I. PENGERTIAN
1. ASD ( Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a. ASD Sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovallis.
b. ASD Primum, bila lubang terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum atrioventrikulare).
c. Defek sinus venosus, bila lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan inferior).
2. VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. VSD kecil : Diameter sekitar 1 – 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
b. VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
3. KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4. BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paru
Bronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan adanya gangguan ventrikel
II. ETIOLOGI
1. Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.
2. Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :
• Protozoa (pnemoni cranii)
• Bakteri
• Vival atau jamur pnemoni
III. PATHOFISIOLOGI
1. VSD ( Ventrikel Septum Defek ) :
• Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.
• Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrophi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
2. BRONCHOPNEMONI
Agent yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora endogen yang normal menjadi patogen yang kemudian masuk terus kealveoli sehingga terjadi reaksi inflamasi yang mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa kedalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri (kuman), membran alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran O2 kedalam perialveolar kapiler dibagian paru yang terkena dan mnyebar hampir keseluruh jaringan paru dan akhirnya terjadi hipoksemi.
IV. KOMPLIKASI
1. ASD dan VSD
• Endokarditis
• Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
• Aritmia
• Henti jantung
2. KOARTASIO, kompliksi yang berbahaya adalah :
• Perdarahan otak
• Ruptur aorta
• Endokarditis
3. BRONCHOPNEMONI
• Abses paru
• Effusi pleura
• Empiema
• Gagal nafas
• Perikarditis
• Meningitis
• Atelektasis
V. GAMBARAN KLINIK
1. ASD
• Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan
• Pada pirau kiri ke kanan sangat deras
• Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi saluran pernafasan.
• Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri.
• Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.
• Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung.
2. VSD (ventrikel septal defek)
• Pertumbuhan terhambat
• Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri
• Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :
Tekanan vena pulmonalis meningkat
Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat sternum
Kemungkinan teraba getaran bising pada dada
• Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.
• Diaphoresis
• Tidak mau makan
• Tachipnea
3. KOARTASIO AORTA
• Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
• Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
• Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
Pada arteri radialis lebih kuat
Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
• Auskultasi :
Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.
4. BRONCHO PNEMONI
• Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris beberapa hari.
• Suhu tubuh naik mendadak sampai 390 – 400 c.
• Kadang disertai kejang
• Anak gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung.
• Auskultasi : terdengar ronchi
• Perkusi : untuk bronchopnemoni konfluens, ada keredupan.
VI. PENATALAKSANAAN
1. ASD (Artrial Septum Defek) :
• ASD kecil (diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan operasi.
• ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan dianjurkan < 6 tahun, karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat)
• Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung
2. VSD (venrikel septal defek ) :
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
• Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal bypass
• Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
3. KOARTATIO AORTA :
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
4. BRONCHO PNEMONI
• Obat-obatan : antibiotik, ekspektoran, antipiretik, analgesik.
• Terapi oksigen dan melalui aerosol
• Fisioterapi nafas dan postural drainage
VII. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada beberapa masalah yang sering timbul dari kelainan jantung bawaan dan broncho pnemoni
1. Bahaya terjadinya gagal jantung
2. Resiko tinggi gagal nafas
3. resiko tinggi terjadi infeksi
4. kebutuhan nutrisi
5. gangguan rasa aman dan nyaman
6. pengetahuan orang tua mengenai penyakit
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “K”
DENGAN ASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN BRONCHO PNEMONI
POST OPEN HEART DI ICU RSUD Dr. SOETOMO
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : By. Kinanti
Tanggal lahir : 26 Maret 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Krukah Utara 7 c / 1 Surabaya
Nama ayah : Budi Karmito
Tanggal MICU : 25 Juni 2002
Tanggal MRS : 30 Mei 2002
Tanggal pengkajian : 25 Juni 2002, jam 13.00 wib
Diagnosa medis : ASD, VSD, Koartasai Aorta, Broncho pnemoni
No. register : 1068121
Sumber informasi : orang tua dan stataus
2. Riwayat Keperawatan
2.1 Keluhan Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur, gelisah
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
• Tgl 5 April 2002 : usia bayi 10 hari, mulai batuk-batuk belum disertai sesak.
• Tgl 19 Mei 2002 : bayi mulai batuk-batuk disertai sesak pertama kali
• Tgl 30 Mei 2002 : penderita dibawa ke RSAL untuk berobat dan langsung dirawat, karena tidak teratasi penderita dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.
• Tgl 25 Juni 2002 : penderita masuk ICU post op open heart : Ligasi coartasio aorta.
2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2002, usia kehamilan 9 bulan 1 minggu dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung menangis, warna kulit merah, tidak ada tanda dan gejala penyakit yang disertai.
2.4 Riwayat Keehatan Keluarga :
• Tidak ada yang mengalami sakit seperti penderita.
• Saat hamil tidak minum obat sembarang, kecuali dari rumah sakit, jamu tidak pernah minum.
• Ayah dan ibu sering pilek dan batuk dipagi hari bila kena debu
3. Observasi dan Pemeriksaan fisik
3.1 Keadaan Umum : post op open heart, kesadaran somnolen, terpasang ventilator dengan ETT, penderita usia 3 bulan
3.2 Pengkajian Fisik :
B1 (Breathing) / Pernafasan :
• Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun.
• Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor.
• Retraksi intercostal positif (+)
• Pernafasan cuping hidung positif (+)
B2 (Bleeding) / sirkulasi :
• Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis
• Capilary refill time 3 detik
• Suhu : 36,50 C
• Tensi : 60/30 mmHg
• Nadi : 90-100 x/mnt
• Terpasang CVP 8 cm H2O
• Terpasang balon drain tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah
• Infus D10 0,18 MS 200 cc / 24 jam
B3 (Brain) / Kesadaran :
• Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
• GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
• Kejang tidak ada (-)
• Pupil isokor, diameter sama
• Sklera putih
• Kemampuan buka mata lemah
B4 (Blader) / Perkemihan :
• Bayi menggunakan kateter
• Kateter menates
• Produksi urine ± 3 cc/jam
B5 (Bowel) / Pencernaan :
• Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
• Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
• BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6 (Bone) / Tulang otot-integumen
• Pergerakan sendi sangat lemah
• Pnemoni positif (+) membaik
• Terpasang infus divena kava (bilument), udema tidak ada
• Luka operasi tertutup hepafix, tidak ada rembesan darah
• Kulit sangat halus dan sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
• Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik merah) sedikit terkelupas
4. Data Psikososial
• Ibu sangat cemas dan bingung
• Ibu sering menanyakan kondisi anaknya
• Ibu menanyakan bagaiman kondisi anaknya selanjutnya, apakah akan normal
• Ibu menangis saat bertanya tentang anaknya dan berharap cepat sembuh
5. Pemeriksaan Penunjang
• Tanggal 24 juni 2002 :
1. Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri
Pulmo : tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan kedua paru tampak hiperareated
Kedua sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan : Kardiomegali dengan pnemoni
2. ECG : Irama sinus, HR 142 x/mnt, sumbu QRS + 1150 / RAD
• Tanggal 25 Juni 2002 :
Labotratorium :
Jam 16.00 : elektrolit : K : 1,59 meg/L
Na : 11,7 meg/L
AGD : PH : 7,447
pCO2 : 68 mmHg
pO2 : 43, 9mmHg
HCO3 : 45,9 mmol /L
BE : 21,9 mmol/L
SaO2 : 79,8 %
CHO2 : 48,0 %
6. Terapie
• Tanggal 25 Juni 2002 :
Obat : Meronem : 3 x 50 mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
Cairan : D10 0,18 NS : 180 cc/24 jam
KCl : 1 meq
II. ANALISA DATA
NO DATA PENDUKUNG ETIOLOGI MASALAH
1
2
3
4
5
6
7
DS : -
DO : - Penderita sesak nafas
Terpasang ETT dengan ventilator
Penderita kebiruan / sianosis
HR 90 x /mnt
Frekwensi 40 x/mnt
SaCO2 60 % dan makin turun
Ronchi positif (+)
Retraksi interkosral
Pernafasan cuping hidung posistif (+)
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
Post op open heart
Kelainann jantung bawaan
Broncho pnemoni membaik
Keadaan umum sangat lemah
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
Sudah terbaring ± 1 bulan
Kulit bayi sangat sensitif dan lembut
Tampak ada bercak-bercak merah pada kulit bokong dan genetalia
Pergerakan bayi sangat lemah
DS : -
DO : - terpasang endotrakheal tube
Terpasang alat ventilator dan monitor lainnya
Pertahanan tubuh penderita menurun
RR 40 x/mnt
SaO2 60 %
DS : -
DO : - Orang tua sering menanyakan keadaan anaknya di rumah sakit
Ibu mengatakan ia sangat cemas dan bingung dengan penyakit anaknya
Ibu menangis dan berharap anaknya cepat sembuh
Ibu cemas dan bertanya apakah anaknya akan sembuh normal seperti anaknya yang lain
Ibu berharap anaknya dapat dirawat dengan baik di ICU
DS : -
DO : - Penderita dengan kelainan jantung bawaan
Status kesehatan menurun
Usia anak 3 bulan
Klien sangat lemah
Perkembangan klien tida sesuai dengan umur
DS : -
DO : - Klien usia 3 bulan
Terbaring dilingkungan bebas
Terbaring tanpa penghangat
Klien tidak memakai sarung tangan, kaos kaki dan baju
Kluien hanya diselimuti dengan kain
Klien tidak bisa tidur / tutup mata Penumpukan sekret
Penurunan status kesehatan
Tirah baring yang lama
Pemsangan ETT & ventilator ( alat bantu mekanis )
Hospitalisasi anak
Kekuatiran terhadap anak
Kurangny supli O2 dan nutrisi ke jaringan
Suhu lingkungan yang dingin Gangguan pertukaran gas
Resiko tinggi terjadinya infeksi
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
Resiko tinggi cedera / barotrauma
Perubahan peran orang tua
Resiko terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan rasa aman dan nyaman
III. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan pertukaran gas
2. Resiko tinggi infeksi
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
4. Resiko tinggi cedera
5. Perubahan peran orang tua
6. Resiko tinggi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan status kesehatan
3. Resiko tinnggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
4. Resiko tinggi cedera / barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
5. perubahan peran orang tua berhubungan dengan kekuatiran terhadap oenyakit anaknya
6. Resiko tinggi gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kurangnya suplai O2 dan nutrisi kejaringan
V. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertukaran gas dalam waktu 15 menit
Kriteria :
Klien tidak sianosis, perfusi HKM
Klien tidak sesak nafas
Pengembangan dada +/+
Nafas cuping hidung tidak ada
Frekwensi nafas normal
SaO2 80 – 100 %
Rencana Tindakan :
1. Cuci tangan sebelum memegang bayi
R / Mencegah tranmisi organisme dari tempat lain
2. Beri O2 bag and mask
R/ Memberi cadangan O2 pada alveoli yang dapat menurunkan hipoksemi
3. Kaji status pernafasan setiap 15 menit
Suara nafas
Tanda vital T, S, N
Perfusi jaringan
R/ pastikan apakah klien masih dalam gangguan pertukaran gas
4. Lakukan suction
R/ membebaskan jalan nafas
5. Atur posisi yang nyaman untuk klien
R/ Posisi yang nyaman diharapkan membantu mencegah gangguan pernafasan
6. Kolaborasi terapie pemberian obat diuretik sesuai indikasi : Lasix
R/ Menurunkan kongesti alveolar
Implementasi :
1. Mencuci tangan sebelum memegang bayi
2. Memberi O2 bag
3. Melakukan suction :
Memakai handscoon steril
Mengambil kanul suction 1/3 dari ETT
Baging sampai SaO2 diatas 95, dimasukan suction
Dilakukan dalam 3 periode
4. Mengkaji pernafasan klien 15 menit pertama, selanjutnya tiap jam
Suara nafas : ronchi
Tanda vital : 15 menit pertama
Perfusi jaringan
5. Mengatur posisi yang nyaman untuk klien
membungkus klien dengan kain panjang
atur posisi miring
Evaluasi jam 13. 15 WIB :
S : -
O : - Sianosis
Klien tidak sesak
Pengembangan dada (+/+)
Nafas cuping hidung (+)
Frekwensi nafas 50 x/mnt
SaO2 90 %, T : 100/60 mmHg, N: 134 x/mnt
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan tindakan yang ada no 1, 2, 3, 4, 5.
Untuk no 2 dan 3 : Jadwalkan suction tiap jam/ bila ada indikasi
Untuk no 4 : Dilakukan tiap jam
Diagnosa 4 : Resiko tinggi cedera/barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
Tujuan : Penderita bebas dari cedera setelah dilakukan tindaka, dalam waktu 1x 24 jam
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jala nafas
Tidak terjadi barotrauma
Vital sign dalam batas normal T 100/60 mmHg, N 130 x/mnt, RR 16- 24 x/mnt
Saturasi O2 (>95 %)
Setting ventilatorsesuai advise
Rencana Tindakan :
1. Monitor ventilator bila ada peningkatan yang tiba-tiba
R/ Peningkatan secara tajam dapat menimbulkan trauma jalan nafas ( barotrauma)
2. Yakinkan nafas klien sesuai dengan ventilator
R/ Nafas yang berlawanan dengan mesin dapat menimbulkan trauma
3. Cegah terjadinya fighting, kalu perlu kolabi\orasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
R/ Fighting dapat menimbulkan barotrauma sehingga harus diwaspadai
4. Observasi tanda dan gejala barotrauma
R/ deteksi dini terjadinya barotrauma
5. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak
R/ cegah iritasi muksa jalan nafas
6. Lakukan restrain/ fiksasi dengan baik pada ETT
R/ mencegah terekstubasi sendiri
7. Atur posisi selang/tubing ventilator dengan tepat
R/ Mencegah ttrauma akibat penekanan selang ETT
Implementasi :
1. Memonotor keadaan ventilatorsesering mungkin setiap jam
2. meyakinkan bahwa nafas klien sesuai dengan ventilator
3. Mencegah terjadinya fighting
4. mengobservasi tanda dan gejala barotrauma
5. Melakukan suction sesuai anjuran : steril, memaki handscoon, ujung kateter 1/3 dari kanul ETT, ujung kateter tumpul
6. Melakukan fixasi ETT dengan baik dan benar
7. Merngatur posisi tubing ventilator dengan baik dan benar
Evaluasi : tanggal 26 Juni 2002, jam 13.00
S : -
O : - Tidak terjadi iritasi pada hidung dan jalan nafas ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi. Suhu 36,5 c, klien tenang, tidak cemas
Tidak terjadi barotrauma
Tanda vital dalam batas normal: tensi 100/60 mmHg, N 134 x/mnt, RR 24 x/mnt
SaO2 88 %
Setting ventilator benar
Diagnosa 5 : Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak dan kekuatiran terhadap penyakit anak
Tujuan : Orang tua akan mengekpresikan perasaannya setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam.
Kriteria : - Orang tua mengatakan siap untuk menerima anak dengan kelainan jantung.
Orang tua yakin bahwa mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anaknya.
Mendiskusikan rencana pengobatannya.
Rencana tindakan :
1. Jalin komunikasi yang baik dengan orang tua penderita
Rasional : Indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya
2. Ajarkan orang tua untuk ekspresikan perasaanya karena memeiliki anak dengan kelainan jantung.
Rasional : Informasi yang jelas mengurangi kecemasan orag tua dan keluarga
3. Eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan takut, rasa bersalah.
Rasional : Menghindari stresor berlebihan terhadap orang tua
4. Yakinkan orang tua bahwa dia memegang peranan penting dalam tumbang anak
Rasional : Agar orang tua berperan aktif dalam perawatan
5. Berikan informasi yang jelas untuk mengurangi kecemasan
Rasional : Informasi yang jelas dapat mengurangi kecemasan orang tua dan keluarga
6. Libatka orang tua dalam perawatananak selama dirawat
Rasional : Peran aktif diharapkan mempercepat proses penyembuhan
7. Memberi dorongan moril pada orang tua dan keluarga
Rasional : agar orang tua dan keluarga memperolah kekuatan, terhindar dari stress
Implementasai :
1. Menjalin hubungan baik dengan orang tua khususnya Ibu klien
2. Meyakinkan ibu bahwa mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan anak
3. Menganjurkan ibu untuk menghilangkan rasa takut dan bersalah
4. menganjurkan ibu untuktidak terlalu cemas dengan mengatakan banyak anak yang mengalami hal semacam ini tapi mereka tetap kuat
5. menganjurkan ibu untuk sering mengunjungi anaknya selama dirawat
6. Melibatkan orang tua/ menganjurkan orang tua untuk tetap membantu dalam perawatan anak : misalnya pakaian harus bersih, popok sering diganti / bila basah
7. Memberi dorongan moril pada orang tua , bahwa hanya dekatkan diri pada tuhan semoga masalahnya cepat teratasi
Evaluasi : tanggal 28 Juni 2002, jam 16.00 WIB .
S : - Ibu mengatakan bira bagaimanapun dan dalam keadaan apapunia tetap menyayangi anaknya, ia sada bahwa anaknya adalah titipan tuhan
- Ibu menyadari dukungan do’a akan mempercepat penyembuhan anaknya
O : - Ibu mengekpresikan perasaanya
- Ibu mengatakan siap menerima anaknya
- Ibu mengatakan dalam keadaan menangis
- ibu selalu mengunjungi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan yang ada no 6, 7
Daftar Pustaka
1. Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp. EGC. Jakarta
2. Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp. EGC. Jakarta
3. Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar interpratama. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih