Home » , » ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TETANUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TETANUS



A. KONSEP DASAR

I.     Pengertian

Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.

II.      Etiologi

Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

III.   patofisiologi

Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan berbagai keadaan antara lain :
a.       luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul dan lain-lain.
b.      Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
c.       Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

Cara kerja toksin

Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.

IV.   Faktor predisposisi

a.       Umur tua atau anak-anak
b.      Luka yang dalam dan kotor
c.       Belum terimunisasi

V.      Tanda dan gejala

a.       Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
b.      Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
c.       Kesukaran membuka mulut (trismus)
d.      Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
e.       Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

VII.Gambaran umum yang khas pada tetanus

a.       Badan kaku dengan epistotonus
b.      Tungkai dalam ekstensi
c.       Lengan kaku dan tangan mengepal
d.      Biasanya keasadaran tetap baik
e.       Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
1.      Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan
2.      Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.

VIII.       Prognosa

Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.

IX.   Pemeriksaan diagnostik

a.         Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
b.        Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
c.         Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

x.    Penatalaksanaan

a.         Umum

Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera diberikan :
1.        Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka 9tidak boleh diberikan IV)
2.        Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.
3.        Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
4.        Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
5.        Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.
6.        Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.
7.        Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
8.        Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral
9.        Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.
10.    Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.
11.    Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan ambulasi selama penyembuhan.

b.    Pembedahan
1.        Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
2.        Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

Gambaran Patofisiologi

Individu terkena
Ekssotoksin
Faktor penyebab :
Kuman anaerob (Closteridium tetani)

Lain-lain :
-Umum klien dan
Belum terimunisasi
 
(masa inkubasi 2-21 hari)






Faktor predisposisi :
-           luka tusuk dalam
-           luka karena kecelakaan kerja
-           luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil
 


 






Neurotoksi

Absorbsi melalui ujung saraf sensorik dan motrik


 


Masuk pembulu arah dan sumbu limbik ke
Susunan Saraf Pusat (SSP) pada intraaaaksonal samapai ganglia/
Simpul saraf



 
Hilangnya ketidakseimbangan tonus otot


 


Kekakuan otot


 


Lokal


Generalisata

-trismus
- opistotonus
-risus sardonikud
- kekakuan otot dinding perut
- ekstremitas (ekstremitas atas fleksi dan ekstremitas bawah ekstensi)


supuratif :
- Tindakan A,B dan C
- Atur posisi semi prone
- Hentikan kejang
- cari penyebab
- atasi penyulit
- debridemment
- Netralisis tetani
- Nutiris dan cairan
-           

Sistem pencernaan


Gangguan metabolik dan proses pencernaan


- Proses eliminasi BAB terganggu
- Gangguan pemenuhan nutrisi



Sistem pernafasan

kekakuan otot pernafasan


Status konvulsi
(kejang yang berlangsung lama lebih dari 10 menit)

hipoksia

gagal nafas


diperlukan alat bantu nafas
(Ventilator Mekanik/Respirator)

Masalah keperawatan :
- ketidak efektifan jalan nafas, gangguan pertukaran gas dan gangguan pola nafas
- Hipertermia, gangguan komunikasi verbal, risiko ketidakseimbangan cairan dan elktrolit
- Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan,

Susunan Saraf Pusat

Tekanan intra kranial meningkat


Kerusakan satu atau beberapa saraf pusat.



keluampuhan

B.       ASUHAN KEPERWATAN


II.      Pengkajian


!. Pengkajian Umum
a.         Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat.
b.        Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c.         Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C
d.        Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.
e.         Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak ada/oliguria)
f.         Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.
g.        Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan (hiperhidrasi). Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan meningkatnya kontraksi alis mata,  risus sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.
2.  Setelah dianalisa dari data yang ada maka timbul beberapa masalah keperawtan atau amasalah kolaboratif.
a.         Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spame otot pernafasan.
b.        Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan.
c.         Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia)
d.        Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
e.         Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara
f.         Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang
g.        Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria
h.        Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
i.          Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.
j.          Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang

III.   Rencana Keperawatan


a.         Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi,  sianosis, dyspneu, batuk tidak efektif disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab, Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria :
-       Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
-       Pernafasan 16-18 kali/menit
-       Tidak ada pernafasan cuping hidung
-       Tidak ada tambahan otot pernafasan
-       Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
Intervensi dan Rasional
1.    Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
R/ Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2.    Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam sekali
R/ Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3.    Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction
R/ Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga mempermudah proses respirasi.
4.    Oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5.    Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
6.    Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
7.    Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi(mukolitik)
R/ Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga mempermudah pengeluaran dan memcegah kekentalan.

b.    Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk.
Tujuan : Pola nafas teratur dan normal
Kriteria :
-            Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuahn oksigen
-            Tidak sesak, pernafasan normal 16-18 kali/menit
-            Tidak sianosis.
Intervensi dan raasional.
1.        Monitor irama pernafasan dan respirati rate
R/  Indikasi adanya penyimpangan atau kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan dan irama nafas.
2.        Atur posisi luruskan jalan nafas.
R/   Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.

3.        Observasi tanda dan gejala sianosis
R/   Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada jaringan tubuh perifer .
4.        Oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5.    Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
6.    Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
7.        Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat

c.         Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000 /mm3
Tujuan Suhu tubuh normal
Kriteria : 36-37oC,  hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
1.        Atur suhu lingkungan yang nyaman
R/ Iklim  lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2.        Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
R/ Identifikasi perkembangan gejala-gejala ke arah syok exhaution.
3.        Berikan hidrasi atau minum ysng cukup adequat
R/ Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari dalam.
4.        Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka.
R/ Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka.
5.        Berikan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang.
R/ Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.
6.        Laksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik.
R/ Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum lluas untuk mengobati bakteeerria gram positif atau bakteria gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7.        Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit.
R/ Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 10.000 /mm3 mengindikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.

d.      Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang  masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%.
Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
-            BB optimal
-            Intake adekuat
-            Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %
Intervensi dan rasional
1.        Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makanan bagi tubuh
R/ Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien mengalami kesulitan menelan dan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan tingkat pengetahuan yang adequat diharapkan klien dapat berpartsipatif dan kooperatif dalam program diit.
2.        Kolaboratif :
a.         Pemberian diit TKTP cair, lunak atau bubur kasar.
R/ Diit yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan  proses mengunyah.
b.        Pemberian carian per IV line
R/ Pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyak atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga  kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c.         Pemasangan NGT bila perlu
R/ NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KEJANG GENERALISATA DAN GAGAL NAFAS
DISERTAI SEPSIS DAN MULTIPLE DISFUNGSI ORGAN SYNDROM (MDOS)



I.         PENGKAJIAN


A.    Identitas
Nama                           : Tn. M
Umur                           : 55  tahun
Jenis kelamin               : laki-laki
Suku/bangsa                : Jawa/Indonesia
Agama                                     : Islam
Pekerjaan                     : Swasta (petani)
Pendidikan                  :SD
Alamat                                    : Lamongan
MRS                            : 3 Juli 2001
Tanggal pengkajian     : 3 Juli 2001 jam 08.00 WIB

B.     Riwayat Keperawatan
a.         Keluhan utama
Kejang
b.        Riwayat penyakit sekarang
Tanggal 26 Juni 2001 klien terkena tusuk sate pada  ibu jari kanan dan dilakukan perawatan secara mandiri dengan memberikan obat merah.
Tanggal 29 Juni 2001 klien merasa panas dan meriang diserta kemeng-kemeng pada bekas lukan tusuk tersebut, sehingga dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan luka secara kross kemudian di rujuk ke rumah sakit muhammadiyah lamongan selama dua hari.
Tanggal 1 Juli 2001 tampak penyakitnya tambah berat makan klien dirujuk ke RSDS melalui IRD dan dibawa ke ruang bedah G yang secara intensif perlu perawatan di ICU GBPT yang diobservasi dengan pemasangan mekanikal ventilator dan monitor tanda-tanda vital.
c.         Riwayat penyakit sebelumnya
Tahun 1996 klien  pernah menderita penyakit kencing batu hasil diperiksaan dari dokter ssswasta dan mendapat pengobatan secara serrial sehingga penyaktinya tertanggulangi.
d.        Riwayat Kesehatan Keluarga
-            persepsi  keluarga terhadap kondisi penyakit yang diderita klien diperlukan suatu perawatan yang baik dan intensif agar supaya sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
-            Keluarga menyetujui setiap tindakan yang berhbungan dengan perawatan, pemeriksaan dan penanganan yang intensif setelah mendapat penjelasan dari ddokter atau perawat baik secara lisan maupun tulisan.
-            Keluarga amengatakan bahwa masalah biaya perawatan dapat ddiperhitungkan dibelakang hari, tetapi yang terpenting keadaan atau kondisi penyakit klien teratasi dan sembuh.
-            Selama di ICU GBPT keluarga klien (anak I) pernah menjenguk atau melihat kondisi klien, dengan kesan bahwa belum menampakan adanya kesadaran dankemajuan yang diharapkan.


C.     Observasi dan pemeriksaan fisik
a.         Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 15 x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan ronchi +/+, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok, peeernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir (+)
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
-            BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
-            FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
-            Frekuensi set 15 kali/menit,
-            EEP = 5
-            Sp O2 97 %
-            Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi : ekspirasi 1 : 2
-            VE (volume ekspirasi 12,6

b.        Sistem Kardiovaskuler
-            Tekanan darah 135/95 mmHg, nadi 120 kali/menit, ikterus (-), anemis (-)
-            CVP 15 mmH2O jam 10.00 WIB
-            Suara jantung normal gallop (-), murmur (-), S1 S2 normal
-            Terpasang infus RL 500 cc/24 jam pada vena subclavia yang digabung dengan pemasangan CVP dan Diazepan Syrings Pumps
-            Terpasang monitor dengan 3 elektroda pada dada kiri dua buah dan kanan satu buah, manset tensi terrpadang pada lengan kanan.

c.         Sistem Persyarapan (Neeurologi)
-            GCS 1 X 1 (pemberian diazepam syrings pumps )
-            Kejang jam 08.00 WIB tonik dan diikuti kejang general setelah jam 08.00 WIB kejang terkendali denga pemberian diazepam syrings pumps
-            Status konvulsi (-), kejang loka dan umum masih didapatkan walaupun samar, trismus minimal
-            Refleks fisiologis ektremitas atas o/o dan ekstremitas bawab o/o
-            Refleks patologis -/-
-            Refleks mara (-), miosis, tampak basah dan terpejam
-            Persepsi sensori :
v Pendengaran D/s (+)
v Pengecapan trismus, lidah kaku
v Penglihatan refleks (-)
v Perabaan peka rangsangan (eksternal rangsangan)
-            Opistotonus kaku kuduk (+)

d.        Sistem Perkemihan
-            Terpasang ddower cateter dengan produksi kencing tiap jam (jam 08.00=25 cc, 09.00=10 cc, 10.00=50 cc, 11.00=30 cc, 12.00=35, 13.00=40 cc), warna kuning pekat, bau (-+)
-            Infeksi saluran kencing (-), odema (-), scrotum (+), pubis (+)

e.         Sistem Pencernaan
-            Trismus (+/-), mulut kotor
-            Kumis dan jenggot (+)
-            Abdomen flat, supel, kadang-kadang didapatkankekakuan perut
-            Rectum terpasang elektroda suhu rectal
-            Belum bisa BAB sejang 7 hari yang lalu (sejak sakit kejang)
-            Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc


f.         Sistem muskoloskletal dan integumen
-            Tonus otot elastis dan kadang-kadang kaku/kejang
-            Kekuatan otot o/o kaarena pengaruh dari pemeberian diazepam syring pump 2,1 ml/jam
-            Odema ektremitas atas +/+, ekstremitas baawah -/+
-            Kepala tampak adanya penebalan kulit atau iskemia
-            Kulit warna kulit sawomatang, sianosis (-), icterus (-), kemerahan (+), akral hangat,  turgor kulit baik (elastis)

D.    Psikososial
-            Klien terpisah dengan keluarga dan aktivitas sehari-hari untuk meluangkan waktunya untuk santaii dan kerja di sawah (-) depersonalisasi aktivitas diwaktu senggang.
-            Harapan  keluarga agar penyakitnya cepat tertangani dan sembuh
-            Hubungan keluarga dengan klien sebelum sakit baik begitu juga dengan keluaagr aseekitar

E.     Spiritual
-            Keyakinan keluagra bahwa semua itu ada yang mengatur kita hanya bisa berusaha dan yang menentukan keadaan sesuatu adalah yang ddi atas sana (Tuhan)
-            Agama islam  dan keyakinan bahwa kita perlu berdoa untuk memohonkan dan minta pad atuhan agaar diberi ketabahan dan ketengan baik yang sedang sakit 9klien) maupun keluagr yang sedang menunggu.
-            Ketabahan dan ketaan keluarga pada agama baik.

F.      Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 3 Juli 2001

1.        Pemeriksaan darah
Hb                   : 14,8 gr%                    (13,4-17,7 gr %)
Leukosit          : 12x109                                              (4,3-6,3 x109)
Trombosit        : 222x109                     (150-350x109)
PCV                : 0,49
Analisa Gas Darah :
- pH                 : 7,236
- PCO2                        : 66,3 mmHg
- PO2               : 33,2 mmHg
- HCO3-                      : 37,5 mmol/L
- BE                 : 0.0
- O2 St                        : 52,9 %
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit         : 3,7
Natirum           : 134

2.        Pemeriksaan rongent paru
Ditemujkan gambaran seperti kupu-kupu (butterfly) yang menampakkan adanya penyakit penyerta pneumonia.
3.        Pemeriksaan kutur
Hasil pemeriksaan kultur darah diapatkan gram coccus grma positif dan batang gram negatif.

Tanggal 4 Juli 2001

Leukosit          : 14,1
Eritrosit           : 4,25
Hb                   : 13,8 gr%
PCV                : 41,8
MCH               : 32,5
MCHC                        : 33,0
Trombosit (Plt)            : 120
Diff Count      : Eos/Bas/St/Seg/Sym/Mo = 2/-/-/90/8/-
LED                : 5                    (<1,5)
BUN               : 53                  (9-18 mg/dl)
Creatini           : 2,8                 (< 1,52)

G.    Anaalisa data

DATA
ETIOLOGI
MASALAH

Subyektif :
Obyketif :
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 15 x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan ronchi +/+, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok, peeernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir (+)
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
-            BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
-            Nasoendotracheal cube hari I
-            FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
-            Frekuensi set 15 kali/menit,
-            EEP = 5
-            Sp O2 97 %
-            Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi : ekspirasi 1 : 2
-            VE (volume ekspirasi 12,6
Pemeriksaan darah
Hb                   : 14,8 gr%                   
Leukosit          : 12x109                                             
Analisa Gas Darah :
- pH                 : 7,236
- PCO2                        : 66,3 mmHg
- PO2               : 33,2 mmHg
- HCO3-                      : 37,5 mmol/L
- BE                 : 0.0
- O2 St                        : 52,9 %
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit         : 3,7
Natirum           : 134

Pemeriksaan rongent paru
Ditemukan gambaran seperti kupu-kupu (butterfly) yang menampakkan adanya penyakit penyerta pneumonia.

Subyektif :
Obyektif :
-            Tekanan darah 135/95 mmHg, nadi 120 kali/menit, ikterus (-), anemis (-), suhu 40oC (trect)
-            CVP 15 mmH2O jam 10.00 WIB
-            Suara jantung normal gallop (-), murmur (-), S1 S2 normal
-            Terpasang infus RL 500 cc/24 jam pada vena subclavia yang digabung dengan pemasangan CVP dan Diazepan Syrings Pumps
-            Terpasang monitor dengan 3 elektroda pada dada kiri dua buah dan kanan satu buah, manset tensi terrpadang pada lengan kanan.
Gula darah acak : 139
Kalium elektrolit         : 3,7
Natirum           : 134

Subyektif :
Obyektif :
-            GCS 1 X 1 (pemberian diazepam syrings pumps )
-            Kejang jam 08.00 WIB tonik dan diikuti kejang general setelah jam 08.00 WIB kejang terkendali denga pemberian diazepam syrings pumps
-            Status konvulsi (-), kejang loka dan umum masih didapatkan walaupun samar, trismus minimal
-            Refleks fisiologis ektremitas atas o/o dan ekstremitas bawab o/o
-            Refleks patologis -/-
-            Refleks mara (-), miosis, tampak basah dan terpejam
-            Persepsi sensori :
v Pendengaran D/s (+)
v Pengecapan trismus, lidah kaku
v Penglihatan refleks (-)
v Perabaan peka rangsangan (eksternal rangsangan)
-            Opistotonus kaku kuduk (+)
-            Klien bedrest dan belum sadar



Subyektif :
Obyektif :
-            Terpasang ddower cateter dengan produksi kencing tiap jam (jam 08.00=25 cc, 09.00=10 cc, 10.00=50 cc, 11.00=30 cc, 12.00=35, 13.00=40 cc), warna kuning pekat, bau (-+)
-            Infeksi saluran kencing (-), odema (-), scrotum (+), pubis (+)

Subyektif :
Obyektif :
-            Trismus (+/-), mulut kotor
-            Kumis dan jenggot (+)
-            Abdomen flat, supel, kadang-kadang didapatkankekakuan perut
-            Rectum terpasang elektroda suhu rectal
-            Belum bisa BAB sejak 7 hari yang lalu (sejak sakit kejang)
-            Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc

Subyektif :
Obyektif :
-            Tonus otot elastis dan kadang-kadang kaku/kejang
-            Kekuatan otot o/o kaarena pengaruh dari pemeberian diazepam syring pump 2,1 ml/jam
-            Odema ektremitas atas +/+, ekstremitas baawah -/+
-            Kepala tampak adanya penebalan kulit atau iskemia
-            Kulit warna kulit sawomatang, sianosis (-), icterus (-), kemerahan (+), akral hangat,  turgor kulit baik (elastis)
-            Rambut hitam kurang terawat, jenggot dan kumis tebal, personal higiene kurang

Subyektif :
-            Klien terpisah dengan keluarga dan aktivitas sehari-hari untuk meluangkan waktunya untuk santaii dan kerja di sawah (-) depersonalisasi aktivitas diwaktu senggang.
-            Harapan  keluarga agar penyakitnya cepat tertangani dan sembuh
-            Hubungan keluarga dengan klien sebelum sakit baik begitu juga dengan keluaagr aseekitar

Subyektif :
-            Keyakinan keluagra bahwa semua itu ada yang mengatur kita hanya bisa berusaha dan yang menentukan keadaan sesuatu adalah yang di atas sana (Tuhan)
-            Agama islam  dan keyakinan bahwa kita perlu berdoa untuk memohonkan dan minta pad atuhan agaar diberi ketabahan dan ketengan baik yang sedang sakit (klien) maupun keluagr yang sedang menunggu.
-            Ketabahan dan ketaan keluarga pada agama baik.


Subyektif :
Obyektif :
Trakeotami (5-07-2001)
Peningkatan produksi sekret




Inadequasi pemenuhan O2, peningkatan sekresi dan kemunginan obstruksi ETT


Pemasangan ventilator mekanin (ETT)





Proses penyaktinya, imobilasi dan pemasangan ventilator makanik















Hiperemia, kompensasi ginjal yang menurun

















Dampak sering  kejang




Ekternal rangsangan






Penurunan fungsi (reflek mata (-))



Kesadaran menurun sebagai pengaruh dari terapeutik (diazepam efek)







Pemasangan kateter







Inadequatnya intake, stres metabolik




Imobilisasi







Imobilisasi dan kesaadaran menurun



Imobilisasi









Proses penyakitnya

Post trakeeostmi

Ketidakefektifan jalan nafas




Gangguan pola nafas





Risiko infeksi saluran nafas





Komplikasi penyakit penyerta (pneumonia)
(diagnosa kolaboratif)
















Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

















Risiko terjadinya injury




Risiko terjadinya kejang ulang





Gangguan sensoris penglihatan



Gangguan pola istirahat









Risiko terjadi infeksi saluran kencing






Pemenuhan nutrisi kurang ari kebutuhan tubuh



Gangguan pola eliminasi (BAB)






Kebutuhan personal higiene kurang



Risiko terjadinya ddissintegritas kulit








Depersonalisasi kegiatan diwaktu luang

Risiko terjadi perdarahan

H.    Diagnosa Keperawatan

1.        Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret pada saluran nafas
2.        Gangguan pola nafas berhubungan dengan Inadequasi pemenuhan O2, peningkatan sekresi dan kemunginan obstruksi ETT
3.        Risiko infeksi saluran nafas berhubungan dengan pemasangan ventilator mekanin (ETT)
4.        Komplikasi penyakit penyerta (pneumonia) berhubungagn dengan proses penyaktinya, imobilasi dan pemasangan ventilator makanik
5.        Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiperemia, kompensasi ginjal yang menurun
6.        Risiko terjadinya injury berhubungan dengan Dampak sering  kejang
7.        Risiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan Ekternal rangsangan (manipulasi tindakan)
8.        Gangguan sensoris penglihatan berhubungan dengan Penurunan fungsi (reflek mata (-))
9.        Gangguan pola istirahat berhubungan dengan Kesadaran menurun sebagai pengaruh dari terapeutik (diazepam efek)
10.    Risiko terjadi infeksi saluran kencing berhubungan dengan pemasangan kateter
11.    Pemenuhan nutrisi kurang ari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadequatnya intake, stres metabolik
12.    Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan imobilisasi
13.    Kebutuhan personal higiene kurang berhubungan dengan imobilisasi dan kesadaran menurun
14.    Risiko terjadinya ddissintegritas kulit  berhubungan dengan imobilisasi
15.    Depersonalisasi kegiatan diwaktu luang berhubungan dengan Proses penyakitnya
16.    Risiko terjadi perdarahan beruhubungan dengan post trakeeostmi

I.       Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
DAN KRITERIA
INTERVENSI
RASIONALISASI
Tanggal 3 Juli 2001 jam 08.30 WIB
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan pe-umpukan sekret pada saluran nafas



































Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiperemia, kompensasi ginjal yang menurun











































Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadequatnya intake, stres metabolik




Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria :
-       Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
-       Pernafasan 16-18 kali/menit
-       Tidak ada pernafasan cuping hidung
-       Tidak ada tambahan otot pernafasan
-       Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)


























Tujuan Kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbangl
Kriteria : 36-37oC,  hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3, Serum elektrolit (Na =136-144 mg/dl, K= 3,8-5,5 mg/dl), suhu akral hangat





































Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
-            BB optimal
-            Intake adekuat
-            Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %




1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi




2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah ronchi) tiap 3 jam sekali dengan menggunakan stetoskop

3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction setiap 3 jam yang diselingi dengan clapping dan fibrasi.
4. Pemberian bantuan Oksigenasi yang diper-tahankan dengan kelembaban 40 %

5. Observasi tanda-tanda vital tiap 1 jam sekali dan mendokumentasikan pada lembar observasi.


6. Observasi timbulnya gagal nafas dan mengatur setting respirator atau melaporkan pada dokter jaga.

7. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi(mukolitik) dan AB








1. Atur suhu lingkungan yang nyaman



2. Pantau suhu tubuh tiap 1 jam dan tanda vital serta tanda dan gejala terjadinya shock.
3. Observasi intake dan out put (IWL) hitung balance caaairan dan dokumentasikan.
3. Berikan hidrasi atau minum ysng cukup adequat


4. Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka..
5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang.

6. Laksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik.




7. Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit.










Kaji intake dan out put



Observasi BB dan penurunan massa otot



Kolaborasi :
Pemberian cairan per-IV line (RL, Gelafudin, D5RL)





Pemberian diit TKTP cair melalui persounde




Pemeriksaan kadar albumin dan protein





1. Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2. Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.

3. Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga mempermudah proses respirasi.


4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
6. Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
7. Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga mempermudah pengeluaran dan memcegah kekentalan. AB yang tepat dan berspektrum luas dapat membunuh kuman.


1. Iklim  lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2. Identifikasi perkembangan gejala-gejala ke arah syok exhaution.

3. Balance cairan penting bagi tubuh dalam proses homeostasis dan vitalitas organ.

3. Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari dalam.
4. Perawatan luka mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka.
5. Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara proses konduksi.
6. Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum lluas untuk mengobati baktererria gram positif atau bakteria gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.
7. Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 10.000 /mm3 mengindikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan yang diprogramkan.





Data yang akurat membantu dalam menemukan penyebab dan mengatasi masalah

BB dan massa otot yang terdeteksi mengindikasikan adanya faktor gizi terhadap perkeembangan tubuh

Cairan yang masuh per_IV line diindikasi bagi klien yang tidak dapt, tidak mau dan tidak mampu memasukkan cairan per-os terutama dengan tingakt kesadaran menurun dan pemasangan ventilator mekanik

Diit cair per-sunde diberikan pada klien yang tidak memasukkan makanan lewat mulut agar terpenuhi kebutuhan kalori, proteein dan vvitamin serta air.

Kadar albumin yang kurang dari batas nomral menununkkan adanya kebocoran plasma dan kurang nutrisi untuk metabolisme sel.


J.       Implementasi


DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Tanggal 3 Juli 2001 jam 08.30 WIB
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan pe-umpukan sekret pada saluran nafas








































Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiperemia, kompensasi ginjal yang menurun




















Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadequatnya intake, stres metabolik



1. Membebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstens sehingga proses respirasi lancar

2. Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (ronchi) tiap 3 jam sekali dengan menggunakan stetoskop

3. Melakukan Bersihkan mulut, gigi dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan menggunakan betadin cair

4. Melakukan suction setiap 3 jam yang diselingi dengan clapping dan fibrasi dengan berbagai posisi mring kanan, miring kiri dan terlentang serta kepala agak ditutunkan dan sebaliknya.

5. Memberikan bantuan Oksigenasi yang dipertahankan dengan kelembaban 40 % dan mensetting respirator sesuai dengan anjuran dan observasi respon klien.

6. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 1 jam sekali dan mendokumentasikan pada lembar observasi.

7. Mengobservasi timbulnya gagal nafas dan mengatur setting respirator atau melaporkan pada dokter jaga.

8. Kolaborasi dalam pemberian obat:
Pengencer sekresi(mukolitik) Bisolvon 3x1 tab (10 mg)
Antibniotika :
PPC 3x1,5 Juta IU per-IM
Velocef 3x1 gr per-IV
Dartabcyn 2x80 mg Per-IV
Diazepam 2,1 ml/jam dengan menggunakan syring pump.




1. Mengatur suhu lingkungan yang nyaman dan cukup veentilasi
2. Memantau suhu tubuh tiap 1 jam dan tanda vital serta tanda dan gejala terjadinya shock.
3. Mengobservasi intake dan out put (IWL) hitung balance caaairan dan dokumentasikan.
3. Membantu memberikan hidrasi atau minum ysng cukup adequat (6x250 isocal dan 250 cc ekstra juice buah)
4. Melakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka untuk menetralisir toksin.
5. Melakukan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang pada ketiak dengan alasnya.
6. Melaksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik.
Antibniotika :
PPC 3x1,5 Juta IU per-IM
Velocef 3x1 gr per-IV
Dartabcyn 2x80 mg Per-IV
Xylomidon 2 cc
7. Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit.


1. Mengkaji intake dan out put
2. Mengobservasi BB dan penurunan massa otot serta turgor kulit
3. Kolaborasi :
- Melanjutkan pemberian cairan per-IV line (RL, Gelafudin, D5RL) sessuai dengan order dan kondisi klien (VS)
- Membantu mnemberikan  diit TKTP cair melalui persounde
- Melakukan pengambilan sample darah untuk pemeriksaan kadar albumin dan protein

Jam 11.00 WIB
S -
O
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 17 x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan ronchi +-/+-, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok berkurang , pernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir (+), pernafasa dalam dan agak cepat7
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
-            BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
-            Nasoendotracheal cube hari I
-            FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
-            Frekuensi set 15 kali/menit,
-            EEP = 5
-            Sp O2 97 %
-            Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi : ekspirasi 1 : 2
-            VE (volume ekspirasi 12,6
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implentasi 1-8
























Jam 10.00 WIB
S -
O
-            Tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 100 kali/menit, ikterus (-), anemis (-), suhu 40oC (trect)
-            Terpasang infus RL 500 cc/24 jam
-            Out put cairan (urine tampung tiajp jam = jam 10.00 WIB 10 cc/jam
-            Membran mukosa basah
-            Akral hangat
-            Odema ekkstremitas atas dan bawah
A.
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi 1-7
Pemberian eksstra cairan gelafudin 500 CC selam 3 jam.











S
O
-            Trismus (+/-), mulut kotor
-            Abdomen flat, supel, kadang-kadang didapatkanmkekakuan perut
-            Belum bisa BAB sejak 7 hari yang lalu (sejak sakit kejang), flatus , bising usus (-)
-            Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc
-            BB bertahan di 60 kg
-            Hasil pemeriksaan albumin 21 mg/dl
A.    Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi


K. Catatan Perkembangan

DIAGNOSA KEPERWATAN
CATATAN
PERKEEMBANGAN
PELAKSANA
4 Juli 2001 jam 08 Tanggal.30 WIB
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan pe-umpukan sekret pada saluran nafas


















Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hiperemia, kompensasi ginjal yang menurun



























Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadequatnya intake, stres metabolik

Jam 08.00 WIB
S -
O
Bentuk dada simetris, retraksi (+), RR 20 x/mn,pernafasan vesikuler, suara tambahan didapatkan ronchi +-/+-, wheasing -/-, sianosis (-), ekspansi dada inpirasi dan ekspirasi simetris, suara nafas ngogrok berkurang , pernaaafasan cuping hidung (-), sekret/lendir (+), pernafasaN dalam dan agak cepat7
Terpasang respirator atau mekanikal veentilator :
-            BIPAP (Bifasik Positif Airway Pressure)
-            Nasoendotracheal cube hari I
-            FiO2 (prosesntase oksigen yang diberikan ) 40 %
-            Frekuensi set 15 kali/menit,
-            EEP = 5
-            Sp O2 97 %
-            Time inspirasi 1,5 detik dengan ratio inspirasi : ekspirasi 1 : 2
-            VE (volume ekspirasi 12,6
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implentasi 1-8


Jam 10.00 WIB
S -
O
-            Tekanan darah 80/55 mmHg, nadi 85 kali/menit, ikterus (-), anemis (-), suhu 40oC (trect)
-            Terpasang infus D5RL 500 cc/24 jam
-            Membran mukosa basah
-            Akral hangat
-            Odema ekkstremitas atas dan bawah
A.
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi 1-7
Pemberian eksstra cairan gelafudin 500 CC selam 3 jam.
Mengatur posisi kepala lebih rendah dari badan
Diazepam diturunkan dosisnya menjadi 0,5 ml/jam
Ditambah pemberian dopamin 3 gamma dengan 2,1 ml/jam
E
Jam 11.00 WIB
-            Tekanan darah 80/55 mmHg, nadi 85 kali/menit,)
-            Terpasang infus D5RL 500 cc/24 jam
-            Membran mukosa kering
-            Akral hangat
-            Odema ekkstremitas atas dan bawah
R
Mengatur posisi kepala lebih rendah dari badan
Diazepam diturunkan dosisnya menjadi 0,5 ml/jam
Ditambah pemberian dopamin 3 gamma dengan 2,1 ml/jam



S
O
-            Trismus (+/-), mulut kotor
-            Abdomen flat, supel, kadang-kadang didapatkanmkekakuan perut
-            Belum bisa BAB sejak 8 hari yang lalu (sejak sakit kejang), flatus , bising usus (-)
-            Nutrisi, klien mendapatkan isocal 6 x 250 cc selama 24 jam ditambah ekstra juice buah 250 cc
-            BB bertahan di 60 kg
B.     Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan implementasi
Pemberian cairan netrofusin E 1000 , 1000 cc/24 jam dengan tetesan 10 tetes/menit



Kepustakaan

Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia Press; Jakarta
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.
Theodore R.; 1993; Ilmu Bedah; EGC; Jakarta
Marlyn Doengoes; 1993; Nursing Care Plan; Edisi III, Philadelpia


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku