Home » , » Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Klien Dengan PyeloNeprolithotomi Dextra

Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Klien Dengan PyeloNeprolithotomi Dextra


1. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau kandung kemih yang terdiri dari; yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi,infeksi atau oedema pada saluran perkemihan, kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas; kalsium
Faktor resiko batu ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi saluran perkemihan, hiperparatiroidismempenyakit infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit D berlebih, immobilitas lama dan dehidrasi.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi pembentukan batu;
a. Faktor Endogen
Faktor genetik,familial pada hypersistinuria,hiperkalsiuria dan hiperoksalouria
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan,pekerjaan,makanan,infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum
3. Faktor lain;
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah infeksi saluran kencing.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak daripada wanita
d. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e.Keturunan
Annggota keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
h.Suhu

Tempat yang bersuhu  panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat

i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk berkurang  .Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita BSK ( buli-buli dan Urethra )

4. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik,bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.
5. Teori terbentuknya batu
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin,santin,asam urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya BSK.
6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,  fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan  sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. :
7. Penatalaksanaan;

a. Menghilangkan obstruksi

b. Mengobati infeksi

c. Menghilangkan rasa nyeri.

d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi

8. Komplikasi:
a.Infeksi
b.Obstruksi
c.Hidronephrosis

9. Pendahuluan

Trauma bedah yang direncanakan, menimbulkan rentang respon fisiologis dan psikologis pada klien, tergantung pada individu dan pengalaman masa lalu yang unik, pola koping, kekuatan dan keterbatasan. Kebanyakan klien dan keluarganya memandang  setiap tindakan bedah merupakan peristiwa besar dan mereka bereaksi dengan takut dan ansietas pada tingkat tertentu.
10. Pengertian Pyeloneprolithotomi
Pyeloneprolithotomi adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari ginjal dan pyelum
11.  Pengertian Keperawatan Perioperatif
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggung jawab keperawatan yang berhubungan dengan fase-fase preoperatif, intraoperatif, pemulihan pascaanestesi dan pascabedah.
Sepanjang periode perioperatif, perawat menerapkan proses keperawatan untuk mengidentifikasi fungsi positip, perubahan fungsi, dan potensial perubahan fungsi pada klien. Adapun tanggung jawab keperawatan untuk masing-masu\ing fase berfokus pada masalah kesehatan spesifik aktual atau potensial.





12.  Fokus Asuhan Keperawatan Pada periode Perioperatif
  1. Fase Preoperatif
a.       Pengkajian Preoperatif
b.      Penyuluhan Preoperatif
c.       Persiapan untuk pindah ke ruang operasi
d.      Dukungan orang terdekat
  1. Fase Intraoperatif
a.       Keamanan lingkungan
b.      Kontrol Asepsis
c.       Pemantauan fisiologis
d.      Dukungan psikologis ( prainduksi )
e.       Pemindahan ke ruang pemulihan pascaanestesi
  1. Fase Pemulihan Pascaanestesi
a.       Pemantauan fisiologis ( jantung, pernafasan, sirkulasi, ginjal dan neurologis )
b.      Dukungan psikologis
c.       Keamanan lingkungan
d.      Tindakan kenyamanan
e.       Stabilitas untuk pindah ke unit atau bangsal
  1. Fase Pascaoperatif
a.       Pemantauan fisiologis
b.      Dukungan psikologis Tindakan kenyamanan
c.       Dukungan orang terdekat
d.      Keseimbangan fisiologis ( nutrisi, cairan dan eliminasi )
e.       Mobilisasi
f.       Penyembuhan luka
g.      Penyuluhan pulang

Pengkajian Preoperatif Pyelonephrolithotomi

            Meliputi : data umum, data dasar dan data fokus, yaitu ;
Pemahaman klien tentang kejadian
-          Ahli bedah bertanggung jawab, untuk menjelaskan sifat operasi, semua pilihan alternatif, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Ahli bedah mendapatkan dua consent (ijin) satu untuk prosedur bedah dan satu untuk anestesi. Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang informasi, lalu memberitahu ahli bedah apakah diperlukan informasi lebih  banyak (informed consent)
Kondisi akut dan kronis :
-          Untuk mengkompensasi pengaruh trauma bedah dan anestesi, tubuh manusia membutuhkan fungsi pernafasan, sirkulasi, jantung, ginjal, hepar dan hematopoetik yang optimal. Setiap kondisi yang mengganggu fungsi sistem ini (misalnya: DM, gagal jantung kongestif, PPOM. Anemia, sirosuis, gagal ginjal) dapat mempengaruhi pemulihan. Disamping itu faktor lain, misalnya usia lanjut, kegemukan dan penyalahgunaan obat / alkohol membuat klien lebih rentan terhadap komplikasi.
Pengalaman bedah sebelumnya
-          Perawat mengajukan pertanyaan spesifik pada klien tentang pengalaman pembedahan masa lalu. Informasi yang didapatkandigunakan untuk meningkatkan kenyamanan (fisik dan psikologis) untuk mencegah komplikasi serius.
Status Nutrisi
-          Status nutrisi klien praoperatif secara langsung mempengaruhi responnya pada trauma pembedahan dan anestesi. Setelah terjadi luka besar, baik karena trauma atau bedah, tubuh harus membentuk dan memperbaiki jaringan serta melindungi diri dari infeksi. Untuk membantu proses ini, klien harus meningkatkan masukan protein dan karbohidrat dengan cukup untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif, hipoalbuminemia, dan penurunan berat badan. Status nutrisi merupakan akibat masukan tidak adekuat, mempengaruhimetabolik atau meningkatkan kebutuhan metabolik.
Status cairan dan elektrolit
-          Klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektolit cenderung mengalami shock, hipotensi, hipoksia, dan disritmia, baik pada intraoperatif dan pascaoperatif. Fluktuasi valume cairan merupakan akibat dari penurunan masukan cairan atau kehilangan cairan abnormal.
Status emosi.
-          Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan yang direncanakan tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi koping, signifikan pembedahan dan sistem pendukung.
-          Kebanyakan klien dengan pembedahan mengalami ancietas dan ketakutan yang disebabkan penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan immobilitas.
Diagnosa Keperawatan Preoperatif ( persiapan untuk pindah ke ruang operasi )
Cemas b/d  kurang pengetahuan  tentang regimen penatalaksanaan tindakan operasi.

Rencana Keperawatan
Diagnosa Ansietas/takut b/d situasi /lingkungan ruang premedikasi dan operasi
Tanda- tanda :
Subyektif :-Klien mengatakan semalam tidak bisa tidur/sering terbangun membayangkan operasi
                      Klien menanyakan berapa lama saya dioperasi
Klien bertanya dimana ruang operasinya
Obyektif :-Ekspresi wajah tegang, nadi meningkat, tekanan darah meningkat/turun;keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar
 Kreteria hasil :
                        Ekspresi Wajah rileks
                        Berpartisipasi pada prosedur keperawatan.
                        Mampu mengungkapkan perasaannya
                        Menyatakan penurunan ansietas/takut

Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.      Kaji tingkat kecemasan klien

2.      Berikan penetraman hati dan tindakan kenyamanan:
a.       Temani klien selama di ruang premedikasi
b.      Berikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya
c.       Kenalkan kembali pada kenyataan yang ada
d.      Kurangi stimulus sensori
e.       Ajak klien untuk mengadakan pendekatan spritual sesuai dengan kemampuan dan situasi
f.       Perjelas informasi dokter tentang rencana tindakan operasi dan kemungkinan=kemungkinannya.
g.      Orientasikan klien pada ruang operasi dan peralatannya.
h.      Minimalkan keributan/lalu lalang
i.        Tinggal dengan pasien selama induksi
j.        Tunjukan perhatian /sikap mendukung
k.      Tetap matikan lampu sampai pasien tertidur
l.        Lanjutkan pemantauan psikologis
m.    Catat respon yang tak terduga
n.      Lepaskan gigi palsu/kaca mata/alat bantu dengar di ruang operasi.
o.      Kolaborasi, pemberian anti ansietas


Tingkat kecemasan sebagai dasar perencanaan perawatan
Mengurangi rasa takut

Mengurangi kecemasan

Eksplorasi perasaan dapat mengurangi ketegangan
Suport untuk koping yang positip

Mengurangi ketegangan
Menenangkan jiwa


Meyakinkan klien sekaligus menerima secara realistis

Mengurangi ketakutan/kecemasan.
Mengurangi kecemasan

Mengurangi kecemasan
Menjaga keamanan
Memberi keprcayaan kepada klien.

Memberi ketenangan

Antisipasi terhadap perubahan psikologis

Menjaga keamanan

Mengurangi kecemasan

Fase Intra Operatif
Pengelolaan Keamanan:
a.       Jaminan penghitungan kasa, jarum, instrumen dan alat lain,cocok untuk pemakaian.
b.      Mengatur posisi pasien
-          Posisi fungsional
-          Membuka daerah untuk operasi
-          Mempertahankan posisi selama prosedur
c.       Memasang alat grounding
d.      Menyiapkan bantuan fisik
Pemantauan fisiologis
a.       Mengkalkulasi pengaruh terhadap pasien akibat kekurangan cairan
b.      Membandingkan data normal dan abnormaldari cardiopulmonal.
c.       Melaporkan perubahan-perubahan tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah dan RR.)
Pemantauan psikologi sebelum induksi dan bila pasien sadar
a.Menyiapkan bantuan emosional
b.Melanjutkan observasi status emosional
c.Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada anggota tim.
Manajemen Keperawatan
a.       Menyelamatkan  keselamatan fisik pasien.
b.      Mempertahankan aseptis pada lingkungan yang terkendali
c.       Mengelola dengan efektif sumber daya manusia.
Anggota Tim Fase intraoperatif
a.       Tim bedah utama steril
-          Ahli bedah utama
-           Asisten ahli bedah
-          Perawat instrumentator
b.      Tim anestesi:
-          Ahli anestesi atau pelaksana anestesi
-          Circulating nurse
-          Lain-lain( tehnisi, ahli apthologi dll.)
Tugas perawat instrumentator
a.       Persiapan pengadaan bahan-bahan dan alat steril yang diperlukan untuk operasi.
b.      Membantu ahli bedah dan asisten bedah waktu melakukan prosedur
c.       Pendidikan bagi staf baru yang berkualifikasi bedah
d.      Membantu jumlah kebutuhan jarum, pisau bedah, kasa atau instrumen yang diperlukan untuk prosedur, menurut jumlah yang biasa digunakan
Untuk pelaksanaan kegiatan yang efektif perawat instrumen harus memiliki pengetahuan tehnik aseptik yang baik, ketrampilan tangan dan ketangkasan, stamina fisik, tahan terhadap berbagai desakan, sangat menghayati kecermatan dan memperhitungkan prilaku yang menuntaskan asuhan pasien yang optimal.
Tugas Perawat Circulating
Perawat keliling memegang peranan dalam keseluruhan pengelolaan ruang operasi, perawat ini dipercaya untuk koordinasi semua aktivitas di dalam ruangan dan harus mengelola asuhan keperawatan yang diperluikan pasien.

Periode Pemulihan Pasca Anestesi
Trauma bedah dan anestesi mengganggu semua fungsi utama sistem tubuh, tetapi kebanyakan klien mempunyai kemampuan kompensasi untuk memulihkan homeostasis,. Namun klien tertentu berisiko lebih tinggi untuk mengalami kompensasi tak efektif terhadap efek merugikan dari pembedahan dan anestesi pada jantung, sirkulasi, pernafasan dan fungsi lain.
Secara Umum Diagnosa Keperawatan yang muncul pada fase /periode pemulihan pasca anrestesi adalah :
a.       Resiko terhadap aspirasi yang berhubungan dengan samnolen dan peningkatan sekresi sekunder terhadap intubasi.
b.      Ansietas yang berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap trauma pada jaringan dan syaraf.
c.       Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan samnolen sekunder terhadap anestesia
d.      Resiko terhadap hipotermia yang berhubungan dengan pemaparan pada suhu ruang operasi yang dingin.

Kriteria umum syarat pasien dipindahkan dari ruang pemulihan pasca anestesi ke unit perawatan adalah sbb. :
a.       Kemampuan memutar kepala
b.      Ekstubasi dengan jalan nafas bersih.
c.       Sadar, mudah terbangun.
d.      Tanda-tanda vital stabil
e.       Balutan kering dan utuh
f.       Haluaran urine sedikitnya 30 ml/jam.
g.      Drain, selang , jalur intravena paten dan berfungsi.
h.      Persetujuan ahli anestesi untukpindah ke ruangan.

























Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Klien Dengan Pyeloneprolitotomi Di Ruang OK GBPT

Pengkajian :
A.    Identitas
Nama                               : Ny. T
Umur                               : 27 tahun
Jenis Kelamin                  : Perempuan
Status Perkawinan           : Kawin
Agama                             : Islam
Pendidikan/Pekerjaan     : SMA/Ibu Rumah tangga
Alamat                             : Kedung Kumpul Sukarame Lamongan
No. Register                     :10130580
Tanggal Pengkajian         : 27 Februari 2002

B.     Penanggung Jawab Klien/Pasien :
Nama Lengkap                 : Tn. P
Hubungan dengan klien   :  Suami
Umur                                :  27 tahun
Pendidikan/pekerjaan      :   SMA/Petani
Alamat                              : Kedung Kumpul Sukarame Lamongan
Jaminan Kartu Kesehatan :  JPS

C.     Alasan Masuk Rumah Sakit
  1. Alasan Dirawat : Rencana Operasi Pyeloneprolithotomi
  2. Keluhan utama saat dikaji ; klien mengatakan semalam tidur saya sering terbangun, saya selalu membayangkan bagaimana operasi nanti.
D.    Riwayat Kesehatan :
  1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien merasakan nyeri pinggang sejak 2 minggu yang lalu, nyeri hilang dan timbul, kemudian berobat ke Poliklinik Urologi RSDS Surabaya, dilakukan pemeriksaan foto thorax, BOF/IVP, ternyata ditemukan batu pada ginjal dan pyelumnya dibagian kanan.lalu klien dianjurkan untuk dioperasi.
2  Riwayat Sakit Sebelumnya
            Klien sebelumnya tidak pernah kencing batu atau kencing berdarah, hipertensi(-). DM (-), riwayat operasi(-), sesak(-), asma(-), sakit kuning pernah sembuh sendiri (tahun lupa)
3        Riwayat Kesehatan keluarga
Menurut penjelasan klien semua anggota keluarga kesehatanannya baik, tidak ada yang sakit seperti klien.
E.     Pemeriksaan Fisik :
  1. Keadaan Umum :
Klien tidur terlentang, ekspresi wajah tegang, klien puasa mulai pukul 24.00.kesadaran composmentis, GCS.4-5-6, BB:40 kg. TB. 152 cm.
  1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi 92X/menit, RR: 16X/menit, Suhu: 36.8C/aksila
  1. Head To Too
a. Kepala                 : bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris, kulit kepala bersih
b. Rambut               : kebersihan cukup
c. Mata                    : sklera tak icteric, konjunctiva tak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak memakai alat bantu
d. Hidung                : tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak ada polip,
e. Telinga                : tidak ada kelainan.
f. Mulut dan gigi     : bibir kering,agak kering mukosa mulut stomatatitis tidak, peradangan faring tidak
g. Leher                   : Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kuduk
Thorax                     : pernafasan dada, simetris, Ronchi  & whezing tidak ada
Abdomen                 : asites tidak ada, umbilikus datar,
Alat kelamin luar     : bersih, Bak. Spontan
Anus                         : bersih, Bab. terakhir tgl. 26 –02-2002,
Extremitas                : atas dan bawah tak ada kelainan
Integumen                : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat

F.      Psikososial

Klien tampak tegang dan bertanya apakah ini ruang operasinya saat diruang premedikasi, klien menanyakan di mana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi .
G.    Spritual :
Konsep tentang penguasa kehidupan klien percaya kepada Allah
Sumber kekuatan/harapan disaat sakit : hanya kepada Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti diharapkan saat ini : hanya berdoa kepada Allah
Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapaui situasi saat ini klien yakin
Keyakinan akan kesembuhan : klien yakin
Persepsi terhadap penyebab penyakit : suatu cobaan
H.    Pemeriksaan Penunjang :
1.      Hasil laboratorium (tgl. 25-02-2002)
Hb. : 14,6mg/dl
Thrombosit : 317
PPT : 12,8
Albumin : 4,57
Na. : 140 mmol
K    : 3,3 mmol
Clorida : 100mmol
BUN: 8,1
Serum kreatinin : 0,9
SGOT : 12,6, SGPT : 8,6
2.      Foto thorax ( 12-02-2002
Kesimpulan : cor besar, letak normal, pulmo tak tampak kelainan, kedua sinus phrenicus costalis tajam
Foto BOF?IVP
Kesimpulan : batu pelvis ginjal kanan
Ginjal kiri normal, ureter kanan dan kriri normal, Buli-buli normal.













Analisa Data
Nama Klien : Ny. T
Ruang          : OK
Register       : 10130580
No.
Data
Penyebab
Masalah
S. :Klien mengatakan semalam saya tidur sering terbangun , saya membayangkan bagaimana operasi nanti, klien bertanya di ruang premedikasi apakah ini ruang operasinya, dimana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi
O. Klien kelihatan tegang saat diruang premedikasi, Tekanan darah 130/90 mmHg. Nadi 92X/menit, RR: 16X/menit
Situasi/lngkungan operasi

Ansietas/takut

Stressor

Hypothalamus
(adrena,pituitary)

Medulla Adrenal

Peningkatan
Adrenalin
Histamin
Katekolamin

Perubahan tanda-tanda fisik              Psiko
Tegang         Gelisah.-Nadi cepat   Tdk. Tenang
palpitasi       Marah
berkeringat  Tdk. berdaya
respirasi cepat
Ansietas 

Diagnosa Keperawatan
Cemas b/d situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi, ditandai dengan klien mengatakan tidur malam sering terbangun membayangkan operasi, klien kelihatan tegang, bertanya saat di ruang premedikasi apakah ini ruang operasinya dimana kamar operasinya, berapa lama saya dioperasi. Nadi 92X/menit, Tekanan darah 130/90 mmHg. RR. 16X/menit



















Rencana Asuhan keperawatan
Nama Klien : Ny. T
Ruang          : OK
No. Register: 10130580
Diagnosa Keperawatan
Tujuan-Kriteruia hasil
Intervensi
Rasional
Cemas b/d Situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi   ditandai klien mengatakan semalam tidur saya sering terbangun membayangkan operasi, klien bertanya saat diruang premedikasi apakah ini ruang operasiny, dimana ruang operasi dan berapa lama dioperasi, klien kelihatan tegang saat di ruang premedikasi tekanan darah, 130/90 mmHg/ Nadi 92X/menit,RR16X/menit
Klien menunjukan rasa cemas berkurang dalam waktu 30 menit sebelum operasi dengan kriteria :
Klien mampu mengungkapkan pasrah kepada Allah
Klien mampu mengungkapkan siap di operasi.
Klien dapat beradaptasi saat di ruang premedikasi maupun di OK.
Tanda-tanda vital stabil
( Tekana Darah 120/80 mmHg., Nadi 60-100X/menit, RR: 12-20X/menit, wajah rileks.
Mandiri :
1. Beri penjelasan dengan singkat dan jelas tentang ruang premedikasi dan OK.
2.Kaji tingkat kecemasan klien

3.Berikan penetraman hati dan tindakan kenyamanan:
a.Temani klien selama di ruang premedikasi
b.Berikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya
c.Kenalkan kembali pada kenyataan yang ada
4.Kurangi stimulus sensori
a.       Berikan ketenangan
b.      Gunakan kalimat pendek dan sederhana
c.       Berikan petunjuk singkat



d.      Pusatkan pada saat ini dan disini
5.Ajak klien untuk mengadakan pendekatan spritual sesuai dengan kemampuan dan situasi
6.Perjelas informasi dokter tentang rencana tindakan operasi dan kemungkinan-kemungkinannya.
7.Orientasikan klien pada ruang operasi dan peralatannya.
8.Minimalkan keributan dan lalu lalang di ruang premedikasi &OK.
9.Tinggalah dengan pasien selama induksi
10.Tunjukan perhatian dan sikap mendukung
11.Tetap matikan lampu sampai pasien tertidur
12Cata respon yang tak terduga
Kolaborasi, pemberian premedikasi: Morfin 5 mg. Dormicum 2,5 mg. SA. 0,25 mg. IM

Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti

Tingkat kecemasan sebagai dasar perencanaan perawatan


Mengurangi rasa takut

Eksplorasi perasaan dapat mengurangi ketegangan

Suport untuk koping yang positip

Mengurangi ketegangan
Menenangkan jiwa
Mengurangi kebingungan

Mengurangi kebingungan



Penyelesaian terfokus diharapkan mengurangi kecemasan
.5.Mengurangi ketakutan/kecemasan.upaya menenangkan jiwa
6.Harapan klien sesuai dengan kenyataan dan tidak menimbulkan kekecewaan.
Mengurangi kecemasan

Mengurangi kecemasan.

Mengurangi kecemasan
Mengurangi kecemasan

Mengurangi kecemasan


Mengurangi ketegangan


Tindakan dan Evaluasi Preoperasi
Diagnosa KeperawatanTanggal/Hari/Jam
Implementasi
Tanggal/hari/jam
Evaluasi
Cemas b/d kurangnya pengetahuan tentang tindakan operasi
27-02-2002 Jam
07.30






















08.00




1.          Memberikan penjelasan tentang ruang premedikasi dan OK.
2.          Mengkaji tingkat kecemasan klien
3.           
4.          Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
5.          Menemani klien di ruang premedikasi
6.          Menjelaskan keadaan , tempat sekarang.
7.          Mengajak klien untuk mendekatkan diri              kepada Allah, dengan cara berdoa, berzikir dan pasrah.
8.          Memperjelas penjelasan dokter tentang rencana pengangkatan batu pada ginjal kanannya.
9.          Mengukur tanda-tanda vital : nadi, 92X/menit, . RR. 16X/menit
10.      Memasang sketzel agar tenang, meminimalkan melihat kesibukan pasien lain.
Memberikan obat premedikasi sesuai dengan catatan di status: Morfin 5 mg, Dormicum 2,5 mg, SA. 0,25 mg
Rabu, 27-02-2002 Jam 08.05
S. : Klien mengatakan siap untuk dilakukan operasi, pasrah dan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan, klien tahu ruang persiapan untuk operasi
O : wajah tenang, Nadi 88X/menit, RR, 16X/menit, Tekanan Darah 120/90 mmHg.
A.    Cemas berkurang
P. .Rencana No. 7, 9,10,11 dan 12 dilanjutkan di ruang OK, sampai pasien diinduksi.


Pengkajian Intra Operatif

Jenis Operasi                         : Pyeloneprolithotomi
Tanggal                                 : 27 Februari 2002
Pre Medikasi                         : Sudah diberikan: Morfin5 mg, Dormicum 2,5 mg, SA. 0,25 mgIM.
Jenis Anestesi                         : General Anestesi
Golongan Operasi                  : Besar
Ronde                                     : I(pertama)
Urgensi Operasi                     : Elektif
Waktu Operasi                       : 08.40.-10.20
Operator                                 : Dr. Edwin

Persiapan Operasi
Alat-alat
1.      Baju Operasi steril
2.      Handshoen Steril
3.      Doek Steril
4.      Doek Klem
5.      Krom Klem
6.      Gunting Metzenbaum
7.      Drip Kasar
8.      Naald Voeder
9.      Pincet anatomis &chirurgis
10.  Kocher
11.  Ring Tang
12.  Stein tang
13.  Blaas Spuit
14.  Nelaton Catheter
15.  Foley catheter No. 16
16.  Urobag
17.  Redon Drain
18.  Katheter ureter 6F
19.  Cucing&kom untuk PZ steril dan Povidon iodin
20.  Kasa steril
21.  Slang suction & suction
22.  Spreader

Perjalanan Operasi:
1.      Klien dalam posisi supinasi, diberi induksi dengan pentotal 200mg dan norcuron 4 mg,, dilanjutkan halothan, N2O .
2.      Dilakukan intubasi
3.      Dipasang Dower kateter
4.      Posisi klien tidur miring sesuai dengan letak batu pyelum dan ginjal(klien tidur miring kiri,bagian kanan disebelah atas)
5.      Flat diatermi dipasang, dipasang padsa daerah betis.
6.      Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin
7.      Dilakukan insisi kulit dari tepi bawah, arkus kosta ke XI, sampaibawah umbilikus kurang lebih 15 Cm., insisi diperdalam lapis demi lapis dengan memotong fasciaeksterna,muskulus intercostalis, muskulus obligus abdominis di depan sampai didapatkan fascia abdominis interna.
8.      Fascia abdominis dibuka sedikit sampai menemukan peritonium , kemudian dilepaskan
9.      Dicari fascia gerota, dibuka, dilakukan kauterisasi, terlebih dahulu, sepanjang tepi ginjal.
10.  Dicari terlebih dahulu ureter, pada kutub bawah ginjal, diteugel dengan kateter nelaton.
11.  Lemak dibebaskan dengan pincet anatomis,& digunting dengan gunting Metzenbaum.
12.  Fiksasi ginjal dengan kasa, diidentifikasi pyelum dengan mencari hubungan pada ureter.
13.  Kapsul renalis dibuka
14.  Pyelum dibuka, insisi berbentukhuruf V, batu diluksir keluar dengan stein tang.
15.  Dilakukan sondage ureter kebawah, kateter ureter dipompa dengan larutan campuran PZ& povidon iodin secukupnya.
16.  Dilakukan spoeling ginjal dengan larutan PZ steril
17.  Pyelum dijahit dengan benang Dexon No. 4,0, jahitan simpul terputus semua lapisan disekelilingnya
18.  Cuci dengan larutan campuran PZ dan povidon iodin
19.  Pasang redon drain pada fossa renalis
20.  Luka operasi ditutup lapis demi lapis
21.  Kulit dijahit dengan Silk No. 2/0, kurang lebih 12 jahitan
22.  Sekitar luka operasi dibersihkan, luka diberi betadin, ditutup kasa steril, diplester, alat dibereskan, narkose diakhiri, klien dilakukan ekstubasi, sekret banyak, Ronchi-/-.
23.   klien diberi injeksi: Lasix dan transamin 1 ampul, Toradol 15 mg drip, 15 mg IV, Cendantron 9 mg.
24.  Klien dirapihkan, dipindahkan ke ruang pemulihan anestesi.lantai III
Data tambahan lain: Klien puasa sudah kurang lebih 9 jam, tanda-tanda vital pada monitor : RR.20X/menit, Nadi 104X/menit, tekanan darah. 110/80 mmHg.,perdarahan selama operasi. 200CC., produksi urine: selama operasi 1300CC.
Analisa Data Intra Operatif

Nama Klien : Ny. T

Ruang : OK
No.
Data
Penyebab
Masalah
1
S. : tak terkaji, klien dalam pembiusan
O..: Klien dilakukan operasi membuka ginjal dan pyelum sesuai dengan letak batu, menggunakan instrumen dasar ditambah instrumen operasi batu ginjal.& batu pyelum.
Tindakan operasi

Membuka jaringan

Menggunakan alat-alat instrumen&perlengkapan lain

Resiko tertinggal/cedera

Resiko terjadi cedera( corpu alienum )
2
S. Tak terkaji
O. : Perdarahan 200 CC,pasien puasa  kurang lebih 9 jam, Tekanan darah 110/80 mmHg.Nadi 104X/menit,RR 20X/menit
Perdarahan selama operasi &puasa
Resiko kekurangan cairan
3.
S.: Tak terkaji
O.: Klien menggunakan alat diatermi di pasang pada daerah betis.
Pemasangan alat diatermi

Aliran listrik

Permukaan tubuh

Cedera luka bakar
Resiko cedera luka bakar
4.
S. Tak terkaji
O.Narkose dihentikan Klien dilakukan ekstubasi, terdapat banyak lendir.
Intubasi

Peningkatan sekresi sekunder

Resiko aspirasi

Prioritas dan Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko terjadi cedera (corpus alienum ) b/d penggunaan instrumen dan pelengkapan lain selama operasi pyeloneprotomi.
2.      Resiko terjadi kekurangan cairan b/d pasien puasa kurang lebih 9 jam, perdarahan selama operasi kurang lebih 200CC.produksi urine 1300CC(selama operasi)
3.      Resiko terjadi cedera luka bakarb/d penggunaan alat diatermi selama operasi pyeloneprotomi.
4.      Resiko terjadi aspirasi b/d peningkatan sekresi sekunder terhadap intubasi

Rencana Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Nama Klien  : Ny. T
Ruang           : OK
Reg.              : 10130580
No
Diagnosa
Tujuan-Kriteria
Intervensi
Rasional
1.
Resiko terjadi cedera ( corpus alienum ) b/d penggunaan imstrumen dan perlengkapan lain selama operasi pyeloneprolithotomi.
Klien tidak mengalami cedera (corpus alienum) selama tindakan operatif. Dengan kriteria :
Jumlah, jenis, bentuk alat sesuai dengan persiapan sebelum dilakukan operasi.

1.      Hitung dan amati perlengkapan alat-alat instrumen, kain kasa, depers sedang, depers kacang, jarum dan benang, kateter ureter, kateter nelaton,dan perlengkapan lain,  sebelum operasi dimulai
2.      Atur alat-alat secukupnya  pada meja instrumen sesuai dengan urutan kerja pelaksanaan operasi.pyeloneprotomi.
3.      Simpan kain kasa atau alat yang yang sudah tidak digunakan lagi pada tempat yang telah tersedia.
4.      Kalau perlu minta bantuan perawat umloop(sirkulasi) untuk mencatat alat atau bahan yang dipakai dalam tubuh pasien saat operasi. Berlangsung
5.      Hitung kembali perlengkapan alat , amati bentuk sesudah operasi selesai.
Mengetahui jumlah, bentuk dan kualitas alat yang digunakan untuk operasi.




Meminimalkan cedera sekaligus memudahkan cara kerja.


Memudahkan menghitung.



Menghindarkan tertinggalnya alat./bahan.





Koreksi ulang.
2.
Resiko terjadi kekurangan cairan b/d pasien puasa kurang lebih 9 jam, perdarahan selama operasi 200CC
Kekurangan cairan tidak terjadi dengan kriteria :
a.       Turgor kulit baik
b.      Membra mukosa  lembab.
Tanda vital stabil( RR: 16-20X/menit, Nadi: 60-100 X /menit, tekanan darah s / d rata-rata h ari:120 / 80 mmHg)
Mandiri
1.Kaji perubahan tanda vital melalui monitor.
2.Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa( bibir dan lidah )
3.Pantau masukan dan haluaran, catat warna dan karakter urine.
Kolaborasi
4.Berikan cairan RL 20 tetes/menit s/d program dr. anestesi..


Deteksi dini perubahan tanda vital
Evaluasi/observasi kekurangan cairan
Menjaga keseimbangan

Menjaga keseimbangan cairan

3
Resiko terjadi cedera luka bakar b/d penggunaan alat diatermi pada betis.
Klien tidak mengalami cedera luka bakar dengan kriteria :
Jaringan kulit yang tertempel plat diatermi tidak terbakar.:
1.Pastikan bahwa alat diatermi dapat berfungsi dengan baik, ( cek&recek)
2.Tentukan daerah bagian tubuh ytang akan dipasang diatermi
3.Pastikan aliran darah jangan sampai terganggu.
4.Hindari cairan membasahi lokasi diatermi.
5.Observasi alat diatermi 10-15 menit sekali.
6.Lepaskan perhiasan dari loga dan bahan dari nilon.
Menghindari cedera

Pemasangan yang tepat,dapat berfungsi dengan baik
Cairan sebagai salah asatu bahan penghantar listrik.
Penghantar arus listrik
4
Resiko terjadi aspirasi b/d peningkatan sekresi terhadap sekunder intubasi.
Klien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria :
Bunyi nafas terdengar bersih.
Ronchi tidak terdengar
Tracheal tube bebas hambatan.
1.Lakukan penghisapan dengan cara :
a.Perhatikan tehnik aseptik , gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril
b.Berikan oksigenasi dengan O2100%, sebelum dilakukan penghisapan dan minimal penghisapan 4-5X.
c.Masukan kateter kedalam slang endotracheal tube dalam keadaan tidak menghisap,(ditekuk) lama penghisapan  tidak lebih dari10 detik



d.Atur tekanan penghisap tidak lebih dari 100-120 mmHg.



e. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih.

Lepaskan endotracheal tube dengan mengempiskan balon terlebih dahulu
f. Kalau perlu lakukan suction kembali.10-15 menit sekali
6. Observasi vital sign.
Mencegah infeksi nosokomial.



Memberi cadangan O2, untuk menghindari hipoksia.
Aspirasi lama dapat menimbulkan hipoksia karena tindakanpenghisapan akan mengeluarkan sekret dan O2. Tekanan negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas, Menjamin kefektifan jalan nafas.





Membersihkan jalan nafas.
Deteksi dini perub.patologis

Tindakan Dan Evaluasi Intra Operatif
Nama Klien : Ny. T.
Ruang          : Ok.
NO.
Diagnosa keperawatanTGl/jam
Implementasi
Tanggal/
Jam
Evaluasi
1
Diagnosa 1
27-02-2002
08.20









10.20


Diagnosa 2
08.40
07.30

09.00


10.00














Diagnosa 3
07.45
07.40

08.10






08 40





Diagnosa 4
10.20

10.25
1. Menyiapkan alat dan perlengkapan operasi
2.Menghitung dan mengamati, memeriksa perlengkapan alat=alat operasi.
3.Mengatur alat pada meja operasi.
4.Menyimpan kain kasa dan alat-yang tidak terpakai pada tempat yang tersedia.
5.Menghitung kembali perlengkapan alat, mengamati bentuk
1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.
3. Memberi cairan RL. 4 kolf s/d instruksidr. Anestesi(20tetes/menit)
4.Menghitung cairan keluar,urine  (urobag:)
1300CC












1.Mengecek alat diatermi
2. Memeriksa barang logam atau bahan nilon pada tubuh pasien
3.Memasang plat diatermi pada bagian betis
4.Memasang fiksasi , pada plat diatermi(tidak terlalu kuat)
5.Menjaga lokasi diatermi tetap kering.
6.Memeriksa alat diatermi setiap 10-15 menit




Melakukan penghisapan/suction pada endotracheal tube
Melepaskan endorakheal tube(ekstubasi)
Memberikan oksigen 6L/menit, sampai nafas spontan dan pasien dipindah ke ruang pemulihan anestesi.
27-02-2002
10.20
















10.25


















10.20
















10.30


S. Tidak dapat dikaji
O.: Alat lengkap baik jumlah, maupun bentuknya.
A. Resiko cedera(corpus alienum )tidak terjadi.alat lengkap sesuai dengan persiapan waktu operasi.
P.:Rencana dihentikan.




S.: Tidak dapat dikaji
O.: Tekanan darah, 110/80 mmHg., Nadi. 104/menit
RR20X/menit, mukosa membaran bibir agak kering, mulut lembab, turgor kulit baik.
RL. 2000CC, Urine 1300 CC.
A.    Resiko keseimbangan cairan tetap dipantau.
P. Perencanaan diteruskan.

S.:. Tidak dapat dikaji
O. Alat diatermi  terpasang dan berfungsi baik
Pada area pemasangan plat tidak terjadi tanda-tanda luka bakar.
A.    Cedera luka bakar tidak terjadi
P. Rencan dihentikan.



S. Tidak dapat dikaji
O. Bunyi nafas bersih ronchi -/-, tracheal tube bebas hambatan.
A.    Resiko aspirasi tidak terjadi
P. Perencanaan dilanjutkan/observasi sampai pasien ke ruang pemulihan anestesi.






























Pengkajian Pemulihan Pasca Anestesi
Nama Klien  :Ny. T
Ruang           :Pemulihan Anestesi/Jam 10.40
Jam/tanggal  : 27 februari-2002/10.40
1.      Keadaan Umum ;
Klien dalam keadaan lemah, kesadaran samnolen, GCS:3-4-6 sudah dilakukan ekstubasi di OK. menggunakan oksigen 6l/menit, tidur terlentang dengan kepala ekstensi, terpasang infus RL( sisa dari OK.), terpasang dower kateter.
2.      Body System:
  1. Breathing :
Pernafasan spontan, pergerakan dada simetris, tidak sianotik, RR:20X/menit(monitor ), teratur, suara nafas bersih, tidak terdengar ronchi ataupun wheezing.
  1. Kardiovaskuler
Bentuk precordium simetris, bunyi jantungS1, dan S2 tunggal, reguler, tidak terdengar bising jantung TD: 110/80mmHg., nadi 88X/menit,akral hangat
  1. Persyarafan
Kesadaran samnolen,GCS: 3-4-6, klien belum merasakan nyeri pada daerah operasi.
  1. Eliminasi urine
Produksdi urine 1350 CC ( 08.20-1040),
  1. Muskuloskeletal
Tangan kanan terpasang infus, klien belum mampu bergerak atif, turgor baik
  1. Sistem digestif
Bising usus positip, klien masih puasa, bibir agak kering.
  1. Integumen
Terdapat luka operasi, sepanjang arkus kosta ke IX sampai bawah umbilikus kurang lebih 15 Cm, di sebelah kanan,luka tertutup kasa, tidak terdapat tanda perdarahan.

Analisa Data
No
Data
Penyebab
Masalah
1.
S, :Tidak terkaji.
O. : Klien post operasi Pyeloneprolithotomi,dengan general anestesi( Pentotal, N2O, Halothan dan Norcuron) kesadaran samnolen, GCS: 3-4-6, TD.110/80 mmHg. Nadi 88X/menit, RR 20X/menit:) nafas spontan.
.Efek Genaral,anestesi


Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi..
Diagnosa keperawatan
Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi b/d efek general anestesi














Rencana Asuhan keperawatan
Nama Klien : Ny. T
Ruang           Pemulihan Pasca anestesi

Diagnosa
Tujuan-Kriteria
Intervensi
Rasional
Resiko terjadi perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi b/d efek narkose(GA)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko perubahan fungsi kardiopulmonal tidak terjadi.
Kriteria :
a.Klien sadar, GCS 4-5-6
b.Tanda-tanda vital stabil( Tekanan darah; 110-120/80-90 mmHg., Nadi 60-100X/menit. RR16-20X/menit, c.Nafas spontan
d.Akral hangat
e. Klien tidak sianotik
1.      Atur posisi dan berikan posisi ekstensi pada kepala, sampai pasien sadar.
2.Monitor vital sign ( Tekanan darah, nadi RR, dan suhu )
3.Monitor tingkat kesadaran.
4.Berikan O2 masker 6l/menit.(s/d program terapi dr.anestesi)
5.Kaji patency jalan nafas dengan meletakan tangan diatas mulut atau hidung.
6.Kaji  keadekuatan ekspansi paru., pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafsan
7.Kaji sirkulasi darah, nadi, dan suara jantung.
8..Kaji sirkulasi perifer( kualitas denyut, warna dan temperatur)
Mencegah aspirasi pada waktu muntah



Deteksi dini perubahan patologis.


Berurangnya efek narkose.
Membantu oksigenasi




Perubahan pernafasan sebagai tanda depresi narkotic


Retraksi sternal efek anestesi yang berlebihan.


Penurunan tekanan darah, nadi dan kelainan suara jantung sebagai tanda depresi miokard.
Perubahan sirkulasi perifer sebagai tanda gangguan sirkulasi.

Tindakan dan Evaluasi Pasca Pemulihan Anestesi
Diagnosa Kep.
Jam/Implementasi
Tanggal/jam
Evaluasi
Resiko terjadi perubahan pada fungsi pernafasan dan sirkulasi b/d efek narkose umum.
10.40. mengkaji patency jalan nafas,dan Memberikan oksigen 6 l/menit s/d program terapi.
10.45.Mempertahankan posisi ekstensi pada kepala.
10.50 memonitor vital sign( tekanan darah, nadi, suhu, dan RR.)
11.00.Inspeksi  & auskultasi pada rongga dada
1120.Memantau sirkulasi perifer
11.45.Monitor tingkat kesadaran( klien sadar)

27-02-2002
11.45
S. Klien mengeluh agak pusing.
O.: Klien sadar, GCS;4-5-6, Tekana darah 110/80mmHg.
Nadi.88X/menit, RR. 16X/menit, suhu, 36.8C, akral hangat, klien tidak sianotik, nafas spontan.
A.    Resiko perubahan pada pernafasan dan sirkulasi tidak terjadi
P. Rencana diteruskan no.5,6 7 dan 8 sampai pasien benar-benar sadar .









Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku