Pada sore nan cerah saya mau sharing tentang Kamus Kedokteran "Stedman's Electronic Medical Dictionary v6.0 673" yang bisa anda dapatkan secara gratis. Walaupun file size yang gede tapi ga diragukan lagi kegunaanya buat anda yang masih kuliah maupun sudah bekerja buat referensi, maupun pengganti kamus kedokteran kertas. Sayangnya Software ini masih berbahasa Inggris, mungkin bakal ade Versi jawanya di kemudian hari.hehehe. Terdiri dari 2 CD yang yang dibungkus dalam file ISO yang bisa anda Extract menggunakan Magic ISO maupun Izarc yang dapat anda Download Secara Gratis DISINI atau DISINI.
Tampilkan postingan dengan label Artikel Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Kesehatan. Tampilkan semua postingan
KAMUS KEDOKTERAN GRATIS?
Label:
ANFIS,
Artikel Kesehatan,
MATERI,
Saku Keperawatan,
SOFTWARE,
Software Kedokteran,
Tips dan trik
Transfusi Darah

Oleh :
Diana Kusumawati S.Kep.Ns
TERAPI DARAH DAN KOMPONEN DARAH
A. Syarat-syarat pendonor darah :Diana Kusumawati S.Kep.Ns
TERAPI DARAH DAN KOMPONEN DARAH
Berat badan harus lebih dari 50 Kg untuk donor standart 450 ml. donor yg berat badannya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan sesuai dgn berat badannya
Suhu tidak boleh melebihi 37,5 C
Denyut nadi harus teratur antara 50 smp 100 x/I
Tekanan sistol harus diantara 90 -180 mmHg
Kadar Hb pd wanita paling tidak 12,5 gr/dl dan pria 13,5gr/dl
Usia minimal 18 thn Karena pertimbangan kebutuhan besi yg tinggi pada akil balik .
batas atas 65 thn karena meningkatnya insiden penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler
Pendonor harus dalam keadaan sehat dan harus bebas dari faktor dibawah ini :
Transfusi Darah Riwayat hepatitis sekarang atau terdahulu / riwayat kontak dekat dgn pasien hepatitis / dialisis dlm 6 bln terakhir
Riwayat sifilis dan malaria yg tidak diobati, karena penyakit ini dapat ditularkan melalui transfusi meskipun sdh setahun sebelumnya. orang yg sdh bebas gejala dan bebas terapi selama 3 thn setelah menderita malaria diperbolehkan menjadi donor
Riwayat atau terdapat bukti penyalah gunaan obat dgn cara menyuntik sendiri karena banyak pengguna obat intravena adalah karier hepatitis dan resiko terjadi AIDS tinggi pada kelompok ini
Riwayat kemungkinan pajanan HIV seperti : melakukan sex anal, kontak sex dgn bannyak pasangan dan pengguna obat intravena
Infeksi kulit karena kemungkinan mengkontaminasi jarum flebotomi
Riwayat asma, urtikaria, alergi obat karena hipersensitif dapat ditransmisi secara pasif ke resipien
Kehamilan dalam 6 bulan terakhir karena kebutuhan nutrisi yg tinggi pada ibu hamil
Riwayat terpajan penyakit menular dalam 3 minggu karena ada resiko penularan ke resipien
Riwayat donor darah dlm 56 hari terakhir
Transfusi Darah Riwayat hepatitis sekarang atau terdahulu / riwayat kontak dekat dgn pasien hepatitis / dialisis dlm 6 bln terakhir
Riwayat sifilis dan malaria yg tidak diobati, karena penyakit ini dapat ditularkan melalui transfusi meskipun sdh setahun sebelumnya. orang yg sdh bebas gejala dan bebas terapi selama 3 thn setelah menderita malaria diperbolehkan menjadi donor
Riwayat atau terdapat bukti penyalah gunaan obat dgn cara menyuntik sendiri karena banyak pengguna obat intravena adalah karier hepatitis dan resiko terjadi AIDS tinggi pada kelompok ini
Riwayat kemungkinan pajanan HIV seperti : melakukan sex anal, kontak sex dgn bannyak pasangan dan pengguna obat intravena
Infeksi kulit karena kemungkinan mengkontaminasi jarum flebotomi
Riwayat asma, urtikaria, alergi obat karena hipersensitif dapat ditransmisi secara pasif ke resipien
Kehamilan dalam 6 bulan terakhir karena kebutuhan nutrisi yg tinggi pada ibu hamil
Riwayat terpajan penyakit menular dalam 3 minggu karena ada resiko penularan ke resipien
Riwayat donor darah dlm 56 hari terakhir
Transfusi Darah
B. Darah dan Komponen Darah
1unit darah yang telah diambil dari donor mengandung sekitar 450 ml darah dan 60-70ml anti koagulan. Pengawet yg berfungsi sbg anti koagulan dan menyediakan gula untuk metabolisme sel darah merah
Darah dapat disimpan pada 1- 6 Derajat Celsius di Bank darah selama 21-35 hari
Tergantung jenis pengawet atau anti koagulan yg dipakai
Setelah itu harus dibuang karena sdh banyak sel darah merah yg mati secara invivo
Darah yang sudah tersimpan lebih dari 24 jam tidak lagi mengandung trombosit
Macam-macam transfusi
Transfusi sel darah merah
Transfusi plasma
Transfusi albumin
Transfusi darah masih
Sebagai penggantian volume darah total penderita yang disimpan kurang dari 24 jam
Transfusi pada bagian kedaruratan medik misal: kecelakaan, ruang pembedahan / bagian kebidanan jika penderita mengalami perdarahan hebat, syok hipovolemik akut
Indikasi untuk transfusi sel darah merah
Kehilangan darah yg akut
Jika darah hilang karena trauma/pembedahan,maka penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan
Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yg harus diberikan
Jika < dari separuh maka konsentrasi sel darah merah dan plasma yg diberikan
Transfusi darah pra bedah
Kadar Hb 80 gr/l atau kurang maka penderita harus ditransfusi, bila kadar Hb antara 80 dan 100 gr/l setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan
c. Anemia defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidaka dapat ditransfusikan kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera / yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral
d. Anemia yg berkaitan dengan kelainan menahun
Pada penderita penyakit keganasan, artritis rematoid
1unit darah yang telah diambil dari donor mengandung sekitar 450 ml darah dan 60-70ml anti koagulan. Pengawet yg berfungsi sbg anti koagulan dan menyediakan gula untuk metabolisme sel darah merah
Darah dapat disimpan pada 1- 6 Derajat Celsius di Bank darah selama 21-35 hari
Tergantung jenis pengawet atau anti koagulan yg dipakai
Setelah itu harus dibuang karena sdh banyak sel darah merah yg mati secara invivo
Darah yang sudah tersimpan lebih dari 24 jam tidak lagi mengandung trombosit
Macam-macam transfusi
Transfusi sel darah merah
Transfusi plasma
Transfusi albumin
Transfusi darah masih
Sebagai penggantian volume darah total penderita yang disimpan kurang dari 24 jam
Transfusi pada bagian kedaruratan medik misal: kecelakaan, ruang pembedahan / bagian kebidanan jika penderita mengalami perdarahan hebat, syok hipovolemik akut
Indikasi untuk transfusi sel darah merah
Kehilangan darah yg akut
Jika darah hilang karena trauma/pembedahan,maka penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan
Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yg harus diberikan
Jika < dari separuh maka konsentrasi sel darah merah dan plasma yg diberikan
Transfusi darah pra bedah
Kadar Hb 80 gr/l atau kurang maka penderita harus ditransfusi, bila kadar Hb antara 80 dan 100 gr/l setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan
c. Anemia defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidaka dapat ditransfusikan kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera / yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral
d. Anemia yg berkaitan dengan kelainan menahun
Pada penderita penyakit keganasan, artritis rematoid
Transfusi Darah
e. Gagal ginjal
Anemia berat yg berkaitan dgn gagal ginjal seharusnya diobati baik dgn transfusi sel darah merah maupun dgn eritropoitin
f. Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitostatika atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yg lain
g. Penderita yg tergantung transfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik
h. Penyakit hemolitik neonatus
Jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia
i. Indikasi lain untuk transfusi
Malaria berat, septikemia meningokokus
Anemia berat yg berkaitan dgn gagal ginjal seharusnya diobati baik dgn transfusi sel darah merah maupun dgn eritropoitin
f. Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitostatika atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yg lain
g. Penderita yg tergantung transfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik
h. Penyakit hemolitik neonatus
Jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia
i. Indikasi lain untuk transfusi
Malaria berat, septikemia meningokokus
Uji Agent padaTransfusi
HBSAg Untuk mengetahui Penyakit hepatitis
Anti body terhadap HIV
Uji Mikrobiologi mencakup penyaringan selektif titer tetanus
Uji Lain yaitu : uji serologis untuk memastikan golongan darah (A,B atau O)
Prosedur Pemberian Transfusi Darah
A. Pra prosedur
Periksa kembali apakah klien telah menandatangani inform consent
Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai
Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan
Jelaskan prosedur pada pasien
HBSAg Untuk mengetahui Penyakit hepatitis
Anti body terhadap HIV
Uji Mikrobiologi mencakup penyaringan selektif titer tetanus
Uji Lain yaitu : uji serologis untuk memastikan golongan darah (A,B atau O)
Prosedur Pemberian Transfusi Darah
A. Pra prosedur
Periksa kembali apakah klien telah menandatangani inform consent
Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai
Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan
Jelaskan prosedur pada pasien
5. Saat menerima darah atau komponen darah :
Periksa ulang label dgn perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO nya sesuai dgn catatan
Periksa adanya gelembung darah dan warna abnormal serta pengkabutan
Periksa jumlah dan jenis darah donor sesuai dgn catatan resipien
Periksa ulang label dgn perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO nya sesuai dgn catatan
Periksa adanya gelembung darah dan warna abnormal serta pengkabutan
Periksa jumlah dan jenis darah donor sesuai dgn catatan resipien
Periksa identitas pasien dgn menanyakan nama dan memeriksa gelang identitas
Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis darah resipien
Periksa TTV sbg dasar perbandingan tanda vital selanjutnya
Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis darah resipien
Periksa TTV sbg dasar perbandingan tanda vital selanjutnya
B. Pelaksanaan
Pakai sarung tangan
Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi
Jangan sekali menambahkan obat ke dalam darah atau produk darah
Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dlm 30 menit setelah dikeluarkan dari pendingin
Bila darah harus dihangatkan,maka hangatkan dlm penghangat darah in – line dgn sistem pemantauan
Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pd vena
Gunakan selang khusus yg memiliki filter darah untuk mennyaring bekuan fibrin dan partikel lainnya
Pakai sarung tangan
Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi
Jangan sekali menambahkan obat ke dalam darah atau produk darah
Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dlm 30 menit setelah dikeluarkan dari pendingin
Bila darah harus dihangatkan,maka hangatkan dlm penghangat darah in – line dgn sistem pemantauan
Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pd vena
Gunakan selang khusus yg memiliki filter darah untuk mennyaring bekuan fibrin dan partikel lainnya
Untuk 15 menit pertama berikan transfusi secara perlahan tidak lebih dari 5 ml/ menit
Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping
Apabila tdk ada efek samping dlm 15 mnt pertama, naikkan kecepatan aliran kecuali pasien beresiko kelebihan sirkulasi
Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi
Perhatikan bahwa waktu pemberian tdk melebihi 4 jam karena akan terjadi peningkatan resiko proliferasi bakteri
Siagalah thd adanya reaksi transfusi
Reaksi Transfusi
Suatu reaksi yg dpt terjadi setelah pemberian darah, komponen – komponen darah atau berbagai cairan secara intravena
Reaksi yg terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik atau transmisi penyakit infeksi
Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping
Apabila tdk ada efek samping dlm 15 mnt pertama, naikkan kecepatan aliran kecuali pasien beresiko kelebihan sirkulasi
Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi
Perhatikan bahwa waktu pemberian tdk melebihi 4 jam karena akan terjadi peningkatan resiko proliferasi bakteri
Siagalah thd adanya reaksi transfusi
Reaksi Transfusi
Suatu reaksi yg dpt terjadi setelah pemberian darah, komponen – komponen darah atau berbagai cairan secara intravena
Reaksi yg terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik atau transmisi penyakit infeksi
1.Reaksi pirogen
Ditandai dengan : pasien kedinginan /menggigil diikuti demam biasanya 1jam setelah transfusi.biasanya menggigil akan menghilang setelah 15-30 menit, sedangkan demam akan menetap dlm sampai beberapa jam. Reaksi ini terjadi oleh karena sensitivitas thd sel darah putih, trombosit atau protein plasma donor
Penangananya : pasien diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat atau obat anti piretik
Ditandai dengan : pasien kedinginan /menggigil diikuti demam biasanya 1jam setelah transfusi.biasanya menggigil akan menghilang setelah 15-30 menit, sedangkan demam akan menetap dlm sampai beberapa jam. Reaksi ini terjadi oleh karena sensitivitas thd sel darah putih, trombosit atau protein plasma donor
Penangananya : pasien diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat atau obat anti piretik
2.Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas dari pasien thd komponen yg tdk diketahui dari donor darah. Reaksi ini sering terjadi dan dihubungkan dgn kemungkinan transmisi antibodi dari donor. Klien mengalami urtikaria (biduran)/gatal-gatal menyeluruh yg ditransfusikan atau transfer pasiv antibodi dari donor yg bereaksi dgn berbagai antigen yg dipaparkan kpd resipien.
b. Penatalaksanaan :Reaksi hipersensitivitas dari pasien thd komponen yg tdk diketahui dari donor darah. Reaksi ini sering terjadi dan dihubungkan dgn kemungkinan transmisi antibodi dari donor. Klien mengalami urtikaria (biduran)/gatal-gatal menyeluruh yg ditransfusikan atau transfer pasiv antibodi dari donor yg bereaksi dgn berbagai antigen yg dipaparkan kpd resipien.
Transfusi segera dihentikan
Reaksi ringan dan berespon thd antihistamin
Reaksi berat diberikan epinefrin parenteral
Reaksi ini dapat dicegah dgn pemberian anti histamin sebelum transfusi
3. Reaksi hemolitik
Reaksi ini disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas plasma atau serum dan pemberian cairan non isotonik.
Transfusi Darah Reaksi yg paling berbahaya, terjadi bila darah donor tdk sesuai dgn golongan darah resipien, antibodi dlm plasma resipien akan segera bergabung dgn antigen pada eritrosit donor dan sel tsb sgr mengalami hemolisis baik dlm sirkulasi maupun dlm sistem retikuloendotelial Transfusi Darah. Fase akut ini terjadi dlm 1 jam pertama, kematian dpt terjadi pd hari ke 5 – 14
Ditandai dengan :
Rasa tidak enak dan gelisah
Kesukaran dlm bernafas
Muka menjadi merah (Flusing)
Sesak nafas, tekanan darh menurun
Mual dan muntah – muntah
b. Penatalaksanaan :
Hentikan transfusi
Berikan diuretik
Jika terdapat anuria kemungkinan besar terjadi gagal ginjal
Hentikan transfusi
Berikan diuretik
Jika terdapat anuria kemungkinan besar terjadi gagal ginjal
4. Transmisi Penyakit menular
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus ditanyakan dahulu apakah pasien pernah menderita penyakit tsb dan apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah endemis malaria
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus ditanyakan dahulu apakah pasien pernah menderita penyakit tsb dan apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah endemis malaria
Intervensi keperawatan pada reaksi transfusi
Transfusi set dilepaskan, namun jalur intra vena harus tetap diertahankan dgn larutan NS (0,9%)
Kantong darah dan selang disimpan
Gejala ditangani sesuai dengan resep dokter dan tanda vital dipantau terus
Ambil darah pasien untuk pemeriksaan kadar Hb, kultur dan penentuan ulang golongan darah
Sampel urin harus segera dikirim kelaboratorium
Bank darah diberitahu bahwa telah terjadi kecurigaan reaksi transfusi
Reaksi harus dicatat sesuai dgn kebijaksanaan institusi
Transfusi set dilepaskan, namun jalur intra vena harus tetap diertahankan dgn larutan NS (0,9%)
Kantong darah dan selang disimpan
Gejala ditangani sesuai dengan resep dokter dan tanda vital dipantau terus
Ambil darah pasien untuk pemeriksaan kadar Hb, kultur dan penentuan ulang golongan darah
Sampel urin harus segera dikirim kelaboratorium
Bank darah diberitahu bahwa telah terjadi kecurigaan reaksi transfusi
Reaksi harus dicatat sesuai dgn kebijaksanaan institusi
PENGARUH BUDAYA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
A.
P ENDAHULUAN
Untuk dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya yang dianggap mempunyai peranan
yang sangat penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun maksud
dari pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.
Pada saat ini
pandangan tentang keperawatan berbeda dibanding masa lalu . Salah satu
sebabnya adalah ada perbedaan situasi pada ruang perawatan maupun pandangan terhadap konsep – konsep
keperawatan. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu
proses profesionalisasi, yaitu terjadi suatu perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai tuntutan secara global dan lokal. Untuk mewujudkannya maka perawat di
Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada
klien dan berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan eksistensi profesi
keperawatan.
Perawat merupakan seorang praktisi
profesional dengan suatu keahlian tersendiri yang sepanjang pekerjaannya selalu
berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lain yang terkait dengan keperawatan.
Keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, di tujukan pada individu,
keluarga, masyarakat baik yang sehat maupun sakit yang mencakup biopsikososial
dan spiritual yang komprehensif.
Berdasarkan konsep di atas, konsep
asuhan keperawatan maternitas juga di laksanakan secara komprehensif yang
mencakup seluruh aspek dalam diri individu. Pengetahuan perawat tentang aspek
kebudayaan akan memberikan implikasi yang positif dalam melaksanakan proses
keperawatan yang efektif.
B.
KONSEP TENTANG BUDAYA dan KEBUDAYAAN
Budaya harus di bedakan dengan kebudayaan,
budaya adalah “ daya dari budi “ yang berupa cipta, karsa dan rasa itu.
Tylor ( dalam J Vaan Baal, 1970
) memdefinisikan kulture (budaya)
sebagai keseluruhan ketrampilan, kebiasaan
dan pengertian yang di dapatkan dan belajar yang berlaku untuk kelompok
tertentu.
Koetjaraningrat ( 1989
) mendefinisikan sebagai keseluruhan
system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dengan belajar.
Sedangkan Kluckon ( 1949 ) menyatakan bahwa kebudayaan
berarti sejumlah cara hidup orang, warisan
sosial individu yang ia peroleh dari kelompoknya.
hubungan manusia dan kebutuhannya
dapat di katakan bahwa kebudayaan itu merupakan respon manusia terhadap
kebutuhan dasarnya. Kebudayaan adalah
prilaku yang harus di pelajari seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
dapat juga di katakan sebagai cara hidup manusia yang di rancang sebagai
pedoman hidupnya. Cara hidup tersebut merupakan warisan sosial yang di pelajari
dan di miliki oleh kelompok manusia. Berdasarkan uraian di atas kebudayaan
dapat di definisikan sebagai cara hidup yang
di pelajari dan di miliki oleh kelompok manusia. Berdasarkan uraian di
atas kebudayaan dapat di definisikan sebagai cara hidup yang di pelajari dan di
miliki bersama- sama secara kemasyarakatan di teruskan dari generasi ke
generasi berikutnya. Meskipun kebudayaan yang satu berbeda dengan kebudayaan
lainnya, semua kebudayaan berisi ciri atau unsur-unsur yang bersifat
universal.
Tujuh unsur kebudayaan yang
bersifat universal menurut para sarjana adalah :
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup
manusia ( pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, dll )
2.
Mata pencaharian hidup dan system
ekonomi ( pertanian, peternakan, system produksi, dsb )
3.
Sistem kemasyarakatan ( system
kekerabatan, system perkawinan dan system hukum )
4.
Bahasa ( lisan maupun tertulis )
5.
Kesenian.
6.
Sistem pengetahuan.
7.
Religi/ Kepercayaan.
Kebudayaan dapat di bagi menjadi
3 bagian utama yaitu (1) adat istiadat, (2) system kepercayaan dan (3) benda
hasil karya manusia.
Adat istiadat
berarti kelompok kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan itu adalah cara yang sesungguhnya
dari anggota masyarakat bertingkah laku. Anak-anak mulai belajar adat istiadat
ketika mereka masih kecil, cara komunikasi, cara supaya tetap bersih dan
lain-lain.
Sistem kepercayaan
adalah seperangkat ide atau gagasan yang menetapkan standar prilaku yang baik
dan buruk, serta memberikan makna dan maksud hidup. Termasuk dalam pengertian
system kepercayaan adalah religi dan norma yang menetapkan cara seseorang harus
berprilaku. Pada masyarakat yang belum menganut agama Islam atau Kristen di
pedalaman Kalimantan, religi dan norma saling melengkapi bagaimanapun juga
system kepercayaan merupakan bagian dari kebudayaan terutama berguna bagi
individu sebab memberikan bimbingan dan arahan untuk menentukan tindakan.
Benda hasil karya adalah objek
yang di hasilkan dan di pakai masyarakat, termasuk alat-alat yang di pakai
untuk memproduksi benda-benda lain.
Benda-benda tersebut di kembangkan oleh
masyarakat sendiri atau di tiru
dari masyarakat lain.
C.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS
Keperawatan Maternitas adalah pelayanan keperawatan
profesional
yang di berikan kepada wanita usia subur
yang meliputi :
-
Sistem reproduksi.
-
Masa kehamilan.
-
Masa persalinan.
-
Masa pasca salin.
-
Bayi baru lahir s/d usia 28
hari.
Adapun
falsafah keperawatan maternitas meliputi :
1.
Keperawatan maternitas di pusatkan
pada:
Keluarga dan masyarakat dengan
memberikan asuhan keperawatan holistik
Menghargai klien dan keluarganya
Menyadari bahwa klien, keluarga,
masyarakat berhak menentukan perawatan yang sesuai dengan dirinya.
2.
Setiap individu berhak lahir secara
optimal
Wanita hamil dan bayi yang
dikandungnya
Wanita pada masa persalinan dan
pasca salin beserta bayinya berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan.
3.
Kehamilan, persallinan dan gangguan
kesehatan merupakan tugas perkembangan kelluarga yang dapat menyebabkan krisis
situasi.
4.
Meyakini bahwa kehamilan dan
persalinan adalah peristiwa yang normal.
5.
Awal kehamilan merupakan awal
bentuk interaksi keluarga
6.
Sikap, nilai dan perilaku sehat
setiap individu dipengaruhi oleh latar belakang budaya, agama dan kepercayaan.
7.
Keperawatan maternitas berfungsi
sebagai advokat/pembela untuk melindungi hak klien.
8.
Mempromosikan kesehatan merupakan
tugas penting bagi keperawatan maternitas.
9.
Keperawatan maternitas memberikan
tantangan bagi perawat dan merupakan faktor utama dalam mempromosikan derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
10. Yakin
bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan maternitas.
D.
ASPEK BUDAYA DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
Asuhan keperawatan maternitas sebagai wujud pelaksanaan
asuhan keperawatan profesional yang holistik juga tidak terlepas dari aspek
budaya dalam penerapannya. Latar belakang budaya sangat mempengaruhi sikap,
nilai dan perilaku hidup sehat tiap individu.
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bersifat Plural
(majemuk) di tambah sekarang memasuki era globalisasi dimana pasien tidak hanya
bangsa Indonesia saja, melainkan juga
orang-orang asing yang tentunya mempunyai latar belakang budaya yang sangat
jauh berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Kenyataan ini merupakan tantangan
yang harus kita hadapi.
Aspek budaya yang berpengaruh
terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada budaya di Kalimantan Selatan seperti:
Sebelum usia kehamilan 28 minggu
ibu hamil tidak diperbolehkan untuk menyiapkan perlengkapan bayinya dengan
alasan persiapan sebelum waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang
dikandung ibu. Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan prematur (28 minggu
kehamilan), maka tidak ada persiapan yang matang untuk memenuhi perlengkapan
bayi. Oleh sebab perawat keperawatan maternitas harus mampu mengidentifikasi
budaya daerah masing-masing.
Usia kehamilan 28 minggu ibu hamil
dianjurkan melakukan mandi-mandi/siraman dengan menggunakan air bunga dan
mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh badan ibu yang hamil dengan
alasan agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan roh gaib.
Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan
untuk memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang
aneh/mengejek oranglain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang
baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dan mereka berkeyakinan bayi
yang akan dilahirkan akan menjadi cacat atau seperti binatang yang dilukai.
Bagi Ibu yang hamil dan bapak bayi tidak diperbolehkan mandi
dengan menggunakan sarung atau kain panjang yang dililitkan ke lehernya, dengan alasan dapat membuat lilitan tali
pusat pada bayi sehingga mempersulit kelahiran.
Perawat
harus mengkaji budaya yang ada di masyarakatnya untuk memudahkan dalam
menentukan penegakan diagnosa keperawatan maternitas.
E. PENUTUP
Pengkajian
budaya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas akan sangat bermanfaat
untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Manfaat yang akan diperoleh seperti:
Dapat meningkatkan efektifitas
pelayanan kesehatan, sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan dengan tepat
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang telah
ditetapkan.
Dapat meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan dapat dicegahnya pelayanan
kesehatan yang di bawah standar dan ataupun berlebihan akibat efek samping atau
komplikasi dari pelayanan kesehatan yang dibawah standar.
Dapat meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan kesesuaian
pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan.
Dapat melindungi penyelenggara
pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukuman.
Asuhan keperawatan maternitas sebagai pelayanan keperawatan
profesional yang di tujukan kepada wanita usia subur, bayi beserta keluarganya
agar dapat beradaptasi secara holistic, maka peran perawat perlu ditingkatkan dalam menerapkan
proses keperawatan yang tidak terlepas dari kemampuan perawat dalam menggali
latar belakang budaya klien dan keluarga agar sikap, nilai dan perilaku sehat
yang dimilikinya tetap dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
A.W.
Widjaja, (1986), Manusia Indonesia,
Individu, Keluarga dan Masyarakat,
Akademika Pressindo, Jakarta
Doengoes.
M, (2001), Perawatan Bayi dan Maternal, EGC, Jakarta
Hamilton
Mary P, (1997), Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas, EGC, Jakarta
J.
Van Baal, (1987), Teori Antropologi
Budaya, Gramedia, Jakarta
Koentjaraningrat,
(1989), Pengantar Ilmu Antropologi Budaya,
Aksara Baru, Jakarta
P.J.M.
Stevens et all, (1999), Ilmu Keperawatan
Jilid 2, Edisi 2, EGC, Jakarta
Sarwono
Prawirohardjo, (2001), Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Transplantasi Organ Dan Jaringan Tubuh
Label:
Artikel Kesehatan,
MATERI,
Materi kuliah,
Pengetahuan
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Asma Pada Anak Usia 6
Label:
Artikel Kesehatan,
MATERI,
Materi kuliah,
Pengetahuan
Pengaruh Terapi Aktivitas
Prosedur Pemberian Obat Telinga
Sexuality
KONSEP ELEKTROLIT SERUM

elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu :
a.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda
di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan
yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
b.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan didalam
sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas
permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai
aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam
tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2.
Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang
kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air
tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan
metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan,
kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan
cairan.
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan
berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30
g/hari.
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi,
tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan
dari interstisial ke intraselular.
Pada orang dewasa kira-kira 40 % barat
badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF),
sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel
(ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5 % cairan
intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada
dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan
asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),
kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak
bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan
asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),
kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh
bervariasi pada satu bagian dengan
bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan
negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan
negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada
intarseluler maupun pada
plasma terinci dalam tabel di bawah ini :
No. Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler
Plasma Interstitial
- Kation :
• Natrium (Na+) 144,0
mEq 137,0 mEq 10 mEq
• Kalium (K+) 5,0 mEq
4,7 mEq 141 mEq
• Kalsium (Ca++) 2,5
mEq 2,4 mEq 0
• Magnesium (Mg ++)
1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
- Anion :
• Klorida (Cl-) 107,0
mEq 112,7 mEq 4 mEq
• Bikarbonat (HCO3-)
27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
• Fosfat (HPO42-) 2,0
mEq 2,0 mEq 11 mEq
• Sulfat (SO42-) 0,5
mEq 0,5 mEq 1 mEq
• Protein 1,2 mEq 0,2
mEq 4 mEq
- Kation :
• Sodium (Na+) :
- Kation berlebih di
ruang ekstraseluler
- Sodium penyeimbang
cairan di ruang ektraseluler
- Sodium adalah komunikasi
antara nerves dan musculus
- Membantu proses
keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di
ekresikan
- Sumber : snack, kue,
rempah-rempah, daging panggang.
• Potassium (K+) :
- Kation berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga keseimbangan kalium di ruang
intrasel
- Mengatur kontrasi (polarissasi dan
repolarisasi) dari muscle dan nerves.
•
Calcium (Ca++) :
-
Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan
gigi untuk
membuatnya
keras dan kuat
-
Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle
-
Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin
dan trombin
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b.Anion :
- Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b.Anion :
•
Chloride (Cl -) :
-
Kadar berlebih di ruang ekstrasel
-
Membantu proses keseimbangan natrium
-
Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster
-
Sumber : garam dapur
•
Bicarbonat (HCO3 -) :
Bagian
dari bicarbonat buffer system
-
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH.
•
Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :
-
Bagian dari fosfat buffer system
-
Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel
-
Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
-
Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.
Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur
yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan
kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar
1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan
umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan
Cairan (mL/24 Jam).
1. 3
hari 3,0 250-300
2. 1
tahun 9,5 1150-1300
3. 2
tahun 11,8 1350-1500
4. 6
tahun 20,0 1800-2000
5. 10
tahun 28,7 2000-2500
6. 14
tahun 45,0 2200-2700
7. 18
tahun(adult) 54,0 2200-2700
Pengatur utama intake cairan adalah
melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangakan
rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus
akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui
empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
:
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL
(Insesible Water Loss) :
IWL
terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
:
Berkeringat
terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal
dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
:
Pengeluaran air
melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
q KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH
CAIRAN
|
Na+ (m Eq/L)
|
K+ (m Eq/L)
|
CL ( m Eq/L)
|
HCO3
(m Eq/L)
|
Keringat
Saliva
Cairan
lambung
-
High
acidity
-
Low
acidity
-
Sekresi
pancreas
Skresi
bilier
Cairan
ileum
diare
|
30
– 50
2
– 40
10
– 30
70
- 140
115
– 180
130
– 160
40
– 135
20
- 160
|
5
10
– 30
5
– 40
5
– 40
5
5
5
– 30
10
– 40
|
45
– 55
6
– 30
80
– 150
55
– 95
55
– 95
90
– 120
20
– 90
30
- 120
|
-
30
-
5
– 25
60
– 110
30
– 40
20
– 30
30
- 50
|
ABNORMALITAS
ELEKTROLIT SERUM
Tiga
kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah :
•
Volume
•
Osmolalitas
•
Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama
mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau
bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat
pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik terutama
mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau
kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan
osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai
natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion di dalam
ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari
jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga
mengakibatkan perubahan komposisional.
a. Ketidakseimbangan
Volume
•
kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan
volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh
isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif
sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang
seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif
mengakibatkan hipernatremia.
-
Cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan
NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
-
Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.
•
Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan
cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement
cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan
interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
b. Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :
•
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mEq/L.
•
Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.
•
Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani
untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
EFEK
ABNORMALITAS ELEKTROLIT SERUM
Gangguan
Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan
ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
·
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien
mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
·
Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi
sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
·
Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti
gagal jantung, penyakit Addison).
·
Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan,
mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi
2.
Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik,
diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca
obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian
cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas
otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap
hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi
·
§ Kehilangan K+ melalui saluran
cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom
malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
·
§ Diuretik
·
§ Asupan K+ yang tidak
cukup dari diet
·
§ Ekskresi berlebihan melalui ginjal
·
§ Maldistribusi K+
·
§ Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah
(terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi
myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik
ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan
gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
·
Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut
atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
·
Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan
trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri
akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen
meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin
dosis tinggi juga harus dipikirkan.
·
Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada
asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari
osmolalitas darah.
·
Insufisiensi adrenal
·
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah
atau pemasangan torniket terlalu lama
·
Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek
terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada
permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval
PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT
memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan
asistole cenderung terjadi pada K+ > 10
mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan
paralisis ascenden.
PENANGANAN
KONDISI ABNORMALITAS
ELEKTROLIT
SERUM
TERAPI
CAIRAN
Definisi
Terapi cairan
adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasi, antara lain:
-
Kehilangan cairan tubuh akut
-
Kehilangan darah
-
Anoreksia
-
Kelainan saluran cerna
Teknik Pemberian
Prioritas
utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral
/ fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan
dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar
daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan
bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala.
Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena
umbilikalis.
Penggunaan
jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer
biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya
tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter
besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena
subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin
dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
TERAPI ELEKTROLIT
1. Hiponatremia
·
Atasi penyakit dasar
·
Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
·
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara
perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi
berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
·
Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24
jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar
1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang
dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) =
[125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body
Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
·
Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing
mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
·
Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin
dperlukan diuretik
·
Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%)
dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
2. Hipernatremia
·
Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan
pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa
dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
·
Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan
diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan
untuk mengganti defisit air.
·
Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air
tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg
dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh
sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
·
Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam
24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk
menghindari edema serebral.
3. Hipokalemia
·
Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada
hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium.
Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
·
Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi
diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4
minggu setelah suplementasi dimulai.
·
Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan
pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan
pemberian sbb:
·
Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan
EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian
maksimum 200 mEq per hari.
·
Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh
melebihi dosis maksimum dewasa.
4. Hiperkalemia
·
Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau
jika kalium serum > 7 mEq/L
·
Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10%
selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
·
Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan
menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan
sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada
kedaruratan
·
Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan
ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya
diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
·
Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan
refrakter
·
Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal
ginjal (GFR < 15 ml/menit)