LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN
A. FRAKTUR / PATAH TULANG
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000 : 346).
B. PATAH TULANG TERTUTUP / CLOSED
adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau struktur jaringan kulit diatas / disekitar patah tulang masih utuh / intak
C. FRAKTUR FEMUR
Dibagi menjadi
1. Fraktur batang femur
2. Fraktur kolum femur
• Fraktur batang femur mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara jenis patah tulang. Umumnya femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
• Fraktur kolum femur
Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
1.2 PATOFISIOLOGI
1.3 GEJALA KLINIS
• Tanda-tanda tak pasti
o Rasa nyeri dan tegang : nyeri umumnya menghebat bila dilakukan gerakan.
o Hilangnya fungsi : diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu untuk melakukan gerakan.
o Deformitas : disebabkan oleh pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen tulang berubah.
• Tanda-tanda pasti
Gerakan Abnormal
Gerakan abnormal misalnya terjadi pada patah tulang penjang bagian tengah, pada keadaan normal gerakan tersebut tidak terjadi.
Krepitasi adalah gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah.
Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas berupa angulasi, rotasi dan pemendekan.
1.4 PENATALAKSANAAN
A. Pertolongan darurat (emergency)
Pemasangan bidai (splint)
1. Mencegah perusakan jaringan lebih lanjut
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Menekan kemungkinan terjadinya emboli lemak dan syok
4. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
B. Pengobatan difinitif
• Reposisi secara tertutup :
1. Manupulasi secara tertutup untuk mereposisi
Terbatas hanya pada patah tulang yang tertentu
2. Traksi dengan melakukan tarikan pada ektermitas bagian distal
• Imobilisasi :
1. Gips (plaster -of- paris casts)
2. Traksi secara kontinue
* Traksi kulit
* Traksi tulang
• Reposisi secara terbuka :
Melakukan reposisi dengan cara operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen atau kawat.
C. Rehabilitasi
Tujuan utama :
1. Mempertahankan ruang gerak sendi
2. Mempertahankan kekuatan otot
3. Mempercepat proses penyembuhan fraktur
4. Mempercepat pengambilan fungsi penderita
Latihan terdiri dari :
Mempertahankan ruang gerak sendi
Latihan otot
Latihan berjalan
1.5 KOMPLIKASI
o Dini (early)
o Lanjut (late)
o Bisa dianbatkan oleh traumanya sendiri (initial injury) atau akibat tibdakan kita (pengobatan) / iatrogenik.
• Komplikasi karena trauma / initial injury
Dini :
A. Lokal : 1. Kulit
2. Sendi
3. Tulang :
:
: • Nekrosis
• Trombosis vena
• Infeksi akibat fraktur terbuka
• Osteomelitis
• Nekrosis aveskuler
Lanjutan :
A. Lokal
B. Komplikasi jauh :
• Sendi
• Tulang
• Otot
:
:
:
: • Kaki sendi
• Degenerasi sendi
• Gangguan proses penyembuhan “malunion delayed union, non union”
• Gangguan pertumbuhan
• Post traumatic myositis ossificans
Tenal calculi
• Komplikasi akibat pengobatan iatrogenik
1. Kulit : karena tekanan
2. Vaskular
3. Saraf
4. Sendi
5. Tulang :
:
:
:
: • Bed sores / dekubitus
• Cast sores
• Traksi yang berlebihan
• Volkmann’s ischemia
• Gangren
• Traksi yang berlebihan
• Infeksi (septic arthritis)
• Osteomielitis
• Pencegahan / pengobatan komplikasi iatrogenik
“Bed Sores”
Dengan melakukan perubahan posisi pada waktu “tertentu dan memberikan latihan” selama dirawat diatas tempat tidur.
“Cast Sores”
• Tekanan pada waktu memasang gips tidak boleh terlalu erat, cukup gips diluncurkan diatas permukaan kulit, pada tempay “yang rawan”.
• Pemasangan “padding” (bantalan) yang dapat berupa kapas untuk 10 hari pertama dan kaos / stockineete untuk selanjutnya.
• Traksi : berat bandul harus diberikan sesuai dengan berat badan masing-masing penderita.
• Volkman’s ischemic :
1. Gips sirkuler yang menjepit atau “bandage” segera dilepaskan sama sekali / penjepitan dibebaskan.
2. Posisi ekstremitas terutama sekitar sendi yang mengalami distorsi harus diperbaiki atau sendi yang dalam keadaan fleksi harus diekstensika. Bila akibat traksi maka beban traksi harus dikurangi.
3. bila hal-hal tersebut masih belum ada perbaikan, maka dilakukan fasiotomi atau bila dalam waktu 30 menit tidak ada perbaikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Tahap ini terbagi atas :
A. PENGUMPULAN DATA
1). Anamnesa
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
B. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
(1). Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
(2). Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
(3). Region : Radiation, Relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4). Severity (scale) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5). Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dan fraktur yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung, selain itu penyakit DM sengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik dan juga menghambat proses penyembuhan tulang.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti DM, Osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
F. Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dengan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
G. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal higiene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diit klien.
3. Pola eliminasi.
Kebiasaan miksi atau defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi, upaya untuk mengatasi miksi, warna dan konsistensi miksi dan defekasi.
4. Pola tidur dan istirahat.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5. Pola aktifitas dan latihan.
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat dari fraktur sehingga kebutuhan klien perlu dibantu BAK oleh perawat atau keluarga.
6. Pola persepsi dan konsep diri.
Pada fraktur akan mengalami gangguan persepsi diri karena terjadi perubahan pada dirinya klien takut cacat seumur hidup atau tidak dapat bekerja kembali.
7. Pola sensori dan kognitif.
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami gangguan.
8. Pola hubungan peran.
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9. Pola penanggulangan stress.
Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress dan biasanya masalah dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
10. Pola reproduksi dan sexual.
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum berkeluarga klien tidak akan mengalami gangguan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stres sebagai pertahanan dan klien meminta perlindungan atau mendekatkan diri dengan Allah SWT.
B. ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif dan data objektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.
3. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
Tujuan : Rasa nyaman berkurang
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang
- Wajah sedikit cerah
- Makan dan minum mau
Rencana Tindakan :
* Kaji singkat nyeri, intensitas dan lamanya.
* Observasi dari tanda verbal / non verbal.
* Beri motivasi pada klien :
- Penyebab dari nyeri.
- Pentingnya mengurangi rasa nyeri.
- Berikan posisi yang nyaman menurut kemauan klien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
Tujuan : Bisa melakukan aktivits sebatas kemampuan
Kriteria Hasil : - Klien mengerti pentingnya melakukan aktivitas.
- Bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu.
Rencana Tindakan :
* Lakukan aktivitas sebatas kemampuan.
* Observasi sejauh mana klien belum melakukan aktivitas.
* Beri motivasi pada klien tentang.
- Pentingnya pemasangan traksi.
- Pentingnya melakukan aktivitas.
- Akibat bila klien pasif.
* Laksanakan program dokter.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria Hasil : - Kx tampak tenang.
- Kx istirahat dengan nyaman.
- Kx kooperatif
Rencana Tindakan :
* Lakukan pendekatan dengan klien.
* Kaji tingkat kecemasan klien.
* Beri motivasi tentang :
- Hal-hal tentang pelaksanaan operasi.
- Tujuan dilakukan operasi.
4. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam operasionalnya perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara berkesinambungan dengan berbagai tim seluruh kegiatan keperawatan dalam tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul F, 1995).
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan klien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul F, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, 2000, Media Aesculapius, Jakarta.
2. Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan Dan Dokumen Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
3. Nasrul E, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Dra. Elly Nurachmah, Buku Saku, Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2000.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
I. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN
A. FRAKTUR / PATAH TULANG
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000 : 346).
B. PATAH TULANG TERTUTUP / CLOSED
adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau struktur jaringan kulit diatas / disekitar patah tulang masih utuh / intak
C. FRAKTUR FEMUR
Dibagi menjadi
1. Fraktur batang femur
2. Fraktur kolum femur
• Fraktur batang femur mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara jenis patah tulang. Umumnya femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
• Fraktur kolum femur
Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
1.2 PATOFISIOLOGI
1.3 GEJALA KLINIS
• Tanda-tanda tak pasti
o Rasa nyeri dan tegang : nyeri umumnya menghebat bila dilakukan gerakan.
o Hilangnya fungsi : diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu untuk melakukan gerakan.
o Deformitas : disebabkan oleh pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen tulang berubah.
• Tanda-tanda pasti
Gerakan Abnormal
Gerakan abnormal misalnya terjadi pada patah tulang penjang bagian tengah, pada keadaan normal gerakan tersebut tidak terjadi.
Krepitasi adalah gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah.
Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas berupa angulasi, rotasi dan pemendekan.
1.4 PENATALAKSANAAN
A. Pertolongan darurat (emergency)
Pemasangan bidai (splint)
1. Mencegah perusakan jaringan lebih lanjut
2. Mengurangi rasa nyeri
3. Menekan kemungkinan terjadinya emboli lemak dan syok
4. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
B. Pengobatan difinitif
• Reposisi secara tertutup :
1. Manupulasi secara tertutup untuk mereposisi
Terbatas hanya pada patah tulang yang tertentu
2. Traksi dengan melakukan tarikan pada ektermitas bagian distal
• Imobilisasi :
1. Gips (plaster -of- paris casts)
2. Traksi secara kontinue
* Traksi kulit
* Traksi tulang
• Reposisi secara terbuka :
Melakukan reposisi dengan cara operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen atau kawat.
C. Rehabilitasi
Tujuan utama :
1. Mempertahankan ruang gerak sendi
2. Mempertahankan kekuatan otot
3. Mempercepat proses penyembuhan fraktur
4. Mempercepat pengambilan fungsi penderita
Latihan terdiri dari :
Mempertahankan ruang gerak sendi
Latihan otot
Latihan berjalan
1.5 KOMPLIKASI
o Dini (early)
o Lanjut (late)
o Bisa dianbatkan oleh traumanya sendiri (initial injury) atau akibat tibdakan kita (pengobatan) / iatrogenik.
• Komplikasi karena trauma / initial injury
Dini :
A. Lokal : 1. Kulit
2. Sendi
3. Tulang :
:
: • Nekrosis
• Trombosis vena
• Infeksi akibat fraktur terbuka
• Osteomelitis
• Nekrosis aveskuler
Lanjutan :
A. Lokal
B. Komplikasi jauh :
• Sendi
• Tulang
• Otot
:
:
:
: • Kaki sendi
• Degenerasi sendi
• Gangguan proses penyembuhan “malunion delayed union, non union”
• Gangguan pertumbuhan
• Post traumatic myositis ossificans
Tenal calculi
• Komplikasi akibat pengobatan iatrogenik
1. Kulit : karena tekanan
2. Vaskular
3. Saraf
4. Sendi
5. Tulang :
:
:
:
: • Bed sores / dekubitus
• Cast sores
• Traksi yang berlebihan
• Volkmann’s ischemia
• Gangren
• Traksi yang berlebihan
• Infeksi (septic arthritis)
• Osteomielitis
• Pencegahan / pengobatan komplikasi iatrogenik
“Bed Sores”
Dengan melakukan perubahan posisi pada waktu “tertentu dan memberikan latihan” selama dirawat diatas tempat tidur.
“Cast Sores”
• Tekanan pada waktu memasang gips tidak boleh terlalu erat, cukup gips diluncurkan diatas permukaan kulit, pada tempay “yang rawan”.
• Pemasangan “padding” (bantalan) yang dapat berupa kapas untuk 10 hari pertama dan kaos / stockineete untuk selanjutnya.
• Traksi : berat bandul harus diberikan sesuai dengan berat badan masing-masing penderita.
• Volkman’s ischemic :
1. Gips sirkuler yang menjepit atau “bandage” segera dilepaskan sama sekali / penjepitan dibebaskan.
2. Posisi ekstremitas terutama sekitar sendi yang mengalami distorsi harus diperbaiki atau sendi yang dalam keadaan fleksi harus diekstensika. Bila akibat traksi maka beban traksi harus dikurangi.
3. bila hal-hal tersebut masih belum ada perbaikan, maka dilakukan fasiotomi atau bila dalam waktu 30 menit tidak ada perbaikan dilakukan eksplorasi secara pembedahan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Tahap ini terbagi atas :
A. PENGUMPULAN DATA
1). Anamnesa
A. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
B. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
(1). Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
(2). Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
(3). Region : Radiation, Relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4). Severity (scale) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(5). Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dan fraktur yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung, selain itu penyakit DM sengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik dan juga menghambat proses penyembuhan tulang.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti DM, Osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
F. Riwayat psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dengan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
G. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal higiene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.
2. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diit klien.
3. Pola eliminasi.
Kebiasaan miksi atau defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi, upaya untuk mengatasi miksi, warna dan konsistensi miksi dan defekasi.
4. Pola tidur dan istirahat.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
5. Pola aktifitas dan latihan.
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat dari fraktur sehingga kebutuhan klien perlu dibantu BAK oleh perawat atau keluarga.
6. Pola persepsi dan konsep diri.
Pada fraktur akan mengalami gangguan persepsi diri karena terjadi perubahan pada dirinya klien takut cacat seumur hidup atau tidak dapat bekerja kembali.
7. Pola sensori dan kognitif.
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sedang pada pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami gangguan.
8. Pola hubungan peran.
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
9. Pola penanggulangan stress.
Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress dan biasanya masalah dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.
10. Pola reproduksi dan sexual.
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum berkeluarga klien tidak akan mengalami gangguan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Adanya kecemasan dan stres sebagai pertahanan dan klien meminta perlindungan atau mendekatkan diri dengan Allah SWT.
B. ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkan dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif dan data objektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.
3. PERENCANAAN
Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan patah tulang.
Tujuan : Rasa nyaman berkurang
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang
- Wajah sedikit cerah
- Makan dan minum mau
Rencana Tindakan :
* Kaji singkat nyeri, intensitas dan lamanya.
* Observasi dari tanda verbal / non verbal.
* Beri motivasi pada klien :
- Penyebab dari nyeri.
- Pentingnya mengurangi rasa nyeri.
- Berikan posisi yang nyaman menurut kemauan klien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
B. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan immobilisasi traksi.
Tujuan : Bisa melakukan aktivits sebatas kemampuan
Kriteria Hasil : - Klien mengerti pentingnya melakukan aktivitas.
- Bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu.
Rencana Tindakan :
* Lakukan aktivitas sebatas kemampuan.
* Observasi sejauh mana klien belum melakukan aktivitas.
* Beri motivasi pada klien tentang.
- Pentingnya pemasangan traksi.
- Pentingnya melakukan aktivitas.
- Akibat bila klien pasif.
* Laksanakan program dokter.
C. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan persyaratan operasi.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria Hasil : - Kx tampak tenang.
- Kx istirahat dengan nyaman.
- Kx kooperatif
Rencana Tindakan :
* Lakukan pendekatan dengan klien.
* Kaji tingkat kecemasan klien.
* Beri motivasi tentang :
- Hal-hal tentang pelaksanaan operasi.
- Tujuan dilakukan operasi.
4. PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam operasionalnya perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara berkesinambungan dengan berbagai tim seluruh kegiatan keperawatan dalam tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul F, 1995).
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan klien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul F, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, 2000, Media Aesculapius, Jakarta.
2. Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan Dan Dokumen Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
3. Nasrul E, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Dra. Elly Nurachmah, Buku Saku, Prosedur Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2000.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih