saja?


K : Mandi, lalu duduk!
P : Memandang K dan tersenyum
K : Menoleh P

K : Menunduk
P : Memperhatikan respon K
P mencoba menggali kegiatan lain yang dilakukan klien


P berpikir tentang kegiatan yang kira-kira dilakukan klien
K berpikir karena  pertanyaan baru


K bingung tentang yang dilakukannya sehari-hari
Kegiatan-kegiatan sederhana diperlukan klien untuk mengatasi harga diri rendah karena tingkat keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan akan meningkatkan harga diri klien
P : Nggak bersihin tempat tidur?


K : Ya, kadang-kadang!
P : Menekankan pertanyaan
K : Menunduk

K : Menoleh P
P : Memperhatikan
P mencoba menawarkan data agar klien ingat

P senang karena klien ingat tentang kegiatannya
K mengingat-ingat


K ingat kegiatan yang kadang-kadang dilaksanakannya
Kegiatan yang kadang-kadang dilakukan membuat klien sering melupakan kegiatan tersebut
P : Kalau dibersihin gimana jadinya?

K : Bersih dan rapi.
P : Memandang klien
K : Menunduk

K : Memandang P dan menggaruk-garuk kepalanya
P : Memperhatikan respon klien
P mencoba memberikan gambaran positif bila kegiatan dilaksanakan
P senang karena K mampu mengidentifikasi keadaan bila kegiatan dilakukan

K menganalisa keadaaan bila kegiatan dilakukan

K menjawab sesuai dengan analisanya
Membiarkan klien menganalisa suatu hasil kegiatan dapat meningkatkan kemampuan analisa klien terhadap suatu situasi
P :Pak Ong senang dong kalau tempat tidurnya bersih dan rapi?


K : Yach, senang. Bersih.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menoleh P

K : Menoleh P dan tersenyum.
P : Memperhatikan respon K

P ingin menggambarkan respon bila kegiatan dilaksanakan


P senang mendapatkan jawaban K
K berusaha menggambarkan keadaan bila kegiatan dilaksanakan

K senang membayangkan tempat tidurnya bersih dan rapi
Penegasan terhadap perasaan klien terhadap aspek positif merupakan support untuk kegiatan yang akan dilaksanakan klien
P : Gimana kalau tiap hari dibersihkan dan dirapikan? Bapak Ong pasti bangga kalau tiap hari tempat tidurnya bersih dan rapi.

K : Ya…ya…
P : Memandang K
K : Menunduk




K : Menoleh P dan tersenyum
P : Memperhatikan
P menawarkan alternatif kegiatan




P senang karena klien menerima alternatif kegiatan

K membayangkan tempat tidurnya rapi dan bersih




K setuju terhadap alternatif kegiatan yang ditawarkan
Alternatif yang dudah dibicarakan dengan klien akan memudahkan klien untuk menerima alternatif tersebut
P : Nah, bisa dicoba besok kan?



K : Ya…ya…
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menunduk

K : Memandang P dan mengangguk-angguk
P : Memperhatikan respon K
P menegaskan kembali tentang kegiatan yang bisa dilakukan klien

P senang karena K menerima tawaran P
K meikirkan tawaran P



K setuju melakukan kegiatan yang ditawarkan
Tawaran kegiatan harus dilakukan agar klien merasa bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan bila ia setuju
P : -


K : Ibu tiri saya jahat
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Memandang halaman
P : Kaget
P masih berpikir tentang apa yang perlu dibicarakan

P kaget menemukan data masa lalu klien yang traumatik
K memikirkan keadaannya


K tiba-tiba ingat tentang masa lalunya
Pengalaman taraumatik akan memberkas pada diri klien sehingga dapat muncul kapan saja
P : -


K : Saya sering dipukul. Kepala saya jadi sakit.

P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menepuk-nepuk kepalanya
P : Memperhatikan respon klien
P masih kaget dan berpikir tentang apa yang harus dilakukan pada K
P merancang penggalian data mengenai aspek traumatik
K semakin teringat pada masa lalunya

K membayangkan perlakuan ibu tirinya
Masa lalu taraumatik membekas pada diri klien
P : Sekarang ibu tirinya dimana?


K : Sekarang sudah baik.
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Memandang P
P : Tersenyum

P mencoba mendapatkan data


P menemukan adanya inkoherensi pembicaraan
K merenungkan keadaannya


K menegaskan situasi sekarang

Tehnik ekplorasi untuk menggali data klien.
P : -


K : -
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menunduk
P : Memperhatikan

P sadar bahwa interaksi keluar dari tujuan dan berpikir untuk mengembalikan tujuan interaksi
P memikirkan topik untuk kembali pada tujuan interaksi
K menikmati ingatannya pada masa lalu




Diam untuk berpikir bagi perawat merupakan kebutuhan untuk kelanjutan interaksi agar tidak menyimpang dari tujuan
P : Pak Ong, saya tahu Bapak memikirkan tentang ibu tiri Bapak. Tapi sekarang kita membicarakan tentang kegiatan yang bisa pak Ong lakukan.

K : -
P : Menepuk bahu K
K : Menunduk




K : Menunduk
P : Menepuk bahu K
P memfokuskan kembali pembicaraan




P terus mencoba memfokuskan pembicaraan
K belum bisa memfokuskan pembicaraannya




K berpikir tentang pembicaraan
Tehnik fokusing diperlukan agar klien tidak membicarakan hal-hal lain yang tidak menjadi tujuan interaksi
P : Nah, Pak Ong masih ingat nggak tadi kita ngomongin apa?

K : Masih. Nyiram dan ngebersihin tempat tidur.
P : Memandang K dan tersenyum
K : Menoleh pada P
K : Mengangguk dan memandang P
P : Tersenyum
P mencoba menggali daya ingat klien terhadap pembicaraan tadi

P senang karena K ingat pada apa yang dibicarakan
K memikirkan tentang pembicaraan yang dilakukan tadi

K teringat pada pembicaraan yang dilakukan barusan
Pertanyaan untuk mengingatkan diperlukan bila klien teralihkan perhatiannya
P : Bapak setuju kalau dilakukan tiap hari?
K : Boleh…boleh.
P : Mendekatkan diri pada K
K : Menoleh dan memandang P
K : Mengangguk dan tersenyum
P : Tersenyum
P mengaskan kembali kesepakatan
P senang karena K setuju terhadap tawaran P
K menunjukkan persetujuan terhadapa tindakan yang akan dilaksanakan

Persetujuan harus ditegaskan kembali pada pasien agar bisa dilaksanakan
P : Bagus kalau begitu.

K : -
P : Menepuk pundak K
K : Tersenyum
K : Memandang P dan menjabat tangan P
P : Membalas jabat tangan K
P memberikan pujian pada K

P senang karena K memberikan respon sesuai harapan
K senang dengan pujian yang diberikan
K menjabat tangan P untuk menunjukkan persetujuan
Pujian dengan touching hand membangun rasa percaya diri klien sehingga termotivasi untuk melaksanakan kegiatan
P : Nah, karena sudah waktunya mandi, Pak Ong mandi dulu ya. Biar bersih dan segar. Nanti malam sehabis makan kita ngobrol lagi yuk?!
K : Ya…ya…
P : Memandang K dan tersenyum
K : Tersenyum


K : Memandang P
P : Tersenyum
P mengakhiri fase interaksi dan membuat kontrak interaksi selanjutnya


P senang karena K setuju
K merasa perlu untuk mandi karena diarahkan P



K setuju pada kontrak yang diberikan P
Setiap interaksi yang akan dilaksanakan harus kontrak dengan klien agar klien dapat bersiap-siap untuk interaksi selanjutnya
P : Nah nanti baru kita ngobrolin tentang ibu tiri Pak Ong, ya?

K : Ya…ya…
P : Memandang K dan tersenyum
K : Menunduk
K : Memandang P
P : Tersenyum
P menentukan topik interaksi selanjutnya

P senang karena K setuju
K memikirkan tentang topik yang ditawarkan

K setuju terhadap topik yang ditawarkan
Topik perlu dikontrakkan agar klien terfokus pada topik tersebut sehingga bila ada penyimpangan dapat diingatkan pada kontrak sebelumnya
P : Kalau begitu terimakasih atas perhatian Pak Ong. Selamat sore. Sampai ketemu nanti malam.
K : Selamat sore.
P : Menepuk pundak K dan mengulurkan tangan
K : Menoleh
K : Tersenyum dan menjabat tangan P
P : Tersenyum
P mengakhiri interaksi


P senang karena K sudah percaya pada P
K senang karena P mengucapkan salam kepadanya

K menjabat tangan P sebagai tanda mengakhiri interaksi sementara
Salam penutup merupakan akhir fase yang harus dilakukan untuk mencegah rasa tidak percaya pada klien

KESAN PERAWAT :
Fase kerja dapat dilaksanakan dengan baik. Klien dapat mengidentifikasi kegiatan positif yang bisa dilakukannya walaupun harus diarahkan secara terfokus terlebih dahulu. Saat interaksi terjadi flight of ideas dimana klien teringat pada ibu tirinya yang berlaku kejam padanya. Pengalaman tersebut merupakan traumatik bagi klien sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi. Telah disepakati pula bahwa pengalaman tersebut dibicarakan nanti pada saat interaksi selanjutnya.


CATATAN  KEPERAWATAN

No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi

Tanda


Keperawatan

Respon Klien (S dan O)
Modifikasi
tangan

1

1 April1999

Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronik

b.1.1. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang
“Ayo kita jalan-jalan kesana, rasanya lebih sejuk kalau kita ngobrol disana!”

b.1.2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan klien yang berhubungan dengan masalah interaksi
“Bagaimana rasanya kalau Pak Ong ngobrol dengan teman-teman Pak Ong?”

c.1.1. Mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan klien di rumah sakit
“Kira-kira pekerjaan apa yang Pak Ong senangi di rumah sakit ini?!”

S  : Klien mengatakan senang dengan suasana halaman RS yang sejuk
O : Klien tampak senang

S : Klien mengatakan temannya jahat-jahat dan ia malas ngobrol dengan mereka
O : Menunjuk teman-temannya yang jahat

S : Klien mengatakan senang merawat taman dan merapikan tempat tidur
O : Menunjuk ke halaman

Pertahankan




Klarifikasi traumatik klien terhadap perlakuan dari temannya


Berikan penegasan akan manfaat dan berikan reinforcement atas keinginnan positif klien


2
1 April 1999
Perubahan persepsi sensori : halusinasi lihat b/d perilaku menarik diri
a.1.1. Membina hubungan saling percaya
“Oh ya, Pak Ong masih ingat dengan nama saya?”
“Kita kan janji mau ngobrol tentang cara berkenalan, masih ingat?”


b.1.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
“Dari tadi saya lihat Pak Ong tidur-tiduran saja, apa ada yang Pak Ong pikirkan?”





c.2.2. Memotivasi klien untuk melakukan kegiatan harian di ruangan
“Pak Ong bilang kalau Pak Ong suka merawat taman dan merapikan tempat tidur. Kita bisa mulai dari besok ya?!”

S : Klien mengatakan ingat nama perawat dan kontrak yang dilakukan
O : Klien menyebut nama perawat

S : Klien mengatakan pusing memikirkan biaya anaknya
O : Klien menepuk-nepuk kepalanya





S : Klien mengatakan mau melaksanakan kegiatan menyiram tanaman dan membersihkan tempat tidur setiap hari
O : Klien mengangguk-angguk saat ditawarkan alternatif kegiatan harian
Pertahankan





Kaji kembali adanya data menunjang waham dan berikan intervensi dengan tidak mendukung waham yang dirasakan klien secara therapeutik

Klien siap melaksanakan kegiatan. Berikan reinforcement positif






PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
(Tambahan)

RUANG RAWAT : R. Cendrawasih RSJP Jakarta              TANGGAL DIRAWAT : 1 April 1999

IDENTITAS KLIEN

Initial                           : Tn. O. T. B.
Umur                           : 56 Tahun
Informan                     : Klien sendiri
Tanggal Pengkajian      : 1 April 1999
RM No                         : -

FAKTOR PREDISPOSISI

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan ibu tirinya jahat. Klien sering dipukuli sampai kepalanya sakit.

PSIKOSOSIAL

Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Kristen Methodist
b.      Kegiatan Ibadah : Ke gereja setiap hari minggu. Ketika ditanya perasaannya saat sembahyang, klien mengatakan rugi waktu karena dunia tetap saja kacau

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri : harga diri rendah
2.      Isolasi sosial : menarik diri
3.      Gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat
4.      Gangguan konsep diri : Ideal diri terlalu tinggi
5.      Gangguan orientasi realitas : Waham kebesaran
6.      Koping individu tidak efektif
7.      Resiko prilaku kekerasan
8.      Gangguan Komunikasi verbal
9.      Kerusakan interakasi sosial



Pohon Masalah

RESIKO PRILAKU KEKERASAN                                          KERUSAKAN INT.SOSIAL














 


a.                                                      


1.         HALUSINASI LIHAT                     WAHAM                    GGN. KOM.VERBAL.



 




2.         ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI       

a)         Core Problem


 

3.          




4.         HARGA DIRI RENDAH : Kronis              KOPING IND. TDK. EFEKTIF



 



IDEAL DIRI TINGGI

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri: harga diri rendah kronis berhubungan dengan ideal diri tinggi
2.      Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.      Perubahan  persepsi sensori : halusinasi lihat berhubungan dengan menarik diri
4.      Resiko prilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi lihat
5.      Gangguan Orientasi Realitas :Waham Kebesaran berhubungan dengan koping individu tidak efektif
6.      Resiko prilaku kekerasan berhubungan dengan waham
7.      Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan komunikasi verbal
RSJP Jakarta, 1 April 1999
Mahasiswa Program B-Ektensi 1997



I Made Eka Santosa
NIM : 1397210222

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial Klien
Interaksi ke
Lingkungan
Deskripsi pasien
Tujuan komunikasi

: I Made Eka Santosa
: 26 Maret 1999
: Pkl. 16.30 - 16.50 WIB (20  Menit)
: Ruang Cendrawasih RSJP Jakarta
: Tn.O.T.B.
: I (Fase Perkenalan)
: Meja makan,  berhadapan dengan klien, suasana tenang
: Penampilan kurang rapi, pakaian banyak lobang bekas rokok, pasien merokok puntung, menunduk. 
: Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahnya

KOMUNIKASI VERBAL
KOMUNIKASI NON VERBAL
ANALISA BERPUSAT PADA PERAWAT
ANALISA BERPUSAT PADA KLIEN
RASIONAL
P : Selamat sore Pak, boleh saya duduk di sebelah Bapak ?



K : Sore, silahkan.
P: Memandang K dan tersenyum
K: Ekpresi datar



K: Ekpresi datar
P: Memandang K
P : Ingin membuka percakapan dengan klien dan berharap dengan sapaan sederhana P bisa diterima oleh K.

P merasa senang ada tanggapan atas salam walaupun belum diekpresikan secara tulus
K masih ragu terhadap orang baru yang masuk ke lingkungannya


K ragu terhadap orang baru
Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya.
P : Wah, suasana sore ini sejuk sekali ya Pak


K : (diam)
P : Memandang ke halaman sambil melirik K
K : Ikut melihat ke halaman lalu menghisap rokoknya dan menunduk lagi
P ingin memulai percakapan dengan topik ringan sebelum masuk ke kondisi K
K memberikan respon sepintas dan menunjukkan perhatian cukup terhadap P
Topik ringan akan memudahkan interaksi lebih lanjut
P : Oh ya, perkenalkan saya Made, saya mahasiswa praktek disini yang akan merawat Bapak.
K : (diam)
P : Memandang K sambil menjulurkan tangan ke K
K : Mengalihkan rokok ke tangan kiri lalu tanpa memandang P menerima uluran tangan P

P merasa bahwa K harus diberikan penjelasan tentang kedatangan P
K masih memberikan tanggapan secara ragu-ragu
Memperkenalkan diri dapat menciptakan rasa percaya klien terhadap perawat
P : Nama Bapak siapa ?




K : Ong. Ong Tian Bian.
P : Masih menjabat tangan pasien dan mendekatkan diri ke-K
K : Menoleh sebentar

K : Menyebut nama dengan menunduk dan menarik tangannya
P ingin tahu nama pasien




P merasa pasien enggan berkenalan
K ragu-ragu




K merasa perkenalan hanya formalitas belaka
Mengenal nama pasien akan memudahkan interaksi
P : Bapak senangnya dipanggil dengan nama apa

K : Ong.
P : Memandang K
K : Menoleh ke halaman

K : Melihat ke arah P dan menjawab singkat lalu menunduk lagi
P ingin menjalin kedekatan dengan pasien

P senang walaupun jawaban singkat
K mencoba mengingat nama yang disukainya

K mulai tertarik dengan perkenalan dengan P

Nama panggilan merupakan nama akrab klien sehingga menciptakan rasa senang akan adanya pengakuan atas namanya
P : Wah, kedengarannya enak kalau saya manggil Pak Ong


K : Iya
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menunduk

K : Menoleh ke P
P : Memperhatikan K

P mencoba mengakrabkan suasana


P merasa pertanyaan mendapatkan respon
K berpikir sejenak, mengngingat nama yang disukainya


K mulai merasa bahwa P datang untuk membantu K

Pujian berguna untuk mendekatkan perawat menjalin hubungan therapeutik dengan klien
P : Bapak asalnya dari mana Pak Ong?


K : Salatiga, Jawa Tengah
P : Memandang K
K : Menunduk dan berpikir


K : Menoleh ke P dan tersenyum lalu menunduk lagi
P : Memperhatikan K

P masih berusaha membangun keakraban dengan topik sederhana

P senang karena K memberi respon

K berpikir dan mengingat-ingat



K senang karena ingat daerah asalnya dan kembali membayangkan daerah asalnya tersebut
Topik sederhana membantu menjalin kedekatan dengan klien
P : Wah, jauh juga ya. Bapak Ong sudah berapa lama disini?




K : Lama! Dua puluh tahun.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menghisap rokok dan melemparkannya karena sudah habis

K : Bicara tanpa menoleh P
P : Memandang K
P mulai mengkaji data umum pasien




P khawatir kalau pertanyaan membuat K tersinggung
K berpikir dan berusaha mengingat




K membayangkan keadaan yang telah lama dijalaninya
Lama rawat menentukan apakah klien kronis atau akut
P : Sejak tahun berapa Bapak disini ?


K : Yach, delapan puluh tiga



P : Menunjukkan perhatian
K : Menunduk sambil memandang kakinya

K : Masih menunduk
P : Memperhatikan
P berharap dapat memperoleh data lama rawat secara lebih pasti sambil mengkaji daya ingat pasien
P senang karena mendapat respon dari K
K berusaha mengingat



K menjawab dengan sekedarnya
Daya ingat pasien dapat dikaji dengan menanyakan data-data pasien yang sederhana
P : Sekarang Bapak Ong umurnya berapa?


K : Em…56 tahun
P : Mendekatkan diri ke K
K : Menoleh ke halaman dan terdiam beberapa lama

K : Menoleh P sebentar lalu menunduk lagi
P : Tersenyum
P mengkaji daya ingat K



P merasa arah pertanyaan sudah dapat dijawab jelas oleh K
K berusaha mengingat-ingat



K menjawab sesuai dengan daya ingat yang dimilikinya
Umur mempengaruhi daya ingat klien
P : Pak Ong ingat nggak, kenapa pak Ong dirawat disini

K : Saraf, sakit saraf. ECT, ini di ECT.
P : Menunjukkan keseriusan
K : Menunduk

K : Menoleh ke P dan menepuk-nepuk kepalanya
P berhati-hati karena pertanyaan tsb sangat spesifik dan takut menyinggung pasien
P lega karena K tidak tersinggung

K mengingat-ingat


K menjawab ragu-ragu
Keluhan utama merupakan dasar pasien dirawat di RS Jiwa
P : Pak Ong pernah ngamuk?


K : Nggak, nggak, saya suka ngelamun. Enak sendirian. Kakak saya sudah meninggal tapi hidup lagi. Itu dia !!
P : Bertanya pelahan
K : Menunduk

K : Menoleh ke halaman lalu menunjuk-nunjuk
P : Memperhatikan respon pasien
P mengkaji lebih jauh alasan pasien dirawat

P kaget, dan sadar kalau pasien mengalami halusinasi lihat
K mengingat-ingat


K mengalami halusinasi lihat

Halusinasi dapat terjadi kapan saja karena adanya stimulus tertentu
P : -


K : Kakak saya orangnya sukses, sayang mati, anak saya tujuh belas semuanya di Jerman.
P : Masih kaget
K : Memandang ke halaman

K : Menunjuk ke halaman dan nyerocos
P : Memperhatikan
P mendiamkan karena belum menemukan pertanyaan yang tepat untuk K
P menemukan adanya flight of ideas dan berpikir tentang faktor penyebab
K melihat kakaknya dan mencoba menceritakannya pada P

K teringat kondisi keluarganya
Dengan diam therapeutik, klien merasa didengarkan dan bercerita tentang keadaannya
P : Bapak Ong sudah berkeluarga?

K : Anak saya di Jerman dan di Peking. Saya profesor, ngajar di UI, bolak-balik dari Bandung ke Jerman.
P : Mendekatkan diri
K : Memandang kosong ke halaman
K : Menunduk sambil nyerocos
P : Memperhatikan
P berusaha mengkaji data yang terkait kata-katanya tadi

P menemukan adanya kemungkinan waham kebesaran pada pasien
K membayangkan keadaan keluarganya

K menikmati waham yang dirasakannya
Waham kemungkinan terjadi karena menarik diri
P : -



K : Keadaan diluar perang, Ong pusing mikirin biaya anak-anak, pada kuliah.
P : Memperhatikan
K : Menunduk


K : Berbisik pada P dengan nada sedih
P : Mendengarkan dengan serius
P mendiamkan dengan harapan pasien akan lebih terbuka tetang dirinya

P menemukan adanya fligt of ideas
K membayangkan ank-anaknya



K sedih tentang anaknya
Diam therapeutik akan membantu pasien mengungkapkan perasaannya pada perawat
P : Pak Ong, kegiatan bapak sehari-hari ngapain saja Pak ?

K : Mandi, makan ehm…ya itu.
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh P

K : Menggaruk-garuk kepalanya
P : Memperhatikan respon K
P mencoba mengalihkan pembicaraan terkait waham

P merasa senang karena pasien bisa beralih
K teralih karena pertanyaan baru


K bingung tentang yang dilakukannya sehari-hari
Pengalihan agar klien tidak larut dalam waham dan halusinasinya
P : Kemudian?


K : Baca-baca buku. Saya kan profesor.
P : Menekankan pertanyaan
K : Menunduk

K : Menoleh P
P : Memperhatikan
P mencoba menggali data lebih dalam

P menemukan lagi adanya kemungkinan waham
K mengingat-ingat


K merasa dirinya harus rajin belajar
Tehnik ekplorasi berguna untuk mendapatkan lebih banyak data terkait masalah klien
P : Bapak Ong betah tinggal di sini?Suasananya enak ya!

K : Betah.
P : Melihat halaman
K : menunduk

K : Ikut melihat halaman
P : memperhatikan
P mengalihkan perhatian K dari waham

P senang karena dapat mengalihkan perhatian pasien
K masih terbawa oleh waham


K berusaha menjawab sekenanya
Pengalihan agar pasien tidak larut pada waham dan halusinasinya pada fase interaksi ini
P : Tentunya keluarga Bapak Ong suka menjenguk kesini.


K : Sebulan sekali.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menoleh P

K : Menunduk lagi
P : Memperhatikan respon K

P ingin mengkaji keterlibatan keluarga terhadap perawatan K


P senang mendapatkan jawaban K
K berusaha mengingat keluarganya


K ingat terhadap keluarganya
Keluarga merupakan support sistem bagi klien sehingga harus dikaji keterlibatannya
P : Kalau Pak Ong suka pulang juga ya?

K : Ya, sebulan sekali juga
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menoleh P dan tersenyum
P : Memperhatikan
P mengkaji hubungan K dengan keluarganya

P senang mendapatkan jawaban sesuai pertanyaan
K mengingat hubungannya dengan keluarga

K senang membayangkan pulang
Berada di lingkungan keluarga akan membuat klien melihat realitas menyenangkan atau malahan stressor
P : Kalau di rumah, ngapain aja Pak Ong



K : Yah, tidur dan baca-baca buku penelitian. Profesor harus banyak baca.
P : Memandang K sambil tersenyum
K : Menoleh P lalu melihat ke halaman

K : Memandang P
P : Memperhatikan respon K
P berusaha mengkaji aktivitas K di rumah



P menemukan pengulangan terhadap waham pada K
K mengingat aktivitasnya di rumah



K menikmati waham yang dialaminya
Aktivitas di rumah merupakan data pantas tidaknya pasien dilibatkan dalam keluarga
P : Suka ngobrol nggak dengan keluarga

K : Enakan diem, soalnya mengganggu saya baca buku
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menunduk
P : Memperhatikan
P mengkaji peran keluarga terhadap K

P mendapatkan data menarik diri pada K
K mengingat aktivitasnya di rumah

K menganggap ngobrol mengganggu wahamnya
Menarik diri membuat K asyik dengan dunianya sendiri
P : Bagaimana perasaan Pak Ong sekarang?

K : Saraf, sakit saraf. Kakak saya hidup lagi, itu dia.

P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menggaruk-garuk kepala
P : Memperhatikan
P mengalihkan topik bahasan


P bingung harus ngobrol tentang apa lagi
K bingung dengan pertanyaan yang diberikan

K menjawab tentang keadaannya
Pengalihan agar K tidak larut dengan wahamnya
P : -


K : Dia sukses.
P : Memandang halaman
K : Ikut memandang halaman

K : Menunjuk ke halaman
P : Kaget dan memperhatikan respon K

P memikirkan topik lain yang terkait

P kaget karena kembali menemukan adanya halusinasi pada K
K merenungkan keadaannya


K menikmati halusinasi lihatnya

Diam berguna untuk memikirkan interaksi selanjutnya
P : Pak Ong, kita tadi sudah berkenalan, masih inget nggak nama saya?

K : Made
P : Memandang K
K : Menoleh


K : Memandang P dan tersenyum
P : Memperhatikan

P ingin mengakhiri fase I karena sudah cukup banyak data yang terkaji

P senang karena K ingat nama P
K memperhatikan P



K mengingat-ingat nama P
Evaluasi fase I berhasil jika K dapat mengingat nama P sehingga nantinya terjalin trust
P : Nah, saya senang sekali bisa ngobrol dengan pak Ong. Bagaimana kalau selesai makan kita ngobrol lagi? Sebentar saja kok, yach cukup 20 menit saja.

K : Boleh
P : Menepuk bahu K
K : Menoleh dan tersenyum




K : Tersenyum
P : Tersenyum

P memberikan reinforcement pada K




P senang karena K mau menentukan kontrak berikutnya
K senang diberikan reinforcement




K ikut menentukan kontrak
Kontrak berikutnya harus ditentukan dan harus mendapatkan persetujuan klien agar klien ingat terhadap kontrak
P : Nah kalau Pak Ong setuju, nanti kita ngobrol tentang perasaan Pak Ong terhadap keluarga Pak Ong. Sekalian saya periksa tekanan darahnya ya.

K : Ya, ya….
P : Memandang K
K : Menunduk




K : Mengangguk
P : Tersenyum


P menentukan topik dan aktivitas pada kontrak berikutnya




P senang karena K setuju dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
K memikirkan tentang kegiatan yang ditawarkan




K setuju tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mendapat persetujuan K sehingga bila K keluar dari kegiatan dimaksud, bisa diingatkan tentang batasan kegiatan sesuai kontrak
P : Terimakasih atas kesediaan Pak Ong ngobrol dengan saya, selamat sore

K : Sore.
P : Menepuk bahu K dan mengulurkan jabat tangan
K : Menoleh, menjabat tangan P

K : Tersenyum lalu menunduk
P : Tersenyum

P menutup fase I



P senang karena K mau berinteraksi dengan P
K menunjukkan rasa percaya pada P


K menyambut salam P
Salam penutup merupakan akhir fase yang harus dilakukan untuk mencegah tidak percaya pada klien


KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik.Klien cukup kooperatif walaupun sering terganggu dengan halusinasinya. Data yang tergali adalah data mengenai harga diri rendah kronik, halusinasi lihat, menarik diri, koping individu tidak efektif, koping keluarga kurang efektif, flight of ideas dan ideal diri yang tinggi. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.



PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : R. Cendrawasih RSJP Jakarta          TANGGAL DIRAWAT : 26 Maret 1999

A.       IDENTITAS KLIEN

Initial                           : Tn. O. T. B.
Umur                           : 56 Tahun
Informan                     : Klien sendiri
Tanggal Pengkajian     : 26 Maret 1999
RM No                                    : -

B.       ALASAN MASUK

Klien mengatakan karena sakit saraf

C.       FAKTOR PREDISPOSISI

1.      Tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, klien sudah dirawat sejak tahun 1983
2.      Pengobatan sebelumnya  tidak berhasil
3.      Aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal tidak ada
4.      Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : belum terkaji
5.      Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : belum terkaji

D.       FISIK

1.      Tanda vital : TD 130/90 mmHg, N 84 x/menit, S 36,9 C, P 16 x/menit
2.      Ukur : TB/BB belum terkaji
3.      Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan : -

E.       PSIKOSOSIAL

1.      Genogram : belum terkaji
2.      Konsep diri
a.       Gambaran diri : Klien mengatakan puas terhadap tubuhnya
b.      Identitas : Tidak ada gangguan identitas
c.       Peran : Klien tidak tahu perannya sebagai apa.
d.      Ideal diri : Klien bercita-cita menjadi profesor, sehingga merasa harus rajin baca buku. Klien merasa cita-citanya sudah tercapai sekarang (padahal tidak)
e.       Harga diri : Klien mengatakan kakaknya sukses.
Masalah keperawatan :
-          Ideal diri terlalu tinggi
-          Harga diri rendah

3.      Hubungan sosial
a.       Orang yang berarti : Belum terkaji
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Belum terkaji
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau ngobrol dengan sesama pasien atau dengan perawat, suka menyendiri.
Masalah keperawatan :
- Isolasi sosial : Menarik Diri


4.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan : Belum terkaji
b.      Kegiatan Ibadah : Belum terkaji

F.        STATUS MENTAL

1.      Penampilan : kurang rapi
Pasien berpakaian seadanya, celana bolong-bolong bekas rokok, kantung baju coklat bekas tembakau yang berbau
Masalah Keperawatan : Resiko kurangnya perawatan diri
2.      Pembicaraan : Gagap, inkoheren
Pasien menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak jelas dan terputus-putus, kadang-kadang tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan
Masalah Keperawatan : Gangguan pola komunikasi verbal
3.      Aktivitas motorik : lemah dan lesu
Saat wawancara, pasien sedang duduk termenung dan memandang di kejauhan serta terlihat loyo
Masalah Keperawatan : Kelemahan aktivitas
4.      Alam perasaan : sedih
Ekpresi wajah pasien nampak sedih saat wawancara
Masalah Keperawatan : Depresi
5.      Afek : Datar
Afek pasien selama wawancara tidak terdapat perubahan yang berarti, terkesan hambar
Masalah Keperawatan : Menarik diri
6.      Interaksi selama wawancara : kontak mata kurang
Selama wawancara, pasien lebih banyak menunduk dan menjawab pertanyaan dengan tidak melihat perawat
7.      Persepsi : Halusinasi
Pasien mengatakan ia sering melihat kakaknya yang sudah mati tapi hidup kembali dan lalu mereka ngobrol
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
8.      Proses pikir : Flight of Ideas, Persevarasi
Pembicaraan klien tidak terarah dengan ide yang tidak nyambung satu sama lain, klien sering mengulang pernyataan bahwa kakaknya hidup kembali
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi Sensori
9.      Isi pikir : Waham kebesaran
Pasien mengaku dirinya sudah menjadi profesor dan guru besar di UI, ia juga mengatakan bahwa situasi di dunia sudah perang semua
Masalah Keperawatan : Gangguan Orintasi Realitas : Waham Kebesaran
10.  Tingkat kesadaran : CM, disorientasi waktu tempat dan orang tidak ada
Selama wawancara, pasien tampak sadar
Masalah Keperawatan : -
11.  Memori : Ada gangguan daya ingat jangka panjang
Saat pasien diminta menyebutkan peristiwa di masa lalu, pasien tampak bingung
Masalah Keperawan : Demensia
12.  Tingkat konsetrasi dan berhitung : Mudah beralih, mampu berhitung sederhana
Sering saat wawancara klien menoleh ke satu arah, dan klien lupa pertanyaan yang telah diberikan kepadanya
Masalah Keperawatan : Halusinasi lihat
13.  Kemampuan penilaian : Belum terkaji
14.  Daya tilik diri : Belum terkaji

G.      KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1.      Makan : bantuan minimal
2.      BAB/BAK : bantuan minimal
3.      Mandi : bantuan minimal
4.      Berpakaian/berhias : bantuan minimal
5.      Istirahat dan tidur : tidak teratur, kegiatan sebelum tidur yaitu melamun
6.      Penggunaan obat : bantuan minimal
7.      Pemeliharaan kesehatan : belum terkaji
8.      Kegiatan dalam rumah : hanya berdiam diri saja
9.      Kegiatan di luar rumah : tidak ada
Masalah keperawatan : Koping keluarga kurang efektif

H.       MEKANISME KOPING

Menghindari masalah, dan suka menyendiri
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

I.          MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1.      Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok : klien jarang bergaul dengan sesama pasien, lebih senang menyendiri dan melamun
2.      Masalah berhubungan dengan lingkungan : teman-teman klien sesama pasien malas ngobrol dengan klien
3.      Masalah berhubungan dengan pendidikan : klien mengatakan ia kuliah di berbagai negara sehingga ia layak disebut profesor
4.      Masalah berhubungan dengan pekerjaan : belum terkaji
5.      Masalah berhubungan dengan perumahan : belum terkaji
6.      Masalah berhubungan dengan ekonomi : belum terkaji
7.      Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan : belum terkaji
Masalah keperawatan :
-          Isolasi sosial : menarik diri
-          Waham kebesaran

J.         PENGETAHUAN KURANG TENTANG

1.      Penyakit jiwa
2.      Koping
3.      Sistem pendukung
4.      Faktor presipitasi
Masalah keperawatan :
-          Kurang pengetahuan

K.      ASPEK MEDIS

1.      Diagnosa Medis : belum terkaji
2.      Therapi Medik : belum terkaji

L.       DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri : harga diri rendah
2.      Isolasi sosial : menarik diri
3.      Gangguan persepsi sensori : halusinasi lihat
4.      Gangguan konsep diri : Ideal diri terlalu tinggi
5.      Kurang pengetahuan
6.      Gangguan orientasi realitas : Waham kebesaran
7.      Koping individu tidak efektif
8.      Koping keluarga tidak efektif
9.      Gangguan komunikasi verbal
10.  Resiko kurangnya perawatan diri



Pohon Masalah

RESIKO PRILAKU KEKERASAN


            RESIKO KURANGNYA PERAWATAN DIRI


HALUSINASI LIHAT          GGN. KOM. VERBAL         WAHAM




MENARIK DIRI      
Core Problem



HARGA DIRI RENDAH : Kronis    KOPING IND. TDK., EFEKTIF

KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF

IDEAL DIRI TINGGI
KURANG PENGETAHUAN


M.     DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.      Gangguan harga diri: harga diri rendah kronis berhubungan dengan ideal diri tinggi
2.      Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.      Perubahan  persepsi sensori : halusinasi lihat berhubungan dengan menarik diri
4.      Resiko prilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
5.      Resiko kurangnya perawatan diri berhubungan dengan menarik diri
6.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri
7.      Waham : Kebesaran berhubungan dengan menarik diri
8.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga diri rendah
9.      Gangguan harga diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping keluarga tidak efektif
10.  Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan


RSJP Jakarta, 26 Maret 1999
Mahasiswa Program B-Ektensi 1997




I Made Eka Santosa
NIM : 1397210222



RENCANA  KEPERAWATAN JIWA
Nama Pasien : Ong Tian Bian, L 56 Tahun

Ruang Cendrawasih RSJP Jkt
No/
Diagnosa

Perencanaan


Tgl
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Tindakan Keperawatan
Rasional
1/26 Maret 1999
Gangguan konsep diri : harga diri rendah b/d ideal diri terlalu tinggi
Data Subyektif :
·   Klien mengatakan ia bercita-cita menjadi profesor dan mengatakan cita-citanya telah tercapai sekarang
·   Klien mengatakan bahwa saudaranya sangat sukses

Data Obyektif :
·   Klien selalu menyendiri.
·   Klien banyak melamun.
·   Klien tidak mau melakukan pekerjaan di ruangan
Tupan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien dapat mengatasi perasaan harga diri rendah.

Tupen :
a.     Klien dapat mengekspresikan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.





















b.     Klien mampu melihat aspek-aspek yang positif yang ada pada dirinya.

















c.     Klien mampu meng- evaluasi masalah untuk dijadikan pelajaran dimasa sekarang.




















d.     Klien mampu berperan serta dalam kegiatan ruangan selama klien di rumah sakit




e.     Klien mampu menetapkan rencana untuk masa depannya.

f.      Keluarga mampu memberi dukungan moril /materiil tentang rencana klien






a.1. Klien dapat menceritakan perasaan dan persepsinya setelah dilakukan  3x asuhan.











a.2.Ekspresi wajah klien tenang saat mengekspresikan pera-saan dan perepsinya.










b.1.Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang ada pada dirinya.









b.2.Klien dapat menjelaskan keberhasilan-keberhasilan yg pernah dialaminya.





c.1.Klien dapat menceritakan masa lalunya yang traumatik.






c.2. Klien dapat menyusun ren-cana agar kejadian kejadian yang menyakitkan tidak terulang kembali.

c.3.Klien dapat memilih cara yang baik dalam mengatasi masalah yang menyakitkan.








d.1.Klien mampu memilih tugas-tugas kegiatan yang disukai.

d.2.Klien mampu melaksanakan tugas/ kegiatannya dengan mandiri.


e.1.Klien mampu menjelaskan rencana yang akan dilakukan setelah kembali dari rumah sakit.

f.1.Keluarga dapat memfasilitasi tentang rencana klien.






a.1.1.Bina hubungan saling per-caya:
·     Memanggil nama klien dgn nama yang disukainya.
·     Menerima respon klien apa adanya.
·     Bicara terbuka dan jujur kpd klien.
·     Tepati janji / kontrak yang pernah dibuat bersama.
·     Beri kesempatan klien utk mengekspresikan perasaannya.

a.2.1.Pelihara ketenangan ling-kungan suasana yg hangat dan ber-sahabat.

a.2.2.Gunakan komunikasi verbal yang jelas dan langsung.

a.2.3.Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya serta mendenganrkan klien dengan rasa empaty

b.1.1.Diskusikan hal-hal apa saja yang dapat klien lakukan dengan memberikan pan-dangan bahwa masih banyak hal yang positif pada diri klien dan perawat hanya me-ngarahkan dan lebih banyak menjadi pendengar

b.1.2.Bantu klien untuk meng-evaluasi diri dan melihat aspek positif yang ada pada diri klien.

b.2.1.Bantu klien untuk melihat kembali keberhasilan yang pernah dicapai.

b.2.2.Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dikemu-kakan klien.

c.1.1.Gali perasaan klien atau minta pendapat klien ttg masalah yg menyebabkan klien sakit.

c.1.2.Anjurkan untuk menceritakan faktor -faktor lain yg menyebabkan klien gagal.

c.2.1.Anjurkan klien untuk menulis rencana agar pengalaman pahit tidak terulang kembali.


c.3.1.Kaji koping yang digunakan klien dalam mengatasi masalah
c.3.2.Beri alternatif yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah yang menyedihkan.
c.3.3.Gali sumber yang ada pada keluarga yg dapat membantu menyelesaikan masalah klien.
c.3.4.Beri pujian pada klien bila memilih koping yg konstruktif.

d.1.1.Diskusikan dengan klien ttg tugas/kegiatan yang suka di-lakukan sesuai kemampuan klien.
d.2.1.Berikan kesempatan pada klien untuk mengambil keputusan dalam memilih kegiatan yang sesuai.

e.1.1.Bantu klien mengidentifi-kasi keinginan dan cita-cita dimasa yang akan datang.

f.1.1.Diskusikan dengan keluar-ga dalam mengidentifikasi sumber-sumber yang ada dalam keluarga
f.1.2.Bersama keluarga menyu-sun rencana dimasa yang akan datang.






Hubungan saling percaya dapat menghindari rasa terancam  sehingga hubungan akan terjalin akrab.










Lingkungan yang bersahabat menarik minat untuk berinteraksi.

Komunikasi verbal jelas dan langsung mudah utk dimengerti.

Respon positif dan ada keter-bukaan akan menarik minat klien untuk menyampaikan perasaan-nya.


Untuk mengembangkan kemam-puan klien dlm mengatasi masalah yang dihadapi.




Bila klien dapat melihat bahwa punya banyak kemampuan pada dirinya, maka akan timbul perasaan berharga.
Mermotivasi klien utk mempertahankan dan mengem-bangkan aspek positif

Penghargaan akan meningkat-kan motivasi untuk melakukan hal yang sama.

Untuk mengetahui pandangan klien tentang masalahnya.


Membantu klien untuk dapat mengevaluasi diri dan dapat menyadari kelemahannya.

Memiliki rencana akan membuat klien bersemangat dalam mencapainya.


Dengan mengetahui masalah dengan jelas dpt merencanakan alternatif koping yang digunakan.







Dengan dapat menjalankan kegiatan, klien merasa dihargai.

Klien akan merasa dirinya dapat mengontrol hidupnya dan me-miliki otonomi.


Evaluasi cita-cita dan keinginan klien, klien mampu merencana-kan cita-cita yang sesuai dengan kemampuan klien.
Mendukung pemanfaatan sumber untuk kesembuhan pasien
Keluarga berperan sangat penting bagi pasien

3/26 Maret 1999
 Perubahan persepsi sensori : halusinasi lihat  b/d perilaku menarik diri.

Data Subyektif :
-          Klien mengatakan pekerjaannya hanya duduk melamun
-          Klien mengatakan ia sering melihat dan ngobrol dengan kakaknya yang sudah meninggal
-          Klien mengatakan kakaknya sudah meninggal tapi hidup lagi

Data Obyektif:       
-          Klien menyendiri di pojok ruangan
-          Klien terlihat memandang ke kejauhan

Tupan : 
Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tupen :
a.     Klien dapat membina hubungan saling percaya.




a.1. Sesudah 1 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi dan terbina hubungan saling percaya


















a.1. Bina hubungan saling percaya :
·  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal,
·  Perkenalkan diri klien dengan menyebut nama nama secara jelas.
·  Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
·  Buat kontrak dan tepati janji
·  Selalu kontak mata selama interaksi
·  Tunjukkan sikap empati dan   penuh perhatian pada klien
·  Terima klien apa adanya.
·   Mulai interaksi dengan hal  yang disukai klien





Dengan terbinanya hubungan saling percaya dan berfokus pada hal-hal yang disukai klien, diharapkan  klien merasa bahwa peawat memperhatikan, dan klien mau terbuka sehingga memudahkan intervensi




a.2. Klien mau berkomunikasi dengan perawa.
a.2.Kontrol penampilan perawat
·   Selalu siap bila dibutuhkan klien
·   Jawab pertanyaan klien secara jujur
·   Perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep. seperti;sama-sama menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien.
·   Hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.    

Sikap perawat yang tidak tepat dapat menimbulkan rasa tidak berharga pda klien dan merusak hubungan saling percaya.



b. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
b.1.Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah pertemuan 2 kali.


b.1.1.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
b.1.2.Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
b.1.3.Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain.
b.1.4Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya



Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau/termotivasi untuk meng identifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan akan meningkatkan harga diri klien.






b.2.Klien akan menyatakan kepuasannya atas hubungan dengan  perawat sesudah 2 kali pertemuan.

b.2.1.Dorong klien meng- ungkapkan perasaanya terhadap hubungan dengan perawat.

Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan  perawat memotivasi klien untuk melanjutkan tahap interaksi













c. Klien menunjukkan penurunan perilaku menarik diri


































d. Keluarga dapat berpar-tisipasi diri dalam perawatan klien

c.1.Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan perawat dan klien lain yang ada di ruangan















c.2.Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat mengembangkan hubungan melalui;
·         Keikutsertaan dalam aktifitas di ruangan
·         Keikutsertaan dalam kelompok terapi
·         Inisiatip berinteraksi dengan orang lain









d.1. Keluarga dapat menye- butkan hal-hal yang harus dilakukan selama klien di rawat di rumah sakit

d.2.Menjenguk klien minmal satu kali seminggu

c.1.1.Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya menghadirkan 1 - 2 orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.
c.1.2.Usahakan pesan verbal dan non verbal  secara singkat, jelas dan konsisten selama komunikasi
c.1.3.Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering
c.1.4.Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien
c.2.1.Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi berhubungan dengan orang lain

c.2.2.Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan;
membersihkan ruangan, menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi
c.2.3.Beri penjelasan tentang tindakan dan beri reinforcement positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok
c.2.4.Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok dan diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang  
c.2.5.Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan dengan orang lain.

d.1.1.Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku,  penyebab perilaku dan cara keluarga menghadapi klien yang menarik diri
d.2.1.Anjurkan keluarga menjenguk dan memberikan dukungan pada pasien
Dengan mengikutsertakan satu atau dua perawat, memungkinkan klien berkomunikasi secara bertahap.
Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang disampaikan.
Menghindari kejenuhan klien


Meningkatkan harga diri klien.

Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi perasaan seseorang




Meningkatkan harga diri klien melalui pemenuhan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri
Memberikan pujian berguna untuk memotivasi pasien mengulang tindakan yang positif
Therapi kelompok memotivasi pasien berhubungan dengan orang lain


Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain

Pengetahuan keluarga tentang perilaku menarik diri merupakan  bekal untuk berpartisipasi dalam perawatan klien

Dukungan keluarga merupakan reinforcement bagi pasien


2/26 Maret 1999

















































































Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronik

Subyektif :
-          Klien mengatakan suka melamun
-          Klien mengatakan malas bergaul dengan pasien atau petugas

Obyektif :
-          Saat wawancara kontak mata kurang
-          Respon terhadap sapaan perawat lambat
-          Tidak berinteraksi dengan perawat dan klien lain
-          Beranjak dari tempatnya  hanya waktu makan

Tupan :
Klien dapat berinteraksi dengan lingkungannya

Tupen :
a.     Klien dapat memperluas kesadaran dirinya setelah tiga kali pertemuan












b.     Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki dalam waktu dua minggu



















c.     Klien dapat membuat rencana realistis dalam waktu tiga minggu






a.1. Klien dapat mengungkapkan perasaanya secara verbal :
-                   Saat sedih atau gembira
-                   Membalas sapaan perawat
-                   Menyebutkan tujuan interaksi
-                   Dapat mengungkapkan perasaannya







b.1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang masih dimiliki
-                   Kemampuan hubungan interpersonal
-                   Kemampuan dalam melaksanakan ADL





b.2. Klien dapat menyebutkan masalah dalam membina hubungan interpersonal dan cara mengatasinya









c.1. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan







a.1.1.Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya :
-                   Bimbing klien mengungkapkan perasaannya
-                   Gunakan pertanyaan terbuka
-                   Dengarkan ungkapan klien dengan aktif

a.1.2.Beri respon yang tidak menghakimi :
-                   Tidak menyalahkan pendapat klien
-                   Menerima pendapat klien

b.1.1. Ciptakan lingkungan yang tenang dengan cara mengurangi stimulus eksternal yang berlebihan dalam interaksi

b.1.2.Motivasi klien mengungkapkan pikiran, perasaan, dan prilaku klien yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi selama interaksi

b.2.1.Bimbing klien mengidentifikasi stressor dalam interaksi

b.2.2.Kaji koping yang digunakan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi dalam membina hubungan interpersonal

b.2.3.Informasikan pada klien koping yang konstruktif dalam menghadapi masalah tersebut

c.1.1.Bimbing klien untuk dapat menentukan keinginannya dalam beraktivitas
-                   Merawat diri
-                   Membersihkan ruangan
-                   Membersihkan lingkungan
-                   Olahraga































Dengan mengungkapkan perasaannya beban klien akan berkurang







Respon menghakimi dapat merusak hubungan saling percaya dan menurunkan harga diri klien


Lingkungan yang tenang mampu membantu klien dalam memfokuskan pikiran


Membuka wawasan klien tentang pemecahan masalah




Untuk menentukan alternatif pemecahan masalah


Penting untuk mengetahui pilihan klien terhadap koping dan mngevaluasi aspek positif dan negatif klien

Menambah wawasan klien dalam  memilih koping adaptif


Membantu klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya













d.     Klien dapat melaksanakan rencana yang telah dibuat












e.     Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan harga dirinya



d.1. Klien dapat menyebutkan kegiatan yang telah dilakukan













e.1. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan harga dirinya


d.1.1.Beri kesempatan klien untuk sukses :
-                   Beri waktu untuk berinteraksi
-                   Beri waktu untuk beraktivitas

d.1.2.Bimbing klien untuk mencari bantuan, informasikan bahwa perawat siap membantu klien

d.1.3.Kuatkan keterampilan dan aspek positif yang dicapai, beri reinforcement

e.1.1.Anjurkan keluarga untuk dapat memotivasi klien untuk melakukan aktivitas

e.1.2.Anjurkan agar keluarga dapat menyediakan fasilitas yang terkait dengan kegiatan



Kesempatan untuk sukses dapat memotivasi klien untuk melakukan/menetapkan keterampilan yang sudah dimilikinya


Bimbingan yang tepat dan sesuai dapat membantu klien meningkatkan harga diri

Untuk memotivasi dan mempertahankan aspek positif


Keluarga mempunyai arti penting bagi klien


Mendukung klien dalam melakukan aktivitas














Lampiran 3.
CATATAN  KEPERAWATAN


No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi

Tanda


Keperawatan

Respon Klien (S dan O)
Modifikasi
Tangan

1

26 Maret 1999

Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronik

a.1.1. Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
“Coba Pak Ong ceritakan, mengapa Pak Ong melamun saja?”

a.1.2. Memberikan respon yang tidak menghakimi
“Saya tahu Pak Ong belum mau ikut membantu teman mengambil makanan. Tidak apa-apa!”

a.1.3. Menciptakan suasana lingkungan yang tenang
“Bagaimana kalau kita duduk disana, suasananya enak kan?!”

S : Klien mengatakan suka melamun karena kakaknya sukses
O : Menunduk

S : -
O : Memandang ke halaman


S  : Klien mengatakan senang duduk di tempat yang ditunjuk
O : Klien mau duduk di tempat yang disarankan

Klarifikasi dengan keluarga tentang kebenaran data


Pertahankan



Pertahankan

2.
26 Maret 1999
Perubahan persepsi sensori : halusinasi lihat b/d perilaku menarik diri
a.1.1. Membina hubungan saling percaya
“Selamat sore Pak Ong, masih ingat dengan nama saya?!”
“Kita kan janji mau ngobrol, masih ingat dengan janji kita?!

b.1.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
“Bagaimana perasaan Pak Ong sekarang?. Saya lihat Pak Ong sedang melihat sesuatu?.Saya sendiri tidak melihatnya. Coba Pak Ong ceritakan!”





c.2.2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya terhadap keuntungan berhubungan dengan perawat
“Gimana rasanya setelah Pak Ong ngobrol dengan saya dan teman-teman saya?!”
S : Klien mengatakan ingat nama perawat dan kontrak yang dilakukan
O : Klien menyebut nama perawat

S : Klien mengatakan kakaknya hidup lagi
O : Klien menunjuk ke halaman dan tersenyum






S : Klien mengatakan senang bisa ngobrol dengan perawat
O : Klien tersenyum dan menjabat tangan perawat


Pertahankan





Kaji kembali adanya data menunjang halusinasi dan berikan intervensi dengan tidak mendukung halusinasi yang dirasakan klien secara therapeutik

Pertahankan






ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa
Tanggal
Waktu
Tempat
Inisial Klien
Interaksi ke
Lingkungan
Deskripsi pasien
Tujuan komunikasi

: Sri Mugianti
: 12 April 2001
: Pkl. 12.00 - 12.10 WIB (10 Menit)
: Ruang Jiwa C RSUD Dr. Soetomo Surabaya
: Tn. S.
: IX (Fase Terminasi)
: Kamar klien, lingkungan tenang
: Klien sudah mandi, penampilan klien rapi
: Klien mengungkapkan perasaan tentang terminasi dengan perawat
KOMUNIKASI VERBAL
KOMUNIKASI NON VERBAL
ANALISA BERPUSAT PADA PERAWAT
ANALISA BERPUSAT PADA KLIEN
RASIONAL
P : Selamat sore Pak Ong, rapi sekali hari ini. Sudah selesai mandi ya?!


K : He..he..ya.
P : Tersenyum
K : Tersenyum



K : Tertawa dan mengusap kepalanya
P : Tersenyum

P ingin membuka percakapan dan memberikan reinforcement terhadap prilaku positif

P senang atas respon dari klien
K memberikan tanggapan positif atas kedatangan P



K merasa senang mendapatkan pujian dari perawat
Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya.
Reinforcement untuk mempertahankan prilaku positif klien
P : Bapak bersedia ngobrol dengan saya?? Kan kita sudah janji kemarin sore mau membicarakan perasaan Bapak tentang perpisahan kita.

K : Ya…ya….
P: Memandang K dan tersenyum
K: Ekpresi datar




K: Menunduk dan sesekali menoleh pada perawat, tampak sedih
P: Memperhatikan respon klien



P mengingatkan klien pada kontrak yang sudah dibuat





P merasa bahwa klien masih belum dapat menerima terminasi yang sudah dipersiapkan dari kemarin
K menerima kontrak dan bersedia berbicara dengan perawat




K merasa sedih karena akan menghadapi terminasi dengan klien
Kontrak selalu ditegaskan pada klien agar klien tidak melenceng dari alur pembicaraan
P : Nah, seperti yang telah saya sampaikan kemarin, hari ini kan hari terakhir saya ada disini. Berarti mulai besok Pak Ong tidak bisa lagi ngobrol dengan saya. Bagaimana perasaan Bapak ?!

K : -
P : Menepuk bahu K, touching hand.
K : Memandang P lama





K : Memandang P
P : Mengamati respon K
Memberikan K kesempatan untuk ekplorasi perasaannya






P merasa klien sulit mengungkapkan perasaannya
K masih larut dengan perasaannya sehingga sulit  mengungkapkan perasaannya




K merasa kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya

Touching hand berguna menjalin rasa aman klien.
Tehnik ekplorasi dengan pertanyaan terbuka akan menggali perasaan klien
P : Bapak cerita saja apa adanya, saya tidak akan marah kok!!


K : Sedih dan terkenang-kenang!!
P : Memandang K
K : Diam berpikir



K : Memandang P
P : Tersenyum
P merasa bahwa K harus diberikan penegasan bahwa P siap mendengarkan tanpa menghakimi

P senang karena K mau memberikan respon terhadap pertanyaan perawat
Keraguan K mulai hilang




K merasa bebas mengungkapkan perasaannya

Meyakinkan klien bahwa perawat akan memberikan respon yang tidak menghakimi membuat klien merasa lega
P : Jadi Pak Ong merasa kalau tidak ada saya Pak Ong akan sedih ?!


K : Ya…ya…soalnya tidak ada yang bisa diajak ngobrol lagi. 
P : Memandang P dan tersenyum
K : Menundukkan kepalanya

K : Memandang P mengelus-elus kepalanya
P : Tersenyum

P ingin menggali perasaan klien selanjutnya



P merasa K merasa sedih karena tidak bisa ngobrol lagi

K semakin merasa bebas mengungkapkan perasaannya


K sedih karena tidak ada teman ngobrol lagi
Tehnik pengulangan berguna untuk menggali perasaan klien lebih lanjut
P : Kan bisa dengan teman-teman yang lain


K : Tapi kan mereka tidak mengajarkan untuk sehat.
P : Memandang K
K : Memandang ke sekitar

K : Melihat ke arah P dan menjawab singkat
P : Tersenyum
P ingin menggali perasaan klien lebih lanjut


P menemukan data bahwa klien masih sulit untuk menerima perpisahan dengan perawat
K semakin bebas mengungkapkan perasaannya

K merasa teman-temanya yang lain tidak bisa menggantikan peran perawat
Penegasan terhadap suatu kondisi memudahkan klien mencari jalan keluar terhadap permasalahan
P : Kalau sedih Pak Ong biasanya ngapain?!

K : Yach, tidur saja
P : Memandang K
K : Menunduk

K : Menunduk
P : Tersenyum
P menggali koping mekanisme klien terhadap perpisahan
P merasa koping klien masih belum efektif

K memikirkan jawaban atas pertanyaan koping

K biasa tidur bila ada masalah
Ekplorasi dengan pertanyaan terbuka digunakan untuk menggali data lebih jauh lagi 
P : Saya kan  sudah ajarkan, kalau sedih, Pak Ong mestinya jalan-jalan atau mengerjakan pekerjaan. Masih ingat nggak?!

K : Oh ya..ya…itu juga!!!
P : Tersenyum
K : Memandang P




K : Menjawab singkat lalu menunduk lagi
P : Tersenyum

P menegaskan metode mekanisme koping yang efektif yang pernah diajarkan pada klien


P senang karena klien masih ingat terhadap koping mekanisme yang diajarkan
K berusaha mengingat-ingat yang telah diajarkan




K ingat tentang koping yang ditawarkan perawat
Penegasan dengan mengingatkan klien terhadap koping mekanisme yang pernah diajarkan sekaligus merupakan eveluasi akhir pada tahap terminasi
P : Nah, ingat-ingat ya apa yang saya ajarkan kepada Pak Ong!!!



K : Ya…ya…ya….
P : Mendekatkan diri pada K dan menekankan kalimat
K : Memandang P dan menunduk

K : Memandang ke sekitar
P : Memperhatikan K
P mencoba menawarkan penegasan pada klien




P merasa K akan berusaha mengingat apa yang telah diajarkan

K berpikir terhadap tawaran perawat




K merasa siap untuk mengingat pelajaran yang diberikan oleh perawat
Penegasan pada tahap terminasi akan memperkuat memori klien
P : Pak Ong, saya berterimakasih pada Pak Ong karena sudah mau bekerjasama dengan saya untuk kesembuhan Pak Ong !!!

K : Saya yang terimakasih ….
P : Memandang K dan tersenyum
K : Menunduk dan berpikir



K : Menunduk
P : Memperhatikan K

P berusaha menunjukkan interest pada klien dengan ucapan terimakasih




P merasa K menerima apa yang disampaikan oleh P
K berpikir mengapa P yang mengucapkan terimakasih





K merasa dirinya yang harus mengucapkan terimakasih


Ucapan terimakasih atas keterlibatan klien penting untuk menjagapartisipasi aktif dari klien terhadap perawatan atau pengobatan
P : Nah, kalau begitu kita akhiri dulu sampai di sini. Sebentar lagi saya harapkan Pak Ong bersedia hadir pada acara perpisahan dengan teman-teman saya juga.

K : Ya…ya…
P : Menepuk bahu K
K : Memandang P



K : Menganggukkan kepalanya
P : Tersenyum

P mengakhiri kontrak dan menetapkan kontrak selanjutnya pada K untuk acara terminasi besar

P senang karena K menyetujui kontrak
K merasa sedih karena harus berpisah dengan P



K mau menerima kontrak dengan perawat
Kontrak harus selalu disepakati oleh klien yang mampu untuk menyepakati kontrak sebagai suatu tanggung jawab bagi klien untuk melaksanakannya
P : Oke, jam lima sore kami tunggu Pak Ong disini. Selamat sore Pak Ong.

K : Ya…ya…
P : Memandang K dan menepuk pundak K
K : Tersenyum

K : Tersenyum
P : Tersenyum pada K

P menutup interaksi dan menegaskan kontrak selanjutnya


P senang karena K menerima kontrak selanjutnya

K menerima kontrak



K menyiapkan diri untuk kontrak berikutnya
Salam penutup untuk menutup interaksi sekaligus mengorientasikan klien terhadap waktu







KESAN PERAWAT :

Kontak ke-18 fase terminasi bertujuan untuk menggali perasaan klien tentang perasaan klien terhadap realitas perpisahan dengan perawat. Klien memang sudah disiapkan seminggu sebelum terminasi dengan mengkonfirmasikan pada klein bahwa hari perawatan oleh mahasiswa tinggal seminggu lagi. Sehari sebelum terminasi juga dilaksanakan pre-terminasi dengan menanyakan perasaan klien bila kehilangan teman ngobrolnya. Klien sempat kembali ke kamar tanpa permisi pada perawat. Fase saat itu adalah fase denial tetapi pada interaksi ke-18 tersebut diatas, klien sudah dapat menerima realitas perpisahan dengan perawat.






CATATAN  KEPERAWATAN


No
Tanggal
Diagnosa

Implementasi

Evaluasi


Tanda



Keperawatan

Respon Klien (S dan O)
Modifikasi
Tangan
1
30 April1999
Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronik
e.1.1. Membimbing klien untuk mencari bantuan dan menginformasikan bahwa perawat siap membantu klien “ Nah, kalau bapak siap untuk bermain dalam kelompok, saya siap membantu!”

e.1.3. Memberikan reinforcement atas aspek positif yang dicapai “Nah, kan bapak sudah tahu keuntungan berkenalan dengan orang lain. Itu bagus!!!. Diucapkan saat klien berhasil mengidentifikasi manfaat berkenalan dengan baik.

S : -
O : Klien merapikan tempat tidur dengan dibimbing oleh perawat


S : -
O : Klien tersenyum dan tertawa senang
Pertahankan





Pertahankan





2

30 April 1999

Perubahan persepsi sensori : halusinasi lihat b/d perilaku menarik diri

b.1.3. Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain
“Apa ruginya kalau kita nggak mau gabung dengan teman lain?”

b.1.4.Memberi reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
“Wah Bagus, Pak Ong sudah mau cerita!”


b.2.1.Mendorong klien mengungkapkan perasaannya terhadap hubungan dengan perawat
“Enak kan kalau Pak Ong mau ngobrol dengan kita?”


c.1.1.Menghadirkan perawat lain dalam interaksi dengan klien
“Nah ini teman saya, coba kenalan!”



S : Klien mengatakan tidak bisa minta rokok jika tidak ngomong dengan teman-temannya
O : -


S : Klien mengatakan terimakasih atas pujian yang diberikan
O : Klien tersenyum

S : Klien mengatakan senang karena diajak ngobrol
O : Klien mau duduk bersama perawat lain dan berbicara


S : -
O : Klien tampak mau beinteraksi dengan perawat lain


Pertahankan





Pertahankan




Pertahankan





Pertahankan






3.

30 April 1999

Kerusakan komunikasi verbal b/d waham kebesaran

2.1.4.Memfokuskan klien pada realitas, saat klien membicarakan wahamnya “ Bapak Ong berada dimana?” dan “Kalau Profesor ada dimana?”

S : Klien menjawab bahwa ia berada di RSJ Grogol
O : Klien terdiam saat ditanya kalau profesor ada dimana

Pertahankan










 
© 2010-2012 My Documentku