Home » , » ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (DSV)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (DSV)


A.    Pengertian
Defek septum ventrikel (DSV) terjadi bila sekat (septum) ventrikel tidak terbentuk sempurna akibatnya darah dari bilik kiri ke bilik kanan pada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi dari hanya beberapa mm sampai beberapa cm. Pada defek besar dengan resistensi vaskular paru meninggi tekanan bilik kanan akan sama dengan bilik kiri sehingga pirau kiri ke kanan hanya sedikit. Bila makin besar defek dan makin tinggi tekanan bilik kanan akan terjadi pirau kanan ke kiri.
Berkurangnya darah yang beredar ke dalam tubuh menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Aliran darah ke paru juga bertambah yang menyebabkan anak sering menderita infeksi saluran pernafasan.
Pada DSV kecil pertumbuhan anak tidak terganggu, sedangkan pada DSV besar dapat terjadi gagal jantung dini yang memerlukan pengobatan medis yang intensif atau bahkan operasi.
1.    DSV Kecil
Defek berdiameter sekitar 1-5 mm. Pertumbuhan anak normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan. Toleransi latihan normal hanya pada latihan yang lama dan berat pasien lebih cenderung lelah dibandingkan dengan teman sebayanya. DSV kecil tidak memerlukan tindakan bedah karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan resiko operasi lebih besar dari pada resiko terjadinya endokarditis.
Anak dengan DSV kecil mempunyai prognosis baik dan dapat hidup normal.
Tidak diperlukan pengobatan. Bahaya yang mungkin timbul adalah endokarditis infektif. Operasi penutupan dapat dilakukan bila dikehendaki orang tua pasien dengan DSV kecil diperlukukan seperti anak normal dengan pengecualian bahwa kepada pasien harus diberikan pencegahan terhadap endokarditis.
2.    DSV Besar / Sangat Besar
Diameter DSV lebih dari setengah ostium aorta tekanan vertikal kanan biasanya meninggi. Curah sekuncup jantung kanan seringkali lebih dari 2 kali surah sekuncup jantung kiri.

B.    Gambaran klinis
Pada pemeriksaan selain didapatkan pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-jung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
Tanda yang menonjol ialah nafas pendek dan vertaksi pada jugulumsela intrakostal dan regro epigastrum.
Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.

C.    Perkembangan organ
Pada bayi lahir, susunan sirkulasi harus mengubah dari situasi intra uterus ke status pasca natal. Dalam arti mekamis, hak ini melibatkan penutupan dan obliterasi dari saluran pirau, poramen ovcle, duktus venosus dan auklus arteriosus dan pengangkatan dari arteri umbilitalis, unit vena dan plasenta-umbilitus.
Fungsi katup jantung adalah mencegah cairan dalam arah yang salah. Jika setiap katup mengalami kerusakan oleh penyakit, kemungkinan terdapat reflikus dari darah dan “bising” yang khas dapat didengar pada auskultasi.
Berat jantung bervariasi dengan umur individu. Pada kehidupan dini jantung terletak agak lebih tinggi dalam  toratis dibandingkan pada kehidupan hari, karena itu denyut apeks pada neohatus dapat didengarkan pada ruang interkosta keempat kiri dan setelah umur 2 tahun impuls apikal pada ruang interkosta ke lima kiri.

D.    Patofisiologi
Pada defek septum ventrikel kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti.
Pada defek septum ventrikel sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Pada hari pertama pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna karena resistensi vaskuler paru masih tinggi.
Hal inilah yang menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari sampai beberapa minggu 5 tahun bayi lahir.
Pirau kiri ke kanan yang besar menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, yang bila tidak terdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan akan diteruskan ke arteri palmonalis.
Pada defek besar dapat terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus menurun pada ventrikel kanan yang diteruskan ke pulmonalis. Pada suatu saat terjadi perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke kiri sehingga px menjadi sianosis. Hal ini disebut sebagai sindrom Eisenmenger.
1.    DSV Kecil
Biasanya asimtomatik jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik diri pendek yang mungkin didahului carly systolik click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum max disela iga III-IV. Garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri  bahkan ke seluruh prekordium.
2.    DSV Sedang dan Besar
Gejala timbul pada mada bayi berupa sesak nafas saat minum atau makan memerlukan waktu lebih lama / tidak mampu menyelesaikan makan dan minum, kenaikan BB tidak memuaskan dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya.

E.    Penatakalaksanaan
1.    Medik
Px DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung diberikan digoksin dan diuretik lasik. Bila obat dapat memperbaiki keadaan yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan pertambahan berat badan maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun tindakan bedah sangat menolong. Karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
2.    Keperawatan
Pasien DSV baru dirawat di RS bila sedang mendapat infeksi saluran nafas. Karena biasanya sangat dispnea dan sianosis sehingga px terlihat payah.










A.    Pengkajian
Data umum yang ditemukan pada pasien dengan DSV adalah :
1.    Anak terlihat pucat karena cyanosis
2.    Banyak keringat bercucuran
3.    Ujung-ujung jari hiperemik
4.    Sangat dispnea, nafas pendek
5.    Pada pemeriksaan fisik terdapat diameter dada bertambah sering terlihat pembonjolan dada kiri, retraksi pada jugulum

B.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelahiran stpuktural jantung.
2.    Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak adekuat.
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea.

C.    Perencanaan
Diagnosa 1 :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelahiran stpuktural jantung
Tujuan : Menurunkan beban jantung
Kriteria Hasil : - TTV dalam batas normal
               - Mempertahankan curah jantung adekuat
Rencana Tindakan :
1.    Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dakam melakukan tindakan
R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan.
2.    Pantau TTV
R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jatuh. Pemantauan memunkinkan deteksi dini / tindakan terhadap dekompensasi.
3.    Pantau irama jantung sesuai indikasi
R/ Distritmia umum  terjadi pada pasien dengan penyakit katup.
4.    Berikan posisi semi fowler
R/ Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (prelood).
5.    Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi
R /  Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cardiak out put.

6.    Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
R/  Umtuk ambilan miokand dalam upaya untuk mengkompensasi    peningkatan kebutuhan oksigen.
7.    Berikan obat-obatan sesuai indikasi
R/ Untuk menurunkan tahanan vaskuler sistemik.

Diagnosa 2 :
Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak terjadi infeksi saluran pernafasan
Kriteria Hasil : - Kx tidak mengalami sesak nafas
                         - Tidak ada retraksi intercosta
Rencana Tindakan :
1.    Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan tindakan
R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan.
2.    Tempatkan Kx pada ruangan yang cukup ventilasi, tidak terlalu dingin
R/ Ruangan yang terlalu dingin menyebabkan bronkokonstriksi.
3.    Beringkan Kx dengan posisi semi fowler
R/ Untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
4.    Posisikan Kx dengan kepala extensi
R/ Untuk memudahkan lendir keluar.
5.    Isap lendir sesuai indikasi
R/ Untuk memudahkan saluran pernafasan.
6.    Ubah sikap berbaring Kx setiap 2 jam
R/ Untuk mencegah ulkus dekubitus.   
7.    Observasi tanda-tanda vital
R/ Perubahan TTv, mengindikasikan perubahan kondisi Kx.
8.    Berikan O2 2 – 4 l/mnt bila terjadi dispnea
R/ Umtuk mengurangi dispnea.

Diagnosa 3 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : - Bayi dapat menetek atau mengisap dot
                         - TTV dalam batas normal
                         - Intake dan output seimbang
Rencana Tindakan :
1.    Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan tindakan
R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan.
2.    Pasang infus jika bayi sangat dispnea
R/ Infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Kx dan untuk memasukkan obat. Jika bayi sangat dispnea susah mengisap dot atau menetek.
3.    Perhatikan tetasan infus
R/ Tetesan infus yang terlalucepat akan menambah beban kerja jantung.
4.    Hitung intake dan output cairan Kx
R/ Untuk memantau keseimbangan cairan, bila kelebihan atau kekurangan dapat cepat diatasi.
5.    Berikan minum pada Kx atau biarkan menetek jika sesak berkurang dengan sela istirahat
R/ Membantu veflek menetek.
6.    Anjurkan ibu Kx untuk memangku Kx pada saat menetek
R/ Untuk menghindari tersedat dan memberikan kontak psikologis.
7.    Catat intake dan output Kx
R/ Untuk mengetahui intake dan output.

D.    Evaluasi
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan struktural jantung.
Kriteria evaluasi :
a.    Curah jantung adekuat
b.    TTV dalam batas normal
c.    Ada penurunan beban jantung
2.    Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak adekuat.
Kriteria evaluasi :
a.    Tidak terjadi infeksi saluran pernafasan
b.    Kx tidak mengalami sesak nafas
c.    Tidak ada retraksi intercosta
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
Kriteria evaluasi :
a.    Bayi dapat menetek atau mengisap dot
b.    TTV dalam batas normal
c.    Intake dan output seimbang
DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Richard E. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 2 edisi 15. Jakarta, EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC.
Saghrain, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2. Jakarta 2.


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku