BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana saat ini sedang dilakukan oleh
pemerintah, berbagai lembaga donor dan lembaga swadaya masyarakat baik nasional
maupun internasional. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan bermuara pada
dua hal; pertama, pembangunan fisik prasarana dan sarana berupa pembangunan perumahan,
lingkungan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kedua, pembangunan masyarakat atau yang
biasa disebut dengan pemulihan komunitas (community recovery).Dengan tujuan untuk melaksanakan community recovery, Pemerintah Republik Indonesiasaat ini memiliki proyek berskala nasional yang sudah dilaksanakan di D.I. Yogyakarta, JawaTengah dan Jawa Barat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ataudulunya disebut P2KP dan PPK.
Proyek ini mengedepankan pendekatan pemberdayaanmasyarakat yang dijadikan sebagai pintu masuk (entry point) untuk melakukan rehabilitasikomunitas.Pendekatan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan untuk mendorong peran aktif masyarakat agar dapat menjadi pelakuutama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksirumah di wilayahnya sendiri. Peran aktif masyarakat tersebut dapat diwujudkan apabilapelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bertumpu serta berbasis pada komunitas ataupemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut diatas, PemerintahRepublik Indonesia melaksanakan proyek khusus di lokasi bencana di D.I. Yogyakarta, JawaTengah dan Pangandaran (Jawa Barat), yaitu Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat danPermukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK) Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunamisebagai sarana untuk memampukan masyarakat dalam menata kembali permukimannya sertamemulihkan kehidupan dan penghidupannya.
II. TUJUAN
1. Sebagai upaya koreksi terhadap pelaksanaan program yang telah dikerjakan;
2. Sebagai peningkatan kinerja bagi pelaku program
3. Menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk berperan sebagai sosial kontrol pada pelaksanaan program
4. Melembagakan pengelolaan pengaduan masyarakat sebagai upaya keberlanjutan dan transparansi program di lapangan
BAB II
ISI
PRINSIP–PRINSIP PELAKSANAAN PENGELOLAAN PENGADUAN
MASYARAKAT
Berkaitan dengan efektifitas kegiatan, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip penanganan pengaduan sebagai berikut :
Kemudahan
Sistem pengaduan masyarakat harus mudah dipahami dan dilakukan oleh semua pihak.
Penanganan pengaduan diselesaikan sesuai dengan tingkatannya
Dalam pengelolaan pengaduan, sedapat mungkin pengaduan dapat diperoleh solusi di tingkatannya. Namun sesuai dengan kapasitasnya, apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan pada tingkatannya, maka harus secepat mungkin disampaikan kepada tingkat yang lebih tinggi.
Sikap positif terhadap pengaduan
Setiap jenis pengaduan harus diterima dan disikapi secara positif dan harus ditangani secara optimal. Demikian juga terhadap pihak pengadu, harus diposisikan secara proporsional dan positif, karena pengaduan adalah salah satu bentuk kepedulian yang bersangkutan untuk memperlancar kegiatan yang sedang berlangsung.
Sukarela
Pada saat penyelesaian masalah, seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut diusahakan untuk bersedia mengikuti proses penyelesaian masalah secara sukarela dan menghindari adanya kondisi keterpaksaan.
Melibatkan berbagai pihak yang terkait
Penyelesaian pengaduan tidak hanya terhadap pihak-pihak yang terkait secara langsung, akan tetapi perlu juga melibatkan pihak lain yang dapat memberikan masukan dalam penyelesaian masalah terhadap pokok pengaduan. Dengan keterlibatan pihak yang lebih luas, maka penyelesaiannya dapat lebih menyeluruh.
Transparansi/Keterbukaan
Semua pihak yang ingin mendapatkan penyelesaian masalah harus diberikan informasi selengkap-lengkapnya secara transparan. Demikian pula proses dan hasil penyelesaian pengaduan, harus disampaikan kepada semua pihak secara transparan.
Obyektif
Penanganan masalah pengaduan dilakukan secara obyektif dengan menghindari keberpihakan yang tidak berimbang terhadap pihak-pihak yang terlibat.
Kerahasiaan bagi Pengadu
Dalam upaya penanganan pengaduan, kerahasiaan identitas pengadu harus dapat dijamin untuk rasa keamanan yang bersangkutan.
Satu Pintu
Setiap bentuk maupun cara pengaduan harus diusahakan untuk ditangani melalui satu pintu yaitu melalui PPM.
SARANA DAN PRASARANA YANG DIPERLUKAN
Tingkat Masyarakat, BKM/TPK
a. Di sekretariat BKM/TPK disediakan media yang memungkinkan masyarakat dapat mudah menyampaikan pengaduan seperti kotak pengaduan, selain itu kotak pengaduan juga di tempatkan pada beberapa titik strategis
b. Buku penerimaan pengaduan di sekretariat BKM/TPK;
c. Media sosialisasi berupa poster, leaflet dan atau spanduk yang menjelaskan keberadaan PPM;
d. Format PPM
Tim Fasilitator:
a. Masing-masing Tim Fasilitator menyediakan nomor SMS yang memungkinkan masyarakat dapat mudah menyampaikan pengaduan jika Tim Fasilitator tidak berada di tempat;
b. Menyediakan kotak pengaduan yang diletakkan pada tempat strategis termasuk posko Tim Fasilitator;
c. Buku penerimaan pengaduan di posko Tim Fasilitator;
d. Format PPM
Tingkat Korlap :
a. Alamat pengaduan di tingkat Korlap. Alamat pengaduan tersebut berupa alamat surat, alamat E-mail Korlap dan nomor SMS;
b. Website Rekompak
c. Nomor telepon di Korlap;
d. Media sosialisasi untuk melaksanakan sosialisasi berupa poster, leaflet dan atau spanduk PPM;
e. Buku penerimaan pengaduan di kantor Korlap;
f. Format PPM di setiap Korlap;
g. Aplikasi PPM berbasis website.
Untuk efektifitas penanganan pengaduan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
Pencatatan Pengaduan
Pelaku di setiap tingkatan, mencatat pengaduan masyarakat yang diterima ke dalam format PPM
Identifikasi awal :
Kegiatan identifikasi awal dilakukan setelah menerima pengaduan yang diterima oleh PPM, tujuannya adalah untuk mendapatkan kejelasan masalah yang diadukan. Dari kegiatan ini dapat diperoleh informasi yang lebih rinci berkaitan dengan subjek yang dilaporkan dan klasifikasi sifat pengaduan. Apabila dari identifikasi ini diketahui bahwa masalah yang diadukan disebabkan karena salah informasi ataupun informasi yang tidak lengkap yang diterima oleh pengadu, maka PPM harus menyampaikan informasi sebenarnya kepada pengadu, berdasarkan acuan-acuan yang ada.
Melakukan pencarian fakta lapangan :
Pencarian fakta lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan pokok permasalahan sesungguhnya, dengan melakukan konfirmasi, investigasi, dan klarifikasi di lapangan, termasuk pengumpulan data/dokumen pendukung yang dibutuhkan. Agar diperoleh data yang lebih akurat, kegiatan ini dapat dilakukan beberapa kali dan atau dari beberapa sumber informasi yang berbeda.
Dari pengumpulan fakta lapangan diharapkan akan diperoleh kepastian apakah memang terbukti atau tidak terbukti ada masalah, mengidentifikasikan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), permasalahan-permasalahan kunci, sebagai bahan untuk merancang rencana kerja yang akan dilaksanakan dan menganalisis kelayakan proses penanganan yang akan dicapai.
Merumuskan Target dan Rekomendasi Penanganan (Analisis)
Dari hasil klarifikasi lapangan akan diperoleh informasi benar tidaknya masalah yang dilaporkan. Demikian pula sangat dimungkinkan adanya perubahan hasil identifikasi awal. Jika memang terbukti ditemukan ada masalah, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisa berdasarkan fakta lapangan untuk menentukan tindak lanjut penanganan dalam upaya penyelesaian permasalahan yang diadukan.
Memfasilitasi Penanganan
Apabila tingkat kewenangan penanganan dapat diperoleh di tingkat asal pengaduan (PPM bersangkutan), maka lakukan fasilitasi dengan mendistribusikan penanganan masalah kepada pihak-pihak yang mempunyai otoritas kewenangan dan pihak lain yang berkepentingan. Namun, apabila penanganan masalah memerlukan otoritas yang lebih tinggi, maka segera sampaikan permasalahan kepada tingkat PPM yang lebih tinggi.
Memberikan Umpan Balik Kepada Pengadu
Menyampaikan proses dan hasil akhir penanganannya kepada pelapor untuk mendapatkan umpan balik, apabila pelapor merasa apa yang dipermasalahkan sudah selesai maka penanganan pengaduan selesai, akan tetapi apabila belum, maka lakukan penanganan lebih lanjut.
Menyebarluasan Informasi Hasil Penanganan
PPM menyampaikan proses dan hasil akhir penanganannya kepada khalayak dengan menggunakan media yang ada. Penyampaian informasi ini harus menjaga prinsip dan nilai dari ketentraman warga masyarakat, misalnya dengan penyampaian informasi singkat mengenai pokok-pokok permasalahan dan hasil penanganannya tanpa menyebutkan pihak-pihak yang terkait.
Membuat dokumentasi dan pelaporan
Setiap PPM wajib untuk mengarsipkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan pengaduan yang ditangani baik itu pengaduan informatif atau pengaduan masalah, hal ini diperlukan untuk pelaporan dan bahan evaluasi dan pembelajaran apabila di kemudian hari menemukan permasalahan serupa. Konsultan membuat laporan dengan basis aplikasi PPM di setiap tingkatan. Laporan\ terdiri dari laporan rutin bulanan berdasarkan status data hari terakhir bulan bersangkutan dan laporan khusus untuk masalah yang dianggap krusial
KLASIFIKASI MASALAH PENGADUAN
Agar penanganan pengaduan dapat berjalan secara efektif, maka salah satu langkah awal adalah melakukan analisis masalah. Salah satu bagian dari analisis adalah menentukan
klasifikasi masalah. Dengan klasifikasi akan diperoleh informasi lingkup masalah, katagori
dan tingkat penanganan masalah, yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan
strategi dan langkah penanganan pengaduan, adapun klasifikasinya terdiri dari :
A. Lingkup
Berdasarkan sumber masalah yang diadukan, maka lingkup PPM REKOMPAK adalah :
a. Administratif-teknis,
Lingkup ini berkaitan dengan seluruh permasalahan teknis pelaksanaan kegiatan siklus dan pelaku/pelaksananya, yang terdiri dari bidang-bidang :
o Pelaksanaan Sosialisasi;
o Pelaksanaan Rembug Kesiapan Warga;
o Pembentukan BKM;
o Pembentukan TIP;
o Pelaksanaan Pelatihan;
o Pelaksanaan FGD;
o Pelaksanaan Pemetaan Swadaya;
o Pembentukan Panitia;
o Penyusunan DED
o Pencairan Dana BDL ke KSMP dan BDL;
o Pelaksana Rekonstruksi;
o Lain-lain.
b. Keuangan,
Lingkup ini berkaitan dengan pendanaan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah, baik berasal dari Pemerintah Pusat (kantor proyek), Pemda maupun sumber dana lain. Lingkup ini terdiri dari bidang- bidang :
• Pembiayaan proyek kepada Konsultan; yaitu berkaitan dengan hak dan kewajiban antara Proyek dengan Konsultan dalam bidang keuangan. (Contoh : Keterlambatan Invoice, permasalahan distribusi dan lingkupnya)
• Pembiayaan oleh Konsultan : berkaitan dengan segala hal pengeloaan keuangan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi rumah oleh Konsultan di seluruh tingkatan (KMP dan DMC), (Contoh : Masalah gaji personal Konsultan, pajak, BOP kegiatan dan lingkupnya)
• Pemanfaatan Dana BDR : Berkaitan dengan seluruh pemanfaatan BDR di tingkat masyarakat (Contoh : Masalah pemanfaatan/pengelolaan oleh KSMP atau anggotanya, panitia dan lingkupnya)
• Lain-lain
B. Jenis/sifat pengaduan
Pada dasarnya setiap pengaduan yang diterima oleh PPM dipastikan mengandung masalah, paling tidak bagi si pengadu. Ada pengaduan yang dapat diselesaikan dengan memberikan informasi yang sebenarnya kepada pengadu dan ada pula pengaduan yang dalam
penyelesaiannya memerlukan serangkaian langkah tindakan penanganan.
Berdasarkan langkah penanganan, maka pengaduan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) sifat, yaitu :
1. Pengaduan Informatif
Yang termasuk dalam sifat ini, adalah setiap pengaduan yang dapat diselesaikan dengan memberikan keterangan selengkapnya kepada pengadu.
2. Pengaduan Penyimpangan
Yang termasuk dalam sifat ini adalah setiap pengaduan yang dapat dalam penyelesaiannya perlu langkah-langkah penanganan lebih lanjut (lihat langkah penanganan pengaduan)
C. Katagori Masalah
Indikasi penyimpangan dapat diketahui dari hasil analisis dan klarifikasi terhadap akar
masalah yang diadukan. Berdasarkan akar masalah penyebab terjadinya indikasi
penyimpangan, maka pengaduan dapat dibedakan ke dalam 7 (tujuh) katagori, yaitu :
Katagori 1 = Pelanggaran mekanisme dan prosedur;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya penyimpangan mekanisme dan prosedur dari yang telah ditetapkan.
Katagori 2 = penyimpangan dana;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya penyimpangan, penyelewengan ataupun penyalahgunaan dana
Katagori 3= adanya intervensi negatif;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan karena adanya intervensi negatif yang dapat menyebabkan kerugian masyarakat maupun kepentingan proyek/program.
Katagori 4 = Masalah Kebijakan;
Berkaitan dengan pengaduan terhadap masalah yang diakibatkan adanya perubahan/pelanggaran terhadap suatu kebijakan/ketetapan sesuai dengan tingkatannya.
Katagori 5 = Kejadian Force majeur;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan kejadian yang mengarah diluar kemampuan manusia, misalkan bencana alam, kerusuhan masal dan sejenisnya.
Katagori 6 = Pelanggaran kode etik/kinerja pelaku;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya pelangaran kode etik atau kinerja pelaku
Katagori 7 = Permintaan Bantuan Rumah/Bantuan Lainnya
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan karena adanya permintaan bantuan rumah atau bantuan yang lainnya
Katagori 8 = Indikasi Korupsi
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan karena adanya dana yang dikorupsi oleh perseorangan maupun sekelompok untuk kepentingannya sendiri
Katagori 9 = Kritik
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan untuk peningkatan kinerja proyek yang sifatnya mengarah kepada kritik
Katagori 10 = Pertanyaan
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan karena ketidaktahuan atau kurang lengkapnya informasi yang diterima
Katagori 11 = Saran/Pemberitahuan
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan mengenai pelaksanaan proyejk yang sifatnya berupa saran atau pemberitahuan
D. Derajat Masalah
Sebaiknya setiap pengaduan masalah dapat diselesaikan di tingkat PPM bersangkutan,
namun begitu pada kondisi tertentu, untuk mengelola dan menyelesaiakan suatu masalah
diperlukan dukungan dan fasilitasi oleh PPM pada level yang lebih tinggi. Berdasarkan
tingkat penanganan masalah yang seharusnya dilakukan, maka masalah yang dikelola oleh
PPM dapat di diklasifikasikan kedalam 4 (empat) derajat masalah, yaitu :
Derajat 1 (Tim Fasilitator)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dapat dikelola dan diselesaikan di tingkat kelurahan/desa. Dukungan atau fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama BKM, aparat kelurahan, Fasilitator, institusi tingkat kelurahan/desa, tokoh masyarakat, kelompok peduli, dan lainnya.
Contoh : Apabila Panitia kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah tidak transparan dalam mengelola dana, permasalahan KSMP, dan sebagainya
Derajat 2 (Korlap)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat (Korlap).
Dukungan dan fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama TKPP, Korlap, instansi
tingkat kota/kabupaten, PJOK, kelompok peduli, aparat hukum ataupun pihak lainnya.
Contoh : Apabila didiindikasikan adanya intervensi aparat untuk memaksakan
kegiatan di tingkat kelurahan/desa, apabila suatu permasalahan berlarut-larut tidak
dapat diselesaikan oleh PPM BKM, kinerja Fasilitator dipertanyakan, BKM dan atau
Panitia Pembangunan tidak transparan dalam mengelola kegiatan atau dana BDR dan
sebagainya.
Derajat 3 (DMC)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat
Provinsi/DMC. Dukungan dan fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama
Pemerintah Daerah, DMC, Instansi tingkat Provinsi, kelompok peduli, aparat hukum
ataupun pihak lainnya.
Contoh : Permasalahan yang berlarut-larut tidak dapat diselesaikan oleh PPM
kota/kabupaten, Korlap tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, dan
sebagainya.
Derajat 4 (NMC/Pusat)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat Pusat.
Dukungan atau fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama Kepala Satker Pusat,
Proyek, Bank Dunia, Departemen/ Lembaga/Badan tingkat pusat, NMC.
Contoh : Permasalahan yang berlarut-larut tidak dapat diselesaiakan oleh PPM tingkat
kota/kabupaten atau provinsi/DMC, permasalahan krusial yang dapat berdampak
secara luas di seluruh wilayah sasaran, adanya indikasi penyimpangan mekanisme dan
prosedur suatu kegiatan siklus karena kebijakan konsultan atau proyek, seluruh
pengaduan yang diterima oleh PPM Pusat.
Masing-maising pengaduan yang masuk dikelompokkan berdasarkan derajatnya,
kewenangan untuk menentukan derajat ini adalah NMC yang akan mengklasifikasikan
permasalahan/pengaduan tersebut dapat diselesaikan pada tingkatan mana. Semua
pengaduan yang masuk, terutama pada Tim Fasilitator, Korlap dan DMC segera dikirimkan
kepada NMC untuk digolongkan pada derajat mana pengaduan itu hendak diselesaikan.
Selanjutnya setelah pengaduan sudah digolongkan derajat penyelesaiannya, NMC akan mengirimkan pada masing2 DMC untuk segera difasilitasi penyelesaiannya.
Catatan :
Pengaduan yang disampaikan dimungkinkan tidak hanya mencakup satu lingkup/
bidang/ katagori/ tingkat penanganan masalah, akan tetapi dapat juga mencakup
lingkup/ bidang/ katagori/ tingkat penanganan masalah lainnya. Untuk itu, dalam
menyusun klasifikasi masalah, perlu diperhatikan aspek yang paling menonjol yang
menjadi akar masalah.
Aspek inilah yang menjadi dasar ataupun diutamakan dalam menyusun klasifikasi masalah,baru dimasukkan dalam klasifikasi berikutnya.
MONITORING PENYELESAIAN MASALAH
Mekanisme PPM di lapangan dalam pelaksanaannya nanti akan dilakukan serangkaian monitoring oleh NMC bersama DMC dan untuk jenis pengaduan yang sifatnya ke arah indikasi korupsi akan dilakukan monitoring dan pemantauan khusus langsung oleh NMC sejak diterimanya pengaduan sampai dengan terselesaikannya pengaduan tersebut.
Selanjutnya di bawah ini dijelaskan tentang batas waktu untuk pelaporan,
fasilitasi penyelesaian dan kegiatan monitoring.
No Kegiatan Waktu Keterangan :
1. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi
penyelesaian PPM Tim Fasilitator kepada Korlap Setiap minggu Menggunakan format yang tersedia
2. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh Tim Fasilitator Tidak lebih dari seminggu Laporan mingguan
3. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi penyelesaian PPM Korlap kepada DMC Setiap 2 minggu Database dan laporan tertulis
4. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh Korlap Tidak lebih dari 2 minggu Laporan Khusus
5. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi penyelesaian PPM DMC kepada NMC Setiap 2 minggu Database dan laporan tertulis
6. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh DMC Tidak lebih dari 1 bulan Laporan Khusus
7. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh Korlap untuk pengaduan derajat 1, sekurang-kurangnya sebanyak 30% dari semua pengaduan Setiap minggu Laporan Khusus
8. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh DMC untuk pengaduan derajat 1 dan 2, sekurang-kurangnya sebanyak 20% dari semua pengaduan Setiap minggu Laporan Khusus
9. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh NMC untuk pengaduan derajat 1, 2 dan 3 sekurang-kurangnya 10 % dari semua pengaduan. Setiap minggu Laporan Khusus
10. Monitoring dan pemantauan khusus independen oleh NMC untuk jenis masalah yang mengarah pada Indikasi Korupsi dilakukan 100 % Setiap waktu jika diperlukan Laporan Khusus
11. Updating data PPM ke dalam website oleh NMC Setiap 2 minggu
PENUTUP
Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pengaduan, banyaknya pengaduan yang masuk bukan berarti bahwa tugas fasilitasi konsultan buruk atau sebaliknya dengan sedikitnya jumlah pengaduan bukan berarti konsultan telah berhasil dalam tugas fasilitasinya, akan tetapi yang diperhatikan adalah seberapa jauh upaya-upaya Konsultan untuk penanganan pengaduan masalah yang muncul dalam pelaksanaan REKOMPAK yang menganut prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi sehingga dapat menjadi media pembelajaran masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan REKOMPAK secara menyeluruh.
Berdasarkan hal tersebut, maka konsultan pendamping tidak perlu kuatir dan takut bersalah dalam membuka pengaduan yang ada di wilayahnya. Banyaknya pengaduan yang diterima bukan berarti kinerja Fasilitator maupun konsultan tidak baik, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa setiap pengaduan yang diterima telah ditangani untuk mendapatkan solusi terbaik bagi semua pihak. Tata cara pengelolaan pengaduan ini menjadi tolok ukur dalam mengelola pengaduan, sedangkan dalam proses penanganan pengaduan dapat
dikembangkan sesuai dengan permasalahan, situasi dan kondisi dimana pengaduan
permasalahan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rekompakjrf.org/download/Tata%20Cara%20Penanganan%20Pengaduan%20Masalah%20%28PPM%29.pdf
1
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh:2
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
Terlah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji
Di Hadapan Tim Penguji
Disusun oleh:
Ani Hartanti
R1109001
Pada Tanggal 13 April 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A,M.Kes Parni, SST
NIP. 19730410 200501 1 001 NIP. 19590901 198201 2 007
Ketua Tim KTI
Mochammad Arief Tq, dr., MS, PHK
NIP. 19500913 198003 1 0023
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Ani Hartanti
R1109001
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji KTI
Pada hari Rabu, Tanggal 28 Juli 2010
Pembimbing I
Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A, M.Kes
NIP. 19730410 200501 1 001
Pembimbing II
Parni, SST
NIP. 19590901 198201 2 007
Penguji
Sunyataningkamto, dr., Sp.A
Ketua Tim KTI
Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK
NIP. 19500913 198003 1 002
Mengesahkan
Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS
H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K)
NIP. 19510421 198011 1 0024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Pandan Arang Boyolali”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan (SST) pada Program Studi Diploma IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan maupun pengarahan. Oleh
karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Syamsul Hadi, dr, SpKJ selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. H. A. A Subijanto, dr, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK selaku ketua tim Karya Tulis Ilmiah.
5. Annang Giri Moelyo, dr, Sp.A,M.Kes dan Parni, SST selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.5
6. Sunyataningkamto,dr.,Sp.A selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
8. Seluruh responden dan keluarga yang telah bersedia menjadi subjek
penelitian.
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
10. Bapak, ibu dan kakak-kakakku tercinta yang senantiasa memberi dukungan
dan doa.
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret angkatan 2006 dan 2009.
12. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
bagi kesempurnaan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan ..................................................................................................... 7
B. Kerangka Teori ........................................................................................... 13
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 14
D. Hipotesis .................................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 167
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 16
C. Populasi Penelitian ..................................................................................... 16
D. Sampel Dan Tehnik Sampling ................................................................... 17
E. Estimasi Besar Sampel ............................................................................... 17
F. Kriteria Restriksi ........................................................................................ 18
G. Definisi Operasional ................................................................................... 19
H. Instrumentasi .............................................................................................. 19
I. Rencana Analisis Data ............................................................................... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ...................................................... ...................... 23
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .................. 26
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ............................................................................. 28
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .................. 29
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 31
B. Saran ........................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN8
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 19
Tabel 3.2 Tabel Distribusi Frekuensi ................................................................... 21
Tabel 4.1 Angka Kejadian Anemia ………………………………………..…… 26
Tabel 4.2 Angka Kejadian BBLR ……………………………………………… 27
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………………...……… 27
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas ……… …………… 28
Tabel 4.5 Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ...................................................... 299
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan.
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah.
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Rekap Hasil Penelitian di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Lampiran 6. Analisis Hubungan Antara Anemia Dengan Bayi Berat Lahir
Rendah.
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I.
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II.
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup.10
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan ti
dak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada
kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana
dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarn
ya
yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri s
endiri.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-oran
g tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberha
silan saat
mereka menyerah.
saya KUAT saya SEHAT saya SEMANGAT saya TERSENYUM
KEBERHASILAN dan KESUKSESAN menyertaiku, AMIN.
1. Bersyukur kehadirat Allah SWT seh
ingga penyusunan Karya Tulus Ilmiah
dap t selesai
2. Kedua Orang Tua yang selalu membe
rikan dukungan material dan spiritua11
sehingga Karya Tulis Ilmiah tersusun d
engan lancar
3. Dr. Annang Giri Moelyo, Dr. Sunya
taningkamto dan Ibu Parni yang membe
ri pngar han kepada kami sehingga Ka
rya Tulis Ilmiah selesai pada waktun
ya
4. RSUD Pandan Arang Boyolali sebaga
i tempat penelitian kami
5. RSUD Dr. Moeardi, Staf bagian ana
k terima kasih banyak atas bantuanny
6. Kakak2 dan Ponakan’ku tercinta
7. Aconk Lovee yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan semangatnya
8. Pak Moel sekeluarga, Matur Suwun
atas bantuannya
9. Darah Ifalahma, Kerja Sama yang b
agus............
10. Putri Moelandri, Rindang Gunung,
thanks yea..........
11. Semuanya yang ga bi aku sebutin
satu persatu
12. Terima Kasih Banyak, Sukses Selal
u, AMIN12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan.
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan keracunan
kehamilan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 kelahiran
hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu salah satunya adalah
53% ibu hamil menderita anemia. (DinKes Jabar, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <
10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Hb adalah protein dalam sel
darah merah, yang mengantar oksigen dari paru kebagian tubuh yang lain.
Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling banyak
ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil di
Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat 13
besi. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali kejadian anemia ibu
hamil mencapai 739 kasus dari 3458 ibu hamil (21,37 %).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah
kekurangan zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan
haemoglobin. Selain itu, anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk
terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang
tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan hambatan
pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ di transfer ke
seluruh tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek
buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba,
2003).
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab
kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari
bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi
dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun
mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.14
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Sedangkan persentase bayi dengan bayi berat lahir rendah di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2005 sebesar 1,74% naik sedikit dibandingkan dengan
persentase tahun 2004 yang sebesar 1,54%. Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali terdapat kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 370 kasus dari 2114 kelahiran (17,5 %).
Sesuai dengan studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali,
tahun 2009 kematian ibu bersalin mencapai 5 kasus dari 1348 persalinan
(0,37 %), sedangkan kematian bayi 107 dari 1348 kelahiran (7,04 %). Dari
survei tersebut terdapat kasus anemia ibu hamil trimester III sebanyak 149
dari 1348 ibu hamil (11,05 %) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 211 dari 1348 kelahiran (15,69 %). Sehubungan dengan hal
tersebut maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang
“Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Bayi Berat
Lahir Rendah Di RSUD Pandan Arang Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut “ Adakah hubungan antara anemia ibu hamil
trimester III dengan Bayi Berat Lahir Rendah?”.15
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
anemia ibu hamil trimester III dengan Bayi Berat Lahir Rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami kasus anemia dan bayi berat lahir rendah di
RSUD Pandan Arang Boyolali.
b. Untuk menganalisis hubungan antara anemia dengan bayi berat
lahir rendah di RSUD Pandan Arang Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang hubungan antara anemia dengan bayi berat lahir
rendah.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi
untuk memiliki perhatian terhadap kejadian anemia dan bayi berat
lahir rendah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan 16
khususnya dalam penatalaksanaan anemia dan atau bayi berat lahir
rendah
b. Bagi profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi profesi bidan untuk memberikan penatalaksanaan
dan pencegahan yang tepat terhadap anemia dan atau bayi berat
lahir rendah sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal
dan perinatal.
c. Bagi klien dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pada ibu hamil khususnya tentang anemia dan bayi
berat lahir rendah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya menjaga kehamilan dan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah penulis baca, ada beberapa penelitiann yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya adalah :
1. Nelly Agustini Simanjuntak, 2009, dengan judul : Hubungan Anemia
Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahoir Rendah (BBLR),
dengan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional, dengan hasil terdapat hubungan antara anemia dengan
kejadian bayi berat lahir rendah.17
2. Zaenab R. SKM dan Joeharno, SKM, 2008, dengan judul : Beberapa
Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah, dengan jenis
penelitian observasional dan dengan rancangan case control study,
dengan hasil anemia merupakan salah satu factor risiko kejadian bayi
berat lahir rendah.18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hamil disebut ” Potential danger to mother and child ”
(Potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba, 1998).
a. Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan
kadar nilai haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III,
atau kadar nilai haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester
II. Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian
hemodilusi. (Cunningham, 2005).
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3
kategori :
1) Anemia Ringan : 9 – 10 gr%
2) Anemia Sedang : 7 – 8 gr%
3) Anemia Berat : > 7 gr%19
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau
karena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan, misalnya
pada perdarahan.
Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak
ditambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat
besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah
khatulistiwa zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan
melalui kulit. Masuknya zat besi setiap hari yang dianjurkan tidak
sama untuk berbagai negeri. Untuk di Indonesia setiap harinya
dianjurkan wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg, dan
wanita menyusui 17 mg. (Wiknjosastro, 2006).
b. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
6) Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7) Infeksi intrapartum dan masa nifas20
8) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr %) terjadi payah
jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan, bahkan bisa fatal.
(Mochtar,1998)
c. Pengaruh Anemia tehadap Janin
1) Abortus
2) Terjadi kematian intrauterine
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Bayi Berat lahir rendah
5) Kelahiran dengan anemia
6) Dapat terjadi cacat bawaan
7) Bayi mudah terserang infeksi
8) Intelegensi rendah
9) Kematian neonatal
10) Asfiksia intra partum
(Manuaba,1998)
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.
Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya, dengan akibat
makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka 21
kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal
terjadi pada bayi – bayi prematur. (Wiknjosastro, 2006).
a. Pengertian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
lahir.
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr, yaitu karena umur
hamil kurang dari 37 minggu, dan umur kehamilan cukup tetapi
berat lahir rendah. (Manuaba, 1998).
Pembagian kehamilan menurut WHO adalah sebagai
berikut:
1) Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu
(259 – 293 hari)
3) Post-term : umur hamil diatas 42 minggu (294 hari)
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan
pengelolaan yang optimal dan dengan cara – cara yang kompleks
serta menggunakan alat – alat yang canggih, beberapa gangguan
yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan 22
demikian gejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat
dicegah atau dikurangi. (Wiknjosastro, 2006).
b. Penyebab Terjadinya BBLR
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Seperti malaria, anemia, infeksi TORCH
b) Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan
kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 20 tahun atau > 35
tahun dan karena jarak kehamilan serta persalinan yang
terlalu dekat
d) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu
perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2) Faktor Janin
Prematur, hidramnion, kehamilan kembar/ganda (gemeli),
kelainan kromosom.23
3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di dataran
tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
(Setyowati, 2003).24
B. KERANGKA TEORI
Bagan Kerangka Teori Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) (Sumber: Manuaba 2001).
Penyakit Komplikasi Faktor kebiasaan ibu Usia Dan
Paritas
Malaria
Anemia
Sipilis
TORCH
BBLR
Faktor Ibu
Perdarahan
antepartum
Pre eklamsi Berat
Eklamsi
Preterm
Perokok
Alkohol
Narkotika
Faktor Janin
Faktor Lingkungan
Prematur
Hidramnion
Gemeli
Kelainan Kromosom25
C. KERANGKA KONSEP
Bagan Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester
III Dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ).
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Faktor Usia
Dan
Paritas
Anemia
a. Kurang Gizi
b. Kurang zat besi
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah yang banyak
e. Penyakit – penyakit kronik
BBLR
Hipervolemia
Hb < 11 gr%
Asupan nutrisi & oksigen
terganggu
Mengganggu pertumbuhan
janin
Faktor
Penyakit
Kebiasaan
Faktor Janin
Faktor
Lingkungan26
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau
dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut ( Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, 2005:72 ).
1. Hipotesis Konseptual
Ada Hubungan antara anemia ibu hamil trimester III dengan Bayi
Berat Lahir Rendah.
2. Hipotesis Operasional
Ibu hamil yang menderita anemia kemungkinan besar akan
melahirkan bayi dengan berat Lahir rendah.27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan tujuan yang akan dicapai maka jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah non eksperimen. Dengan survey
analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimanan
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari
hubungan antara faktor risiko dengan efek dimana cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pandan Arang Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini populasi penelitian
sebagai berikut :
1. Populasi Target : Semua ibu bersalin28
2. Populasi Aktual : Semua ibu hamil TM III di RSUD Pandan
Arang Boyolali pada bulan April-Mei 2010,
dimana jumlah persalinan tahun 2009 tiap bulan
rata-rata sebanyak 112 persalinan.
D. Sampel Dan Tehnik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil
trimester IIII yang melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan
April - Mei 2010 dan bayi yang dilahirkan hidup.
E. Estimasi Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus (Taufiqurrahman, 2008) :
2
2
d
Zα p q
n
× ×
=
Keterangan :
P : Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti/ paparan pada populasi
Q : 1 - p
zα : nilai statistik zα pada kurve normal standar pada tingkat kemaknaan
d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi29
Besar sampel dihitung untuk beda proporsi d=5% dengan Zα =1,96
dan berdasar studi pendahuluan prevalensi p=0,11 diperoleh besar sampel
minimal sebanyak 150 orang.
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu – Ibu hamil trimester III
b. Ibu yang bersalin di RSUD Pandan Arang Boyolali
c. Bayi yang dilahirkan hidup
d. Ibu yang bersedia untuk diteliti
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
Ibu hamil dengan, eklamsi, pre eklamsi berat, gemeli, prematur.30
G. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel
Dan
Indikator
Pengertian Alat Ukur Kategori Skala
1 Anemia
ibu hamil
suatu kondisi ibu dengan
kadar nilai haemoglobin
di bawah 11 gr% pada
trimester III
Trace 40 - Anemia: apabila kadar
haemoglobin <11 gr%
- Tidak anemia: apabila
kadar hemoglobin ≥
11gr%
Nominal
2 BBLR bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram
Timbangan
Bayi
-BBLR: apabila berat bayi
lahir < 2500 gram
-Tidak BBLR: apabila
berat bayi lahir ≥ 2500
gram
Nominal
H. Instrumentasi
Instrumen penelitian yang digunakan adalah data primer yaitu data
observasi pemeriksaan kadar haemoglobin darah pada ibu hamil TM III
untuk diagnosis anemia dengan menggunakan trace 40. Sedangkan untuk
bayi berat lahir rendah menggunakan timbangan bayi pada bayi baru lahir. 31
Lembar pengamatan yang memuat tentang hasil pengamatan kadar
haemoglobin dan berat lahir bayi. Selain itu, ditunjang dengan status dan
catatan medik pasien.
I. Rencana Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Memeriksa kelengkapan data, mamperjelas serta melakukan
pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.
b. Coding
Menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi
kode atau simbol tertentu.
c. Tabulating
Data kemudian ditabulasi dengan skor kemudian dimasukkan
dalam master tabel yang sudah disiapkan.
Dalam penelitian ini anemia dibagi dalam 2 kategori yaitu :
a. Anemia
b. Tidak Anemia
Untuk BBLR dibagi dalam 2 kategori yaitu :
a. BBLR
b. Tidak BBLR32
Tabel 3.2
Tabel Distribusi Frekuensi
Anemia BBLR Prosentase
BBLR Tidak
BBLR
Anemia
Tidak Anemia
Total
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data
yang digunakan adalah “Analisa Bivariat” yaitu analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2005). Dua variabel yang dimaksud adalah anemia ibu
hamil dengan BBLR. Uji statistik menggunakan rumus Chi Square:
∑(fo – fh)²
X²=
fh
Keterangan :
X² : Chi quadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Ho ditolak apabila harga x² hitung ≥ x² tabel dan Ho diterima
apabila harga x² hitung ≤ x² tabel. 33
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistic
Package for Social Science (SPSS) for MS Windows versi 17.0.34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Subyek penelitian ini diambil dari ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan
hidup di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan april sampai mei 2010.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 responden. Data hasil
penelitian sebagai berikut.
1. Anemia
Tabel 4.1
Angka Kejadian Anemia
Frekuensi Prosentase
Anemia 26 17,3 %
Tidak Anemia 124 82,7%
Total 150 100 %
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami anemia
sebanyak 26 responden (17,3 %) dan tidak mengalami anemia sebanyak
124 responden (82,7 %).35
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 4.2
Angka Kejadian BBLR
Frekuensi Persentase
BBLR 32 21,3 %
Tidak BBLR 118 78,7 %
Total 150 100 %
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah
sebanyak 32 responden (21,3 %), dan bayi dengan berat lahir normal
sebanyak 118 responden (78,7 %).
3. Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Kategori Total
Anemia Tidak Anemia
< 20 tahun 5 (22,7 %) 17 (77,3 %) 22 (100 %)
20 – 35 tahun 18 (15,5 %) 98 (84,5 %) 116 (100 %)
> 35 tahun 3 (25 %) 9 (75 %) 12 (100 %)36
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar ibu bersalin pada usia
20 – 35 tahun yaitu sebesar 116 responden, dengan kejadian anemia
sebanyak 18 (15,5 %) responden, selain itu ada 22 responden bersalin pada
usia < 20 tahun, dengan kejadian anemia sebanyak 5 (22,7 %) responden,
dan sebagian kecil ibu bersalain pada usia > 35 tahun yaitu sebesar 12
responden dengan kejadian anemia sebanyak 3 (25 %) responden.
4. Paritas
Karakteristik responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Paritas Kategori Total
Anemia Tidak Anemia
1 9 (14,8 %) 52 (85,2 %) 61 (100 %)
2 12 (17,1 %) 58 (82,9 %) 70 (100 %)
3 3 (20 %) 12 (80 %) 15 (100 %)
4 1 (33,3 %) 2 (66,7 %) 3 (100 %)
5 1 (100 %) 0 (0 %) 1 (100 %)
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden
mempunyai 2 anak yaitu sebesar 70 responden, dengan kejadian anemia
sebanyak 12 (17,1 %) responden, selain itu ada 61 responden yang 37
mempunyai 1 anak, dengan kejadian anemia sebanyak 9 (14,8 %)
responden, selain itu juga ada 15 responden yang mempunyai 3 anak,
dengan kejadian anemia sebanyak 3 (20 %) responden, ada juga 3
responden yang mempunyai 4 anak, dengan kejadian anemia sebanyak 1
(33,3 %) responden, dan sebagian kecil responden mempunyai 5 anak
yaitu sebesar 1 responden dan mengalami anemia.
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Hubungan anemia ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi berat
lahir rendah dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.5
Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Total X² X² P
BBLR Tidak
BBLR
Hitung Tabel
Anemia 12 14 26
Tidak
Anemia
20 104 124 11,546 3,481 0,001
Total 32 118 15038
Berdasarkan tabel 4.3 terdapat kasus anemia sebanyak 26 responden,
dan kasus bayi berat lahir rendah sebanyak 32 kasus. Dari 26 kasus anemia
ada 12 yang mengalami bayi berat lahir rendah dan 14 bayi dengan berat
lahir normal. Dari 32 kasus bayi berat lahir rendah terdapat 12 yang
dilahirkan dari ibu dengan anemia, dan 20 yang dilahirkan dari ibu yang
tidak anemia.
Sesuai hasil uji statistik chi square diperoleh hasil X² hitung 11,546
lebih besar dari X² tabel yaitu 3,481 dengan taraf kesalahan 5 %. Selain itu
diperoleh nilai P sebesar 0,001, sehingga P < 0,05. Jadi hipotesis yang
menyatakan bahwa “Ada Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil Trimester III
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah” terbukti kebenarannya. Hasil
analisis dengan menggunakan uji Chi-square secara lengkap dapat dilihat
dalam lampiran.39
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa angka kejadian anemia sebesar 26
(17,3 %) responden. Kejadian ini lebih sedikit dibandingkan dengan
kejadian anemia di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2009 yaitu
sebanyak 21,37 %. Hal ini disebabkan dinas kesehatan cakupannya lebih
luas dibandingan rumah sakit, karena data di rumah sakit hanya berdasarkan
pasien yang datang.
Selain itu tabel 4.2 menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR
sebesar 32 (21,3 %) responden. Kejadian ini lebih banyak dibandingkan
dengan dengan kejadian BBLR di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2009 yaitu sebanyak 17, 5 %. Hal ini disebabkan rumah sakit
merupakan tempat rujukan kasus patologi, sehingga angka kejadiannya
menjadi lebih besar.
Tabel 4.3 didapatkan hasil kehamilan usia < 20 tahun dengan
anemia sebesar 22,7 %, dan > 35 tahun sebesar 25 %, hal ini menunjukkan
bahwa kehamilan usia < 20 tahun dan > 35 tahun meningkatkan resiko
terjadinya anemia. Ini disebabkan karena usia reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20 – 35 tahun, dibawah atau diatas usia
tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya (Depkes RI,
2003b).40
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hartanto (2004) tentang usia
ibu hamil < 20 tahun yang menunjukkan bahwa semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar haemoglobinnya karena wanita pada usia
ini masih dalam masa pertumbuhan. Disamping itu, usia diatas 35 tahun
cenderung mengakibatkan timbulnya masalah – masalah kesehatan seperti
hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama
dan perdarahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan
pada janin.
Tabel 4.4 didapatkan hasil sebagian besar ibu yang mengalami
anemia terdapat pada paritas lebih dari 4, hal ini menunjukkan semakin
banyak paritas semakin besar risiko terjadinya anemia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Departemen Kesehatan RI (2003b), bahwa banyaknya anak yang
dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan
faktor risiko kehamilan dan persalinan, salah satunya adalah anemia.
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kasus anemia sebanyak 26 responden,
dan kasus bayi berat lahir rendah sebanyak 32 kasus. Dari 26 kasus anemia
ada 12 yang mengalami bayi berat lahir rendah. Dari 32 kasus bayi berat
lahir rendah terdapat 12 yang dilahirkan dari ibu dengan anemia.
Berdasarkan wawancara lisan dari responden yang mengalami
anemia, sebagian besar selama hamil tidak mengkonsumsi tablet fe sesuai
yang dianjurkan yaitu 90 tablet. Responden mengemukakan beberapa alasan 41
tidak mengkonsumsi tablet fe tersebut, antara lain karena rasa tablet fe tidak
enak, tablet fe menimbulkan rasa mual, sering lupa minum tablet fe, dan
karena alasan kesibukan.
Di RSUD Pandan Arang Boyolali bulan April sampai Mei 2010
menunjukkan bahwa anemia merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan bayi berat lahir Rendah. Hal ini sesuai dengan SKRT (2002), bahwa
ibu hamil yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, Manuaba (1998) juga
mengemukakan, bahwa pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya
kelahiran prematur dan BBLR. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nelly Agustini Simanjuntak tahun 2009 serta Zaenab R,
SKM dan Joeharno, SKM, yang hasilnya bahwa anemia ibu hamil
berhubungan dengan bayi berat lahir rendah.
Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada
ibu maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar
haemoglobin untuk mengikat oksien yang dapat mengakibatkan efek tidak
langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi, bertambahnya
kerentanan ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur
(Setyawan, 1996).
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
antara anemia ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) pada penelitian ini bermakna secara statistik.42
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Anemia Ibu Hamil
Trimester III Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD
Pandan Arang Boyolali, diperoleh hasil :
1. Dari 150 sampel diperoleh kasus anemia sebanyak 17,3 %, dan kasus
bayi berat lahir rendah sebanyak 21,3 %.
2. Dari 26 kasus anemia ditemukan 12 kasus bayi berat lahir rendah.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara anemia ibu hamil trimester III
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (X² hitung > X² tabel dan P <
0,05)
B. Saran
1. Bagi bidan, memberikan penyuluhan ibu hamil (ANC) tentang
pentingnya memperhatikan faktor usia dan paritas untuk mencegah
terjadinya anemia sehingga tidak terjadi BBLR.
2. Bagi masyarakat, meningkatkan pendidikan masyarakat sehingga
memudahkan penerimaan komunikasi, informasi, edukasi tentang
bahaya anemia dalam kehamilan yang akan memperbesar risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah.43
3. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang anemia dan bayi
berat lahir rendah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, menambah daftar pertanyaan untuk menggali
informasi dari responden yang terkait dengan perawatan ibu selama
hamil (ANC).44
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka
Cipta. h: 131
Cunningham, G.F., MacDonald, P.C., Gant, N.F., & Ronardy, D.H.,(eds), 2000,
Abortus, Suyono,J., dan Hartono, A.,(alih bahasa), Obstetri Williams,
EGC, Jakarta (edisi 20). Copyright @ indoskripsi.com 2009. Website
hosting by IdeBagus.
Departemen Kesehatan RI. 2003b. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat Dan Binkesmas.
Jakarta
Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2006. Angka Kematian Ibu Dan Angka Kematian
Bayi. Diakses di http://www.who./nutrition/topics/feto_maternal/en.html.
Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Prevalensi Anemia dan Bayi Berat Lahir
Rendah Tahun 2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2005. Prosentase Bayi Berat Lahir
Rendah. Diakses di http://www. or.id. Last Update : 2006. [diakses pada
tanggal 10 Desember 2007].
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
45
Manuaba, I.B.G. 1998. Konsep Obstetri Dan Ginekologi Sosial Indonesia.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. h : 96
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Lutan, D. (Eds), EGC, Jakarta. h : 88
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
h: 70, 72, 79, 145, 188.
Riwidikdo, Handoko. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press. h: 32.
Saifudin A B., 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
h : M.38–41.
Setyawan, Henry. 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Prematuritas, Dan Intra Uterin
Growth Retardation (IUGR). Jakarta: Jurnal Epidemiologi Nasional
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan
Rendah http://blogjoeharno.blogspot.com/2008/05/berat-badan-lahirrendah-bblr.html
Taufiqurrahman A M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : UNS Press. h : 130-1.
Wiknjosastro, G.H., 2006, kelainan Lamanya Kehamilan, Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta pp 302-320.
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana saat ini sedang dilakukan oleh
pemerintah, berbagai lembaga donor dan lembaga swadaya masyarakat baik nasional
maupun internasional. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan bermuara pada
dua hal; pertama, pembangunan fisik prasarana dan sarana berupa pembangunan perumahan,
lingkungan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kedua, pembangunan masyarakat atau yang
biasa disebut dengan pemulihan komunitas (community recovery).Dengan tujuan untuk melaksanakan community recovery, Pemerintah Republik Indonesiasaat ini memiliki proyek berskala nasional yang sudah dilaksanakan di D.I. Yogyakarta, JawaTengah dan Jawa Barat yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ataudulunya disebut P2KP dan PPK.
Proyek ini mengedepankan pendekatan pemberdayaanmasyarakat yang dijadikan sebagai pintu masuk (entry point) untuk melakukan rehabilitasikomunitas.Pendekatan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan untuk mendorong peran aktif masyarakat agar dapat menjadi pelakuutama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksirumah di wilayahnya sendiri. Peran aktif masyarakat tersebut dapat diwujudkan apabilapelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bertumpu serta berbasis pada komunitas ataupemberdayaan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut diatas, PemerintahRepublik Indonesia melaksanakan proyek khusus di lokasi bencana di D.I. Yogyakarta, JawaTengah dan Pangandaran (Jawa Barat), yaitu Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat danPermukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK) Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunamisebagai sarana untuk memampukan masyarakat dalam menata kembali permukimannya sertamemulihkan kehidupan dan penghidupannya.
II. TUJUAN
1. Sebagai upaya koreksi terhadap pelaksanaan program yang telah dikerjakan;
2. Sebagai peningkatan kinerja bagi pelaku program
3. Menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk berperan sebagai sosial kontrol pada pelaksanaan program
4. Melembagakan pengelolaan pengaduan masyarakat sebagai upaya keberlanjutan dan transparansi program di lapangan
BAB II
ISI
PRINSIP–PRINSIP PELAKSANAAN PENGELOLAAN PENGADUAN
MASYARAKAT
Berkaitan dengan efektifitas kegiatan, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip penanganan pengaduan sebagai berikut :
Kemudahan
Sistem pengaduan masyarakat harus mudah dipahami dan dilakukan oleh semua pihak.
Penanganan pengaduan diselesaikan sesuai dengan tingkatannya
Dalam pengelolaan pengaduan, sedapat mungkin pengaduan dapat diperoleh solusi di tingkatannya. Namun sesuai dengan kapasitasnya, apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan pada tingkatannya, maka harus secepat mungkin disampaikan kepada tingkat yang lebih tinggi.
Sikap positif terhadap pengaduan
Setiap jenis pengaduan harus diterima dan disikapi secara positif dan harus ditangani secara optimal. Demikian juga terhadap pihak pengadu, harus diposisikan secara proporsional dan positif, karena pengaduan adalah salah satu bentuk kepedulian yang bersangkutan untuk memperlancar kegiatan yang sedang berlangsung.
Sukarela
Pada saat penyelesaian masalah, seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut diusahakan untuk bersedia mengikuti proses penyelesaian masalah secara sukarela dan menghindari adanya kondisi keterpaksaan.
Melibatkan berbagai pihak yang terkait
Penyelesaian pengaduan tidak hanya terhadap pihak-pihak yang terkait secara langsung, akan tetapi perlu juga melibatkan pihak lain yang dapat memberikan masukan dalam penyelesaian masalah terhadap pokok pengaduan. Dengan keterlibatan pihak yang lebih luas, maka penyelesaiannya dapat lebih menyeluruh.
Transparansi/Keterbukaan
Semua pihak yang ingin mendapatkan penyelesaian masalah harus diberikan informasi selengkap-lengkapnya secara transparan. Demikian pula proses dan hasil penyelesaian pengaduan, harus disampaikan kepada semua pihak secara transparan.
Obyektif
Penanganan masalah pengaduan dilakukan secara obyektif dengan menghindari keberpihakan yang tidak berimbang terhadap pihak-pihak yang terlibat.
Kerahasiaan bagi Pengadu
Dalam upaya penanganan pengaduan, kerahasiaan identitas pengadu harus dapat dijamin untuk rasa keamanan yang bersangkutan.
Satu Pintu
Setiap bentuk maupun cara pengaduan harus diusahakan untuk ditangani melalui satu pintu yaitu melalui PPM.
SARANA DAN PRASARANA YANG DIPERLUKAN
Tingkat Masyarakat, BKM/TPK
a. Di sekretariat BKM/TPK disediakan media yang memungkinkan masyarakat dapat mudah menyampaikan pengaduan seperti kotak pengaduan, selain itu kotak pengaduan juga di tempatkan pada beberapa titik strategis
b. Buku penerimaan pengaduan di sekretariat BKM/TPK;
c. Media sosialisasi berupa poster, leaflet dan atau spanduk yang menjelaskan keberadaan PPM;
d. Format PPM
Tim Fasilitator:
a. Masing-masing Tim Fasilitator menyediakan nomor SMS yang memungkinkan masyarakat dapat mudah menyampaikan pengaduan jika Tim Fasilitator tidak berada di tempat;
b. Menyediakan kotak pengaduan yang diletakkan pada tempat strategis termasuk posko Tim Fasilitator;
c. Buku penerimaan pengaduan di posko Tim Fasilitator;
d. Format PPM
Tingkat Korlap :
a. Alamat pengaduan di tingkat Korlap. Alamat pengaduan tersebut berupa alamat surat, alamat E-mail Korlap dan nomor SMS;
b. Website Rekompak
c. Nomor telepon di Korlap;
d. Media sosialisasi untuk melaksanakan sosialisasi berupa poster, leaflet dan atau spanduk PPM;
e. Buku penerimaan pengaduan di kantor Korlap;
f. Format PPM di setiap Korlap;
g. Aplikasi PPM berbasis website.
Untuk efektifitas penanganan pengaduan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
Pencatatan Pengaduan
Pelaku di setiap tingkatan, mencatat pengaduan masyarakat yang diterima ke dalam format PPM
Identifikasi awal :
Kegiatan identifikasi awal dilakukan setelah menerima pengaduan yang diterima oleh PPM, tujuannya adalah untuk mendapatkan kejelasan masalah yang diadukan. Dari kegiatan ini dapat diperoleh informasi yang lebih rinci berkaitan dengan subjek yang dilaporkan dan klasifikasi sifat pengaduan. Apabila dari identifikasi ini diketahui bahwa masalah yang diadukan disebabkan karena salah informasi ataupun informasi yang tidak lengkap yang diterima oleh pengadu, maka PPM harus menyampaikan informasi sebenarnya kepada pengadu, berdasarkan acuan-acuan yang ada.
Melakukan pencarian fakta lapangan :
Pencarian fakta lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan kejelasan pokok permasalahan sesungguhnya, dengan melakukan konfirmasi, investigasi, dan klarifikasi di lapangan, termasuk pengumpulan data/dokumen pendukung yang dibutuhkan. Agar diperoleh data yang lebih akurat, kegiatan ini dapat dilakukan beberapa kali dan atau dari beberapa sumber informasi yang berbeda.
Dari pengumpulan fakta lapangan diharapkan akan diperoleh kepastian apakah memang terbukti atau tidak terbukti ada masalah, mengidentifikasikan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), permasalahan-permasalahan kunci, sebagai bahan untuk merancang rencana kerja yang akan dilaksanakan dan menganalisis kelayakan proses penanganan yang akan dicapai.
Merumuskan Target dan Rekomendasi Penanganan (Analisis)
Dari hasil klarifikasi lapangan akan diperoleh informasi benar tidaknya masalah yang dilaporkan. Demikian pula sangat dimungkinkan adanya perubahan hasil identifikasi awal. Jika memang terbukti ditemukan ada masalah, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisa berdasarkan fakta lapangan untuk menentukan tindak lanjut penanganan dalam upaya penyelesaian permasalahan yang diadukan.
Memfasilitasi Penanganan
Apabila tingkat kewenangan penanganan dapat diperoleh di tingkat asal pengaduan (PPM bersangkutan), maka lakukan fasilitasi dengan mendistribusikan penanganan masalah kepada pihak-pihak yang mempunyai otoritas kewenangan dan pihak lain yang berkepentingan. Namun, apabila penanganan masalah memerlukan otoritas yang lebih tinggi, maka segera sampaikan permasalahan kepada tingkat PPM yang lebih tinggi.
Memberikan Umpan Balik Kepada Pengadu
Menyampaikan proses dan hasil akhir penanganannya kepada pelapor untuk mendapatkan umpan balik, apabila pelapor merasa apa yang dipermasalahkan sudah selesai maka penanganan pengaduan selesai, akan tetapi apabila belum, maka lakukan penanganan lebih lanjut.
Menyebarluasan Informasi Hasil Penanganan
PPM menyampaikan proses dan hasil akhir penanganannya kepada khalayak dengan menggunakan media yang ada. Penyampaian informasi ini harus menjaga prinsip dan nilai dari ketentraman warga masyarakat, misalnya dengan penyampaian informasi singkat mengenai pokok-pokok permasalahan dan hasil penanganannya tanpa menyebutkan pihak-pihak yang terkait.
Membuat dokumentasi dan pelaporan
Setiap PPM wajib untuk mengarsipkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan pengaduan yang ditangani baik itu pengaduan informatif atau pengaduan masalah, hal ini diperlukan untuk pelaporan dan bahan evaluasi dan pembelajaran apabila di kemudian hari menemukan permasalahan serupa. Konsultan membuat laporan dengan basis aplikasi PPM di setiap tingkatan. Laporan\ terdiri dari laporan rutin bulanan berdasarkan status data hari terakhir bulan bersangkutan dan laporan khusus untuk masalah yang dianggap krusial
KLASIFIKASI MASALAH PENGADUAN
Agar penanganan pengaduan dapat berjalan secara efektif, maka salah satu langkah awal adalah melakukan analisis masalah. Salah satu bagian dari analisis adalah menentukan
klasifikasi masalah. Dengan klasifikasi akan diperoleh informasi lingkup masalah, katagori
dan tingkat penanganan masalah, yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan
strategi dan langkah penanganan pengaduan, adapun klasifikasinya terdiri dari :
A. Lingkup
Berdasarkan sumber masalah yang diadukan, maka lingkup PPM REKOMPAK adalah :
a. Administratif-teknis,
Lingkup ini berkaitan dengan seluruh permasalahan teknis pelaksanaan kegiatan siklus dan pelaku/pelaksananya, yang terdiri dari bidang-bidang :
o Pelaksanaan Sosialisasi;
o Pelaksanaan Rembug Kesiapan Warga;
o Pembentukan BKM;
o Pembentukan TIP;
o Pelaksanaan Pelatihan;
o Pelaksanaan FGD;
o Pelaksanaan Pemetaan Swadaya;
o Pembentukan Panitia;
o Penyusunan DED
o Pencairan Dana BDL ke KSMP dan BDL;
o Pelaksana Rekonstruksi;
o Lain-lain.
b. Keuangan,
Lingkup ini berkaitan dengan pendanaan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah, baik berasal dari Pemerintah Pusat (kantor proyek), Pemda maupun sumber dana lain. Lingkup ini terdiri dari bidang- bidang :
• Pembiayaan proyek kepada Konsultan; yaitu berkaitan dengan hak dan kewajiban antara Proyek dengan Konsultan dalam bidang keuangan. (Contoh : Keterlambatan Invoice, permasalahan distribusi dan lingkupnya)
• Pembiayaan oleh Konsultan : berkaitan dengan segala hal pengeloaan keuangan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi rumah oleh Konsultan di seluruh tingkatan (KMP dan DMC), (Contoh : Masalah gaji personal Konsultan, pajak, BOP kegiatan dan lingkupnya)
• Pemanfaatan Dana BDR : Berkaitan dengan seluruh pemanfaatan BDR di tingkat masyarakat (Contoh : Masalah pemanfaatan/pengelolaan oleh KSMP atau anggotanya, panitia dan lingkupnya)
• Lain-lain
B. Jenis/sifat pengaduan
Pada dasarnya setiap pengaduan yang diterima oleh PPM dipastikan mengandung masalah, paling tidak bagi si pengadu. Ada pengaduan yang dapat diselesaikan dengan memberikan informasi yang sebenarnya kepada pengadu dan ada pula pengaduan yang dalam
penyelesaiannya memerlukan serangkaian langkah tindakan penanganan.
Berdasarkan langkah penanganan, maka pengaduan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) sifat, yaitu :
1. Pengaduan Informatif
Yang termasuk dalam sifat ini, adalah setiap pengaduan yang dapat diselesaikan dengan memberikan keterangan selengkapnya kepada pengadu.
2. Pengaduan Penyimpangan
Yang termasuk dalam sifat ini adalah setiap pengaduan yang dapat dalam penyelesaiannya perlu langkah-langkah penanganan lebih lanjut (lihat langkah penanganan pengaduan)
C. Katagori Masalah
Indikasi penyimpangan dapat diketahui dari hasil analisis dan klarifikasi terhadap akar
masalah yang diadukan. Berdasarkan akar masalah penyebab terjadinya indikasi
penyimpangan, maka pengaduan dapat dibedakan ke dalam 7 (tujuh) katagori, yaitu :
Katagori 1 = Pelanggaran mekanisme dan prosedur;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya penyimpangan mekanisme dan prosedur dari yang telah ditetapkan.
Katagori 2 = penyimpangan dana;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya penyimpangan, penyelewengan ataupun penyalahgunaan dana
Katagori 3= adanya intervensi negatif;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan karena adanya intervensi negatif yang dapat menyebabkan kerugian masyarakat maupun kepentingan proyek/program.
Katagori 4 = Masalah Kebijakan;
Berkaitan dengan pengaduan terhadap masalah yang diakibatkan adanya perubahan/pelanggaran terhadap suatu kebijakan/ketetapan sesuai dengan tingkatannya.
Katagori 5 = Kejadian Force majeur;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan kejadian yang mengarah diluar kemampuan manusia, misalkan bencana alam, kerusuhan masal dan sejenisnya.
Katagori 6 = Pelanggaran kode etik/kinerja pelaku;
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang disebabkan adanya pelangaran kode etik atau kinerja pelaku
Katagori 7 = Permintaan Bantuan Rumah/Bantuan Lainnya
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan karena adanya permintaan bantuan rumah atau bantuan yang lainnya
Katagori 8 = Indikasi Korupsi
Berkaitan dengan pengaduan masalah yang diakibatkan karena adanya dana yang dikorupsi oleh perseorangan maupun sekelompok untuk kepentingannya sendiri
Katagori 9 = Kritik
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan untuk peningkatan kinerja proyek yang sifatnya mengarah kepada kritik
Katagori 10 = Pertanyaan
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan karena ketidaktahuan atau kurang lengkapnya informasi yang diterima
Katagori 11 = Saran/Pemberitahuan
Berkaitan dengan pengaduan yang disampaikan mengenai pelaksanaan proyejk yang sifatnya berupa saran atau pemberitahuan
D. Derajat Masalah
Sebaiknya setiap pengaduan masalah dapat diselesaikan di tingkat PPM bersangkutan,
namun begitu pada kondisi tertentu, untuk mengelola dan menyelesaiakan suatu masalah
diperlukan dukungan dan fasilitasi oleh PPM pada level yang lebih tinggi. Berdasarkan
tingkat penanganan masalah yang seharusnya dilakukan, maka masalah yang dikelola oleh
PPM dapat di diklasifikasikan kedalam 4 (empat) derajat masalah, yaitu :
Derajat 1 (Tim Fasilitator)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dapat dikelola dan diselesaikan di tingkat kelurahan/desa. Dukungan atau fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama BKM, aparat kelurahan, Fasilitator, institusi tingkat kelurahan/desa, tokoh masyarakat, kelompok peduli, dan lainnya.
Contoh : Apabila Panitia kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah tidak transparan dalam mengelola dana, permasalahan KSMP, dan sebagainya
Derajat 2 (Korlap)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat (Korlap).
Dukungan dan fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama TKPP, Korlap, instansi
tingkat kota/kabupaten, PJOK, kelompok peduli, aparat hukum ataupun pihak lainnya.
Contoh : Apabila didiindikasikan adanya intervensi aparat untuk memaksakan
kegiatan di tingkat kelurahan/desa, apabila suatu permasalahan berlarut-larut tidak
dapat diselesaikan oleh PPM BKM, kinerja Fasilitator dipertanyakan, BKM dan atau
Panitia Pembangunan tidak transparan dalam mengelola kegiatan atau dana BDR dan
sebagainya.
Derajat 3 (DMC)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat
Provinsi/DMC. Dukungan dan fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama
Pemerintah Daerah, DMC, Instansi tingkat Provinsi, kelompok peduli, aparat hukum
ataupun pihak lainnya.
Contoh : Permasalahan yang berlarut-larut tidak dapat diselesaikan oleh PPM
kota/kabupaten, Korlap tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, dan
sebagainya.
Derajat 4 (NMC/Pusat)
Apabila sumber dan pokok masalah yang diadukan dalam pengelolaan ataupun
penyelesaian masalah perlu dukungan dan fasilitasi oleh PPM tingkat Pusat.
Dukungan atau fasilitasi dapat diberikan oleh atau bersama-sama Kepala Satker Pusat,
Proyek, Bank Dunia, Departemen/ Lembaga/Badan tingkat pusat, NMC.
Contoh : Permasalahan yang berlarut-larut tidak dapat diselesaiakan oleh PPM tingkat
kota/kabupaten atau provinsi/DMC, permasalahan krusial yang dapat berdampak
secara luas di seluruh wilayah sasaran, adanya indikasi penyimpangan mekanisme dan
prosedur suatu kegiatan siklus karena kebijakan konsultan atau proyek, seluruh
pengaduan yang diterima oleh PPM Pusat.
Masing-maising pengaduan yang masuk dikelompokkan berdasarkan derajatnya,
kewenangan untuk menentukan derajat ini adalah NMC yang akan mengklasifikasikan
permasalahan/pengaduan tersebut dapat diselesaikan pada tingkatan mana. Semua
pengaduan yang masuk, terutama pada Tim Fasilitator, Korlap dan DMC segera dikirimkan
kepada NMC untuk digolongkan pada derajat mana pengaduan itu hendak diselesaikan.
Selanjutnya setelah pengaduan sudah digolongkan derajat penyelesaiannya, NMC akan mengirimkan pada masing2 DMC untuk segera difasilitasi penyelesaiannya.
Catatan :
Pengaduan yang disampaikan dimungkinkan tidak hanya mencakup satu lingkup/
bidang/ katagori/ tingkat penanganan masalah, akan tetapi dapat juga mencakup
lingkup/ bidang/ katagori/ tingkat penanganan masalah lainnya. Untuk itu, dalam
menyusun klasifikasi masalah, perlu diperhatikan aspek yang paling menonjol yang
menjadi akar masalah.
Aspek inilah yang menjadi dasar ataupun diutamakan dalam menyusun klasifikasi masalah,baru dimasukkan dalam klasifikasi berikutnya.
MONITORING PENYELESAIAN MASALAH
Mekanisme PPM di lapangan dalam pelaksanaannya nanti akan dilakukan serangkaian monitoring oleh NMC bersama DMC dan untuk jenis pengaduan yang sifatnya ke arah indikasi korupsi akan dilakukan monitoring dan pemantauan khusus langsung oleh NMC sejak diterimanya pengaduan sampai dengan terselesaikannya pengaduan tersebut.
Selanjutnya di bawah ini dijelaskan tentang batas waktu untuk pelaporan,
fasilitasi penyelesaian dan kegiatan monitoring.
No Kegiatan Waktu Keterangan :
1. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi
penyelesaian PPM Tim Fasilitator kepada Korlap Setiap minggu Menggunakan format yang tersedia
2. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh Tim Fasilitator Tidak lebih dari seminggu Laporan mingguan
3. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi penyelesaian PPM Korlap kepada DMC Setiap 2 minggu Database dan laporan tertulis
4. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh Korlap Tidak lebih dari 2 minggu Laporan Khusus
5. Pelaporan pencatatan dan fasilitasi penyelesaian PPM DMC kepada NMC Setiap 2 minggu Database dan laporan tertulis
6. Fasilitasi penyelesaian masalah oleh DMC Tidak lebih dari 1 bulan Laporan Khusus
7. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh Korlap untuk pengaduan derajat 1, sekurang-kurangnya sebanyak 30% dari semua pengaduan Setiap minggu Laporan Khusus
8. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh DMC untuk pengaduan derajat 1 dan 2, sekurang-kurangnya sebanyak 20% dari semua pengaduan Setiap minggu Laporan Khusus
9. Monitoring dan pemantauan rutin independen oleh NMC untuk pengaduan derajat 1, 2 dan 3 sekurang-kurangnya 10 % dari semua pengaduan. Setiap minggu Laporan Khusus
10. Monitoring dan pemantauan khusus independen oleh NMC untuk jenis masalah yang mengarah pada Indikasi Korupsi dilakukan 100 % Setiap waktu jika diperlukan Laporan Khusus
11. Updating data PPM ke dalam website oleh NMC Setiap 2 minggu
PENUTUP
Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pengaduan, banyaknya pengaduan yang masuk bukan berarti bahwa tugas fasilitasi konsultan buruk atau sebaliknya dengan sedikitnya jumlah pengaduan bukan berarti konsultan telah berhasil dalam tugas fasilitasinya, akan tetapi yang diperhatikan adalah seberapa jauh upaya-upaya Konsultan untuk penanganan pengaduan masalah yang muncul dalam pelaksanaan REKOMPAK yang menganut prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan demokrasi sehingga dapat menjadi media pembelajaran masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan REKOMPAK secara menyeluruh.
Berdasarkan hal tersebut, maka konsultan pendamping tidak perlu kuatir dan takut bersalah dalam membuka pengaduan yang ada di wilayahnya. Banyaknya pengaduan yang diterima bukan berarti kinerja Fasilitator maupun konsultan tidak baik, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa setiap pengaduan yang diterima telah ditangani untuk mendapatkan solusi terbaik bagi semua pihak. Tata cara pengelolaan pengaduan ini menjadi tolok ukur dalam mengelola pengaduan, sedangkan dalam proses penanganan pengaduan dapat
dikembangkan sesuai dengan permasalahan, situasi dan kondisi dimana pengaduan
permasalahan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rekompakjrf.org/download/Tata%20Cara%20Penanganan%20Pengaduan%20Masalah%20%28PPM%29.pdf
1
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh:2
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
Terlah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji
Di Hadapan Tim Penguji
Disusun oleh:
Ani Hartanti
R1109001
Pada Tanggal 13 April 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A,M.Kes Parni, SST
NIP. 19730410 200501 1 001 NIP. 19590901 198201 2 007
Ketua Tim KTI
Mochammad Arief Tq, dr., MS, PHK
NIP. 19500913 198003 1 0023
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Ani Hartanti
R1109001
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji KTI
Pada hari Rabu, Tanggal 28 Juli 2010
Pembimbing I
Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A, M.Kes
NIP. 19730410 200501 1 001
Pembimbing II
Parni, SST
NIP. 19590901 198201 2 007
Penguji
Sunyataningkamto, dr., Sp.A
Ketua Tim KTI
Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK
NIP. 19500913 198003 1 002
Mengesahkan
Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS
H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K)
NIP. 19510421 198011 1 0024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Pandan Arang Boyolali”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan (SST) pada Program Studi Diploma IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan
beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan maupun pengarahan. Oleh
karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Syamsul Hadi, dr, SpKJ selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. H. A. A Subijanto, dr, MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Mochammad Arief Tq, dr, MS, PHK selaku ketua tim Karya Tulis Ilmiah.
5. Annang Giri Moelyo, dr, Sp.A,M.Kes dan Parni, SST selaku pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.5
6. Sunyataningkamto,dr.,Sp.A selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Direktur RSUD Pandan Arang Boyolali yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
8. Seluruh responden dan keluarga yang telah bersedia menjadi subjek
penelitian.
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
10. Bapak, ibu dan kakak-kakakku tercinta yang senantiasa memberi dukungan
dan doa.
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret angkatan 2006 dan 2009.
12. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
bagi kesempurnaan selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan ..................................................................................................... 7
B. Kerangka Teori ........................................................................................... 13
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 14
D. Hipotesis .................................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 167
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 16
C. Populasi Penelitian ..................................................................................... 16
D. Sampel Dan Tehnik Sampling ................................................................... 17
E. Estimasi Besar Sampel ............................................................................... 17
F. Kriteria Restriksi ........................................................................................ 18
G. Definisi Operasional ................................................................................... 19
H. Instrumentasi .............................................................................................. 19
I. Rencana Analisis Data ............................................................................... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ...................................................... ...................... 23
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .................. 26
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ............................................................................. 28
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .................. 29
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 31
B. Saran ........................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN8
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 19
Tabel 3.2 Tabel Distribusi Frekuensi ................................................................... 21
Tabel 4.1 Angka Kejadian Anemia ………………………………………..…… 26
Tabel 4.2 Angka Kejadian BBLR ……………………………………………… 27
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………………...……… 27
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas ……… …………… 28
Tabel 4.5 Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ...................................................... 299
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan.
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah.
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Rekap Hasil Penelitian di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Lampiran 6. Analisis Hubungan Antara Anemia Dengan Bayi Berat Lahir
Rendah.
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Data di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUD Pandan
Arang Boyolali.
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I.
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II.
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup.10
Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan ti
dak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada
kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana
dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarn
ya
yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri s
endiri.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-oran
g tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberha
silan saat
mereka menyerah.
saya KUAT saya SEHAT saya SEMANGAT saya TERSENYUM
KEBERHASILAN dan KESUKSESAN menyertaiku, AMIN.
1. Bersyukur kehadirat Allah SWT seh
ingga penyusunan Karya Tulus Ilmiah
dap t selesai
2. Kedua Orang Tua yang selalu membe
rikan dukungan material dan spiritua11
sehingga Karya Tulis Ilmiah tersusun d
engan lancar
3. Dr. Annang Giri Moelyo, Dr. Sunya
taningkamto dan Ibu Parni yang membe
ri pngar han kepada kami sehingga Ka
rya Tulis Ilmiah selesai pada waktun
ya
4. RSUD Pandan Arang Boyolali sebaga
i tempat penelitian kami
5. RSUD Dr. Moeardi, Staf bagian ana
k terima kasih banyak atas bantuanny
6. Kakak2 dan Ponakan’ku tercinta
7. Aconk Lovee yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan semangatnya
8. Pak Moel sekeluarga, Matur Suwun
atas bantuannya
9. Darah Ifalahma, Kerja Sama yang b
agus............
10. Putri Moelandri, Rindang Gunung,
thanks yea..........
11. Semuanya yang ga bi aku sebutin
satu persatu
12. Terima Kasih Banyak, Sukses Selal
u, AMIN12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan.
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, dan keracunan
kehamilan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 262/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32/1000 kelahiran
hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu salah satunya adalah
53% ibu hamil menderita anemia. (DinKes Jabar, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <
10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Hb adalah protein dalam sel
darah merah, yang mengantar oksigen dari paru kebagian tubuh yang lain.
Anemia merupakan masalah kesehatan lain yang paling banyak
ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50% atau 1 diantara 2 ibu hamil di
Indonesia menderita anemia yang sebagian besar karena kekurangan zat 13
besi. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali kejadian anemia ibu
hamil mencapai 739 kasus dari 3458 ibu hamil (21,37 %).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah
kekurangan zat besi, infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan
haemoglobin. Selain itu, anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk
terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang
tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan hambatan
pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ di transfer ke
seluruh tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek
buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba,
2003).
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab
kematian ibu hamil di karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari
bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi
dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun
mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.14
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Sedangkan persentase bayi dengan bayi berat lahir rendah di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2005 sebesar 1,74% naik sedikit dibandingkan dengan
persentase tahun 2004 yang sebesar 1,54%. Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali terdapat kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 370 kasus dari 2114 kelahiran (17,5 %).
Sesuai dengan studi pendahuluan di RSUD Pandan Arang Boyolali,
tahun 2009 kematian ibu bersalin mencapai 5 kasus dari 1348 persalinan
(0,37 %), sedangkan kematian bayi 107 dari 1348 kelahiran (7,04 %). Dari
survei tersebut terdapat kasus anemia ibu hamil trimester III sebanyak 149
dari 1348 ibu hamil (11,05 %) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebanyak 211 dari 1348 kelahiran (15,69 %). Sehubungan dengan hal
tersebut maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang
“Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan Bayi Berat
Lahir Rendah Di RSUD Pandan Arang Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut “ Adakah hubungan antara anemia ibu hamil
trimester III dengan Bayi Berat Lahir Rendah?”.15
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
anemia ibu hamil trimester III dengan Bayi Berat Lahir Rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami kasus anemia dan bayi berat lahir rendah di
RSUD Pandan Arang Boyolali.
b. Untuk menganalisis hubungan antara anemia dengan bayi berat
lahir rendah di RSUD Pandan Arang Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan tentang hubungan antara anemia dengan bayi berat lahir
rendah.
b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi
untuk memiliki perhatian terhadap kejadian anemia dan bayi berat
lahir rendah.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan 16
khususnya dalam penatalaksanaan anemia dan atau bayi berat lahir
rendah
b. Bagi profesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi profesi bidan untuk memberikan penatalaksanaan
dan pencegahan yang tepat terhadap anemia dan atau bayi berat
lahir rendah sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal
dan perinatal.
c. Bagi klien dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan pada ibu hamil khususnya tentang anemia dan bayi
berat lahir rendah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya menjaga kehamilan dan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah penulis baca, ada beberapa penelitiann yang
berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya adalah :
1. Nelly Agustini Simanjuntak, 2009, dengan judul : Hubungan Anemia
Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahoir Rendah (BBLR),
dengan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional, dengan hasil terdapat hubungan antara anemia dengan
kejadian bayi berat lahir rendah.17
2. Zaenab R. SKM dan Joeharno, SKM, 2008, dengan judul : Beberapa
Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah, dengan jenis
penelitian observasional dan dengan rancangan case control study,
dengan hasil anemia merupakan salah satu factor risiko kejadian bayi
berat lahir rendah.18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hamil disebut ” Potential danger to mother and child ”
(Potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba, 1998).
a. Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan
kadar nilai haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III,
atau kadar nilai haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester
II. Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian
hemodilusi. (Cunningham, 2005).
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3
kategori :
1) Anemia Ringan : 9 – 10 gr%
2) Anemia Sedang : 7 – 8 gr%
3) Anemia Berat : > 7 gr%19
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau
karena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan, misalnya
pada perdarahan.
Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak
ditambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat
besi, lebih – lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah
khatulistiwa zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan
melalui kulit. Masuknya zat besi setiap hari yang dianjurkan tidak
sama untuk berbagai negeri. Untuk di Indonesia setiap harinya
dianjurkan wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg, dan
wanita menyusui 17 mg. (Wiknjosastro, 2006).
b. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
6) Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7) Infeksi intrapartum dan masa nifas20
8) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr %) terjadi payah
jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan, bahkan bisa fatal.
(Mochtar,1998)
c. Pengaruh Anemia tehadap Janin
1) Abortus
2) Terjadi kematian intrauterine
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Bayi Berat lahir rendah
5) Kelahiran dengan anemia
6) Dapat terjadi cacat bawaan
7) Bayi mudah terserang infeksi
8) Intelegensi rendah
9) Kematian neonatal
10) Asfiksia intra partum
(Manuaba,1998)
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur.
Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar
uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat – alat dalam tubuhnya, dengan akibat
makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka 21
kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal
terjadi pada bayi – bayi prematur. (Wiknjosastro, 2006).
a. Pengertian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
lahir.
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr, yaitu karena umur
hamil kurang dari 37 minggu, dan umur kehamilan cukup tetapi
berat lahir rendah. (Manuaba, 1998).
Pembagian kehamilan menurut WHO adalah sebagai
berikut:
1) Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu
(259 – 293 hari)
3) Post-term : umur hamil diatas 42 minggu (294 hari)
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan
pengelolaan yang optimal dan dengan cara – cara yang kompleks
serta menggunakan alat – alat yang canggih, beberapa gangguan
yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan 22
demikian gejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat
dicegah atau dikurangi. (Wiknjosastro, 2006).
b. Penyebab Terjadinya BBLR
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Seperti malaria, anemia, infeksi TORCH
b) Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan
kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 20 tahun atau > 35
tahun dan karena jarak kehamilan serta persalinan yang
terlalu dekat
d) Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu
perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2) Faktor Janin
Prematur, hidramnion, kehamilan kembar/ganda (gemeli),
kelainan kromosom.23
3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di dataran
tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
(Setyowati, 2003).24
B. KERANGKA TEORI
Bagan Kerangka Teori Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) (Sumber: Manuaba 2001).
Penyakit Komplikasi Faktor kebiasaan ibu Usia Dan
Paritas
Malaria
Anemia
Sipilis
TORCH
BBLR
Faktor Ibu
Perdarahan
antepartum
Pre eklamsi Berat
Eklamsi
Preterm
Perokok
Alkohol
Narkotika
Faktor Janin
Faktor Lingkungan
Prematur
Hidramnion
Gemeli
Kelainan Kromosom25
C. KERANGKA KONSEP
Bagan Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester
III Dengan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ).
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Faktor Usia
Dan
Paritas
Anemia
a. Kurang Gizi
b. Kurang zat besi
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah yang banyak
e. Penyakit – penyakit kronik
BBLR
Hipervolemia
Hb < 11 gr%
Asupan nutrisi & oksigen
terganggu
Mengganggu pertumbuhan
janin
Faktor
Penyakit
Kebiasaan
Faktor Janin
Faktor
Lingkungan26
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau
dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut ( Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, 2005:72 ).
1. Hipotesis Konseptual
Ada Hubungan antara anemia ibu hamil trimester III dengan Bayi
Berat Lahir Rendah.
2. Hipotesis Operasional
Ibu hamil yang menderita anemia kemungkinan besar akan
melahirkan bayi dengan berat Lahir rendah.27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan tujuan yang akan dicapai maka jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah non eksperimen. Dengan survey
analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimanan
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari
hubungan antara faktor risiko dengan efek dimana cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pandan Arang Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini populasi penelitian
sebagai berikut :
1. Populasi Target : Semua ibu bersalin28
2. Populasi Aktual : Semua ibu hamil TM III di RSUD Pandan
Arang Boyolali pada bulan April-Mei 2010,
dimana jumlah persalinan tahun 2009 tiap bulan
rata-rata sebanyak 112 persalinan.
D. Sampel Dan Tehnik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil
trimester IIII yang melahirkan di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan
April - Mei 2010 dan bayi yang dilahirkan hidup.
E. Estimasi Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus (Taufiqurrahman, 2008) :
2
2
d
Zα p q
n
× ×
=
Keterangan :
P : Perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti/ paparan pada populasi
Q : 1 - p
zα : nilai statistik zα pada kurve normal standar pada tingkat kemaknaan
d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi29
Besar sampel dihitung untuk beda proporsi d=5% dengan Zα =1,96
dan berdasar studi pendahuluan prevalensi p=0,11 diperoleh besar sampel
minimal sebanyak 150 orang.
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu – Ibu hamil trimester III
b. Ibu yang bersalin di RSUD Pandan Arang Boyolali
c. Bayi yang dilahirkan hidup
d. Ibu yang bersedia untuk diteliti
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
Ibu hamil dengan, eklamsi, pre eklamsi berat, gemeli, prematur.30
G. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel
Dan
Indikator
Pengertian Alat Ukur Kategori Skala
1 Anemia
ibu hamil
suatu kondisi ibu dengan
kadar nilai haemoglobin
di bawah 11 gr% pada
trimester III
Trace 40 - Anemia: apabila kadar
haemoglobin <11 gr%
- Tidak anemia: apabila
kadar hemoglobin ≥
11gr%
Nominal
2 BBLR bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram
Timbangan
Bayi
-BBLR: apabila berat bayi
lahir < 2500 gram
-Tidak BBLR: apabila
berat bayi lahir ≥ 2500
gram
Nominal
H. Instrumentasi
Instrumen penelitian yang digunakan adalah data primer yaitu data
observasi pemeriksaan kadar haemoglobin darah pada ibu hamil TM III
untuk diagnosis anemia dengan menggunakan trace 40. Sedangkan untuk
bayi berat lahir rendah menggunakan timbangan bayi pada bayi baru lahir. 31
Lembar pengamatan yang memuat tentang hasil pengamatan kadar
haemoglobin dan berat lahir bayi. Selain itu, ditunjang dengan status dan
catatan medik pasien.
I. Rencana Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Editing
Memeriksa kelengkapan data, mamperjelas serta melakukan
pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.
b. Coding
Menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi
kode atau simbol tertentu.
c. Tabulating
Data kemudian ditabulasi dengan skor kemudian dimasukkan
dalam master tabel yang sudah disiapkan.
Dalam penelitian ini anemia dibagi dalam 2 kategori yaitu :
a. Anemia
b. Tidak Anemia
Untuk BBLR dibagi dalam 2 kategori yaitu :
a. BBLR
b. Tidak BBLR32
Tabel 3.2
Tabel Distribusi Frekuensi
Anemia BBLR Prosentase
BBLR Tidak
BBLR
Anemia
Tidak Anemia
Total
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data
yang digunakan adalah “Analisa Bivariat” yaitu analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
(Notoatmodjo, 2005). Dua variabel yang dimaksud adalah anemia ibu
hamil dengan BBLR. Uji statistik menggunakan rumus Chi Square:
∑(fo – fh)²
X²=
fh
Keterangan :
X² : Chi quadrat
Fo : Frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi yang diharapkan
Ho ditolak apabila harga x² hitung ≥ x² tabel dan Ho diterima
apabila harga x² hitung ≤ x² tabel. 33
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistic
Package for Social Science (SPSS) for MS Windows versi 17.0.34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Subyek penelitian ini diambil dari ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan
hidup di RSUD Pandan Arang Boyolali pada bulan april sampai mei 2010.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 responden. Data hasil
penelitian sebagai berikut.
1. Anemia
Tabel 4.1
Angka Kejadian Anemia
Frekuensi Prosentase
Anemia 26 17,3 %
Tidak Anemia 124 82,7%
Total 150 100 %
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mengalami anemia
sebanyak 26 responden (17,3 %) dan tidak mengalami anemia sebanyak
124 responden (82,7 %).35
2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 4.2
Angka Kejadian BBLR
Frekuensi Persentase
BBLR 32 21,3 %
Tidak BBLR 118 78,7 %
Total 150 100 %
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah
sebanyak 32 responden (21,3 %), dan bayi dengan berat lahir normal
sebanyak 118 responden (78,7 %).
3. Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Kategori Total
Anemia Tidak Anemia
< 20 tahun 5 (22,7 %) 17 (77,3 %) 22 (100 %)
20 – 35 tahun 18 (15,5 %) 98 (84,5 %) 116 (100 %)
> 35 tahun 3 (25 %) 9 (75 %) 12 (100 %)36
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar ibu bersalin pada usia
20 – 35 tahun yaitu sebesar 116 responden, dengan kejadian anemia
sebanyak 18 (15,5 %) responden, selain itu ada 22 responden bersalin pada
usia < 20 tahun, dengan kejadian anemia sebanyak 5 (22,7 %) responden,
dan sebagian kecil ibu bersalain pada usia > 35 tahun yaitu sebesar 12
responden dengan kejadian anemia sebanyak 3 (25 %) responden.
4. Paritas
Karakteristik responden berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Paritas Kategori Total
Anemia Tidak Anemia
1 9 (14,8 %) 52 (85,2 %) 61 (100 %)
2 12 (17,1 %) 58 (82,9 %) 70 (100 %)
3 3 (20 %) 12 (80 %) 15 (100 %)
4 1 (33,3 %) 2 (66,7 %) 3 (100 %)
5 1 (100 %) 0 (0 %) 1 (100 %)
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden
mempunyai 2 anak yaitu sebesar 70 responden, dengan kejadian anemia
sebanyak 12 (17,1 %) responden, selain itu ada 61 responden yang 37
mempunyai 1 anak, dengan kejadian anemia sebanyak 9 (14,8 %)
responden, selain itu juga ada 15 responden yang mempunyai 3 anak,
dengan kejadian anemia sebanyak 3 (20 %) responden, ada juga 3
responden yang mempunyai 4 anak, dengan kejadian anemia sebanyak 1
(33,3 %) responden, dan sebagian kecil responden mempunyai 5 anak
yaitu sebesar 1 responden dan mengalami anemia.
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Hubungan anemia ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi berat
lahir rendah dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.5
Hubungan Anemia Ibu Hamil Trimester III Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Total X² X² P
BBLR Tidak
BBLR
Hitung Tabel
Anemia 12 14 26
Tidak
Anemia
20 104 124 11,546 3,481 0,001
Total 32 118 15038
Berdasarkan tabel 4.3 terdapat kasus anemia sebanyak 26 responden,
dan kasus bayi berat lahir rendah sebanyak 32 kasus. Dari 26 kasus anemia
ada 12 yang mengalami bayi berat lahir rendah dan 14 bayi dengan berat
lahir normal. Dari 32 kasus bayi berat lahir rendah terdapat 12 yang
dilahirkan dari ibu dengan anemia, dan 20 yang dilahirkan dari ibu yang
tidak anemia.
Sesuai hasil uji statistik chi square diperoleh hasil X² hitung 11,546
lebih besar dari X² tabel yaitu 3,481 dengan taraf kesalahan 5 %. Selain itu
diperoleh nilai P sebesar 0,001, sehingga P < 0,05. Jadi hipotesis yang
menyatakan bahwa “Ada Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil Trimester III
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah” terbukti kebenarannya. Hasil
analisis dengan menggunakan uji Chi-square secara lengkap dapat dilihat
dalam lampiran.39
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa angka kejadian anemia sebesar 26
(17,3 %) responden. Kejadian ini lebih sedikit dibandingkan dengan
kejadian anemia di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2009 yaitu
sebanyak 21,37 %. Hal ini disebabkan dinas kesehatan cakupannya lebih
luas dibandingan rumah sakit, karena data di rumah sakit hanya berdasarkan
pasien yang datang.
Selain itu tabel 4.2 menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR
sebesar 32 (21,3 %) responden. Kejadian ini lebih banyak dibandingkan
dengan dengan kejadian BBLR di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2009 yaitu sebanyak 17, 5 %. Hal ini disebabkan rumah sakit
merupakan tempat rujukan kasus patologi, sehingga angka kejadiannya
menjadi lebih besar.
Tabel 4.3 didapatkan hasil kehamilan usia < 20 tahun dengan
anemia sebesar 22,7 %, dan > 35 tahun sebesar 25 %, hal ini menunjukkan
bahwa kehamilan usia < 20 tahun dan > 35 tahun meningkatkan resiko
terjadinya anemia. Ini disebabkan karena usia reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20 – 35 tahun, dibawah atau diatas usia
tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya (Depkes RI,
2003b).40
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hartanto (2004) tentang usia
ibu hamil < 20 tahun yang menunjukkan bahwa semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar haemoglobinnya karena wanita pada usia
ini masih dalam masa pertumbuhan. Disamping itu, usia diatas 35 tahun
cenderung mengakibatkan timbulnya masalah – masalah kesehatan seperti
hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama
dan perdarahan pada saat persalinan serta risiko terjadinya cacat bawaan
pada janin.
Tabel 4.4 didapatkan hasil sebagian besar ibu yang mengalami
anemia terdapat pada paritas lebih dari 4, hal ini menunjukkan semakin
banyak paritas semakin besar risiko terjadinya anemia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Departemen Kesehatan RI (2003b), bahwa banyaknya anak yang
dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan
faktor risiko kehamilan dan persalinan, salah satunya adalah anemia.
B. Hubungan Anemia Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kasus anemia sebanyak 26 responden,
dan kasus bayi berat lahir rendah sebanyak 32 kasus. Dari 26 kasus anemia
ada 12 yang mengalami bayi berat lahir rendah. Dari 32 kasus bayi berat
lahir rendah terdapat 12 yang dilahirkan dari ibu dengan anemia.
Berdasarkan wawancara lisan dari responden yang mengalami
anemia, sebagian besar selama hamil tidak mengkonsumsi tablet fe sesuai
yang dianjurkan yaitu 90 tablet. Responden mengemukakan beberapa alasan 41
tidak mengkonsumsi tablet fe tersebut, antara lain karena rasa tablet fe tidak
enak, tablet fe menimbulkan rasa mual, sering lupa minum tablet fe, dan
karena alasan kesibukan.
Di RSUD Pandan Arang Boyolali bulan April sampai Mei 2010
menunjukkan bahwa anemia merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan bayi berat lahir Rendah. Hal ini sesuai dengan SKRT (2002), bahwa
ibu hamil yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah. Selain itu, Manuaba (1998) juga
mengemukakan, bahwa pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya
kelahiran prematur dan BBLR. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nelly Agustini Simanjuntak tahun 2009 serta Zaenab R,
SKM dan Joeharno, SKM, yang hasilnya bahwa anemia ibu hamil
berhubungan dengan bayi berat lahir rendah.
Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada
ibu maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar
haemoglobin untuk mengikat oksien yang dapat mengakibatkan efek tidak
langsung pada ibu dan bayi antara lain kematian bayi, bertambahnya
kerentanan ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur
(Setyawan, 1996).
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
antara anemia ibu hamil trimester III dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) pada penelitian ini bermakna secara statistik.42
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Anemia Ibu Hamil
Trimester III Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD
Pandan Arang Boyolali, diperoleh hasil :
1. Dari 150 sampel diperoleh kasus anemia sebanyak 17,3 %, dan kasus
bayi berat lahir rendah sebanyak 21,3 %.
2. Dari 26 kasus anemia ditemukan 12 kasus bayi berat lahir rendah.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara anemia ibu hamil trimester III
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (X² hitung > X² tabel dan P <
0,05)
B. Saran
1. Bagi bidan, memberikan penyuluhan ibu hamil (ANC) tentang
pentingnya memperhatikan faktor usia dan paritas untuk mencegah
terjadinya anemia sehingga tidak terjadi BBLR.
2. Bagi masyarakat, meningkatkan pendidikan masyarakat sehingga
memudahkan penerimaan komunikasi, informasi, edukasi tentang
bahaya anemia dalam kehamilan yang akan memperbesar risiko
terjadinya bayi berat lahir rendah.43
3. Bagi institusi, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang anemia dan bayi
berat lahir rendah.
4. Bagi peneliti selanjutnya, menambah daftar pertanyaan untuk menggali
informasi dari responden yang terkait dengan perawatan ibu selama
hamil (ANC).44
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka
Cipta. h: 131
Cunningham, G.F., MacDonald, P.C., Gant, N.F., & Ronardy, D.H.,(eds), 2000,
Abortus, Suyono,J., dan Hartono, A.,(alih bahasa), Obstetri Williams,
EGC, Jakarta (edisi 20). Copyright @ indoskripsi.com 2009. Website
hosting by IdeBagus.
Departemen Kesehatan RI. 2003b. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS). Direktorat Gizi Masyarakat Dan Binkesmas.
Jakarta
Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2006. Angka Kematian Ibu Dan Angka Kematian
Bayi. Diakses di http://www.who./nutrition/topics/feto_maternal/en.html.
Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 10 Desember 2007].
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Prevalensi Anemia dan Bayi Berat Lahir
Rendah Tahun 2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2005. Prosentase Bayi Berat Lahir
Rendah. Diakses di http://www. or.id. Last Update : 2006. [diakses pada
tanggal 10 Desember 2007].
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
45
Manuaba, I.B.G. 1998. Konsep Obstetri Dan Ginekologi Sosial Indonesia.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. h : 96
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Lutan, D. (Eds), EGC, Jakarta. h : 88
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
h: 70, 72, 79, 145, 188.
Riwidikdo, Handoko. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press. h: 32.
Saifudin A B., 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
h : M.38–41.
Setyawan, Henry. 1996. Pengaruh Anemia Ibu Hamil Trimester III Terhadap
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Prematuritas, Dan Intra Uterin
Growth Retardation (IUGR). Jakarta: Jurnal Epidemiologi Nasional
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan
Rendah http://blogjoeharno.blogspot.com/2008/05/berat-badan-lahirrendah-bblr.html
Taufiqurrahman A M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan. Surakarta : UNS Press. h : 130-1.
Wiknjosastro, G.H., 2006, kelainan Lamanya Kehamilan, Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta pp 302-320.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih