KONSEP DASAR
1.
DEFINISI
Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa /akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progresif (Arif Mansjoer,dkk ,1999).
2.
ETIOLOGI
A.
Katarak Senilis (95 )
-
katarak karena ketuaan (>60
tahun)
-
18 % 65-74 tahun
-
45,9 % 75-84 tahun
Ada 4 stadium yaitu:
a.
Katarak Insipien
Stadium
dini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang masih jernih.
b.
Katarak imatur
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air BMD dangkal.
c.
Katarak matur
Katarak
yang telah mengenai semua bagian lensa dapat di operasi.
d.
Katarak hiper matur
Katarak mengalami
proses degeneratif lanjut keluar dari kapsul lensa, lensa mengecil, berwarna kuning dan kering
BMD dalam, terdapat lipatan kapsul lensa.
Zonule Zinn kendor.
Jika berlanjut disertai kapsul yang tebal
kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar berbentuk seperti sekantung susu dengan
nukleus yang terbenam katarak
morgagni.
B.
Katarak Kongenital
-
Katarak yang terjadi sebelum
atau segera setelah lahir, bayi <3 bulan.
-
Digolongkan dalam katarak.
a.
Katarak
kapsulolentikular pada kapsul dan
kortek.
b.
Katarak
lentikular kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.
-
Kataran juvenil : pada anak 3
bulan – 9 tahun kelanjutan katarak kongenital atau traum.
C.
Katarak Traumatik.
-
Katarak akibat cedera pada
mata.
-
Rusaknya kapsul mata.
Sebab : X – rays berlebihan, radio
aktif, benda asing (trauma tumpul/tembus).
Berkembang dari jam ke tahun.
D.
Katarak Toxica.
Terpapar bahan kimia atau zat
(kartikosteroid, chlorproma zine thorazin atau moitic agent untuk terapi
glukoma).
E.
Katarak Pomolikata.
Akibat penyakit mata lain : radang
dan proses degeneratif (ablasi retina, renitis pigmentosa, glaukoma, tumor
intra okular, iskemia okular).
3.
|
PATOFISIOLOGI
|
|
||||||||||||||
4.
ANATOMI
Indra pengelihatan yang terletak pada mata (organ visus)
terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata).
Saraf indera pengelihatan, saraf optikus (urat saraf kranial kedua), timbul
dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf aoptius.
Ø Bola mata (Bulbus Oculi) dengan saraf Optik (N. Optikus).
-
Sklera (sel putih).
-
Khoroid (sel hitam).
-
Retina (sel jala).
-
Kornea (sel bening).
-
Konjungtiva (sel mata).
-
Iris (sel pelangi).
-
Pupil (manik mata).
-
Lensa mata.
-
Kornea sampai dengan lens amata
disebut segmen anterior.
-
Badan kaca, retina, makula
lutea, dan saraf optik disebut segmen posterior.
-
COA COP berisi cairan
mata (akuos humor) dibentuk oleh
badan pelangi (kupus silier)
penghubung antara iris dengan khoroid.
Ø Alat penunjang (Adnexa).
-
Kelopak mata (palpebra).
-
Kelenjar air mata (kelenjar
lakrimalis).
-
Otot penggerak bola mata.
Ø Rongga Obrita (Cavum Obrita).
Yang terdiri atas tulang orbita yang terdapat
jaringanlemak dan ikat melindungi bola mata.
5.
MANIFESTASI KLINIK
A.
Fase Awal : pengelihatan kabur,
penurunan persepsi warna seperti abu-abu, mengeluh bercak hitam di lapang
pandanga yang ikut bergerak jika mata ddigerakkan. Membaca lebih enak tidak
memakai kaca mata.
B.
Fase Lanjut : diplopia,
penurunan ketajaman mata, penurunan red reflek
(opthal moskop) pupil seperti susu (putih), kadang-kdang ada halo,
pengelihatan memburuk pada siang hari atau cahaya terang atau silau (terutama
jika lensa keruh bagian sentral.
6.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
Visus.
B.
Pemeriksaan dengan slit lamp.
C.
Tonometri.
D.
Opthal muscopi.
E.
Pemeriksaan okular.
7.
PENATALAKSANAAN
A.
Pencegahan tidak ada.
B.
Incipien dan
imatur koreksi.
C.
Pembedahan : jika tajam
pengelihatan menurun, dimana pasien tidak dapat menyesuaikan dengan gaya
hidupnya, atau untuk kosmetika, komplikasi penyankit lain.
8.
PERAWATAN PRE OPERASI
A.
Memberikan lembar persetujuan
operasi.
B.
Memberikan infromasi yang
factual tentang kebenaran, sifat katarak, kemajuan dan rehabilitasinya,
pemberian informasi pendidikan dan klein diharapkan dapat memutuskan untuk
menyakini operasi.
C.
Melakukan penilaian ketajaman
pengelihatan sehingg memungkinkan klien melakukan kegiatan sehari-hari.
D.
Informasikan kejadian yang akan
terjadi sebelum selama dan sesudah pembedahan (lokal anestesia).
E.
Diasepham malam 1 tablet pagi 1
tablet Asutaro lamid diberikan 1 tablet pada pagi hari.
9.
KOMPLIKASI POST OP YANG PERLU
DIKETAHUI
A.
Utama peningkatan tekanan intra okuler 24-28 jam
pertama bahan perekat, trauma saat
operasi nyeri merupakan ciri umum yang harus diuketahui.
B.
Kedua komplikaso infeksi perawat perlu observasi.
-
Hipere : meningkat.
-
Visus menurun.
-
Pengeluaran cairan mata secret.
C.
Pendarahan pada
BMD terjadi satu hari setelah
operasi luka infeksi insisi, iris,
ketidakakuratan jahitan, trauma
virus menurun.
10.
PERAWATAN POST OPERASI
A.
Mata ditutup dengan tambahan
perisai pelindung.
B.
Tidur bersandar atau ½ duduk,
perawat sambil mengambilk drainase.
C.
Tetes mata dipergunakan setelah
6-8 jam sesudah pembedahan.
D.
Timbulnya nyeri mungkin
komplikasi meningkatnua tekanan intra okuler atau peendarahan (perlu
observasi).
E.
Bila penutup mata dilepas
pelindung mata tetap terpasang.
F.
Pelindung mata digunakan untuk
mencegah timbulnya perlukaan akibat garukan tangan.
11.
ANJURAN UNTUK DIRUMAH
A.
Selama 3 bulan dalam perawatan
khusus.
B.
Pakai kacamata hitam bila
keluar.
C.
Hindari bungkuk atau angkat
benda berat ± 1 bulan.
D.
Batasi membaca dan tidak lama
nonton TV.
E.
Jauhkan kemungkinan ruda paksa.
F.
Tidur posisi miring pada mata
sehat (± 3-4 minggu).
G.
Cuci tangan sebelum memberi
obat.
H.
Gunakan penutup mata yang
lembut dan rapat.
I.
Pasang penutup metal untuk
menghindari dari trauma.
J.
Hindari menggosok atau menekan
mata.
K.
Shampo atau keramas pada minggi
1-2.
L.
Hindari ketegangan saat buang
air besar dan batuk.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
·
Pengumpulan Data
1.
Identitas .
Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis, nomor register.
2.
Keluhan utama.
Biasnya penglihatan mengalami kekaburan sehingga
menggangu dalam melihat.
3.
Riwayat penyakit sekarang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari
timbulnya penyakit yang diderita.
4.
Riwayat peenyakit dahulu.
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit
seperti ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
5.
Riwayat penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
6.
Pola-pola fungsi kesehatan.
a.
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat.
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok,
peenggunaan alkohol atau penggunaan tembakau.
b.
Pola nutrisi dan metabolisme.
Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan
nafsu makan, mual atau muntah.
c.
Pola eliminasi.
Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa
kali perhari.
d.
Pola istirahat tidur.
Bgaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan
sebelum tidur, lama, keluhan atau masalah tidur.
e.
Pola aktifitas dan latihan.
Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada
kekeruhan pada mata sebelah kanan.
f.
Pola persepsi dan konsep diri.
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang
diderita.
g.
Pola sensori dan kognitif.
Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada
daerah mata.
h.
Pola reproduksi seksual.
Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami
gangguan pola reeproduksi seksual. Jika belum menikah (berkeluarga) maka tidak
mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i.
Pola hubungan dan peran.
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan
keluarga, teman kerja dan orang lain.
j.
Pola penanggulangan stres.
Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan
kopingnya.
k.
Pola tata nilai dan
kepercayaan.
Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah
seperti biasanya.
7.
Pemeriksaan fisik.
a.
Keadaan umum.
Mel;iputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum,
tingkat nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
b.
Sistem respirasi.
Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
c.
Sistem kardiovaskuler.
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
d.
Sistem genitourinaria.
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
e.
Sistem gastrointestinal.
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen,
jenis diit yang diberikan.
f.
Sistem muskuloskeletal.
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot,
keterbatasan gerak, ada tidaknya atropi.
g.
Sistem endokrin.
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h.
Sistem persyarafan.
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
8.
Pemeriksaan penunjang.
a.
Radiologi.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø Diagnosa umum.
Perubahan sensori atau persepsi pengelihatan berhubungan
dengan kekeruhan lensa.
Ø Diagnosa tambahan.
a.
Takut atau cemas berhubungan
dengan penurunan pengelihatan, jadwal operasi atau ketidak mampuan
mengembalikan pengelihatan.
b.
Potensial injury berhubungan
dengan penurunan pengelihatan, umur atau adanya lingkungan yang tidak familiar.
c.
Isolasi sosial berhubungan
dengan penurunan pengelihatan, takut cedera, penurunan kemampuan untuk
bersosialisasi dalam masyarakat atau takut memalukan.
d.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan pengelihatan.
e.
Kurang pengetahuan tentang
patofisiologi dan perawatan katarak berhubungan dengan kurang info atau mis
intrepretasi dari info yang di terima sebelumnya.
f.
Gangguan mempertahankan
managemen rumah berhubungan dengan umur, keterbatasan pengelihatan, pembatasan
aktifitas (karena operasi).
III.
PERENCANAAN
Ø Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensori atau persepsi pengelihatan berhubungan
dengan kekeruhan lensa.
Tujuan
|
:
|
Tujuan klien, untuk diagnosa ini klien akan mempunyai kemampuan
yang lebih baik untuk proses rangsangan pegelihatan dan mengkomunikasikan
perubahan visual.
|
Kriteria hasil
|
:
|
1.
Mengidentifikasikan
faktor-faktor yang mempunyai fungsi okular.
2.
mengidentifikasikan
alternative sumber-sumber rangsangan pengelihatan.
|
Intervensi manajemen pembedahan.
Operasi dan intervensi keperawatan yang bervariasi perlu
untuk penyembuhan tulang.
1.
Kaji dan catat ketajaman
pengelihatan.
2.
Kaji deskripsi fungsional apa
yang dapat dilihat atau tidak.
3.
Sesuaikan lingkungan dengan
kemampuan visual klien :
-
Orientasikan klien terhadap
lingkungan.
-
Letakkan alat-alat yang sering
digunakan dalam jangkauan pengelihatan.
-
Berikan pencahayaan yang cukup.
-
Berikan bahan-bahan bacaan
dengan tulisan yang besar kontras tinggi.
-
Hidari pemakaian cahaya yang
menyilaukan.
-
Gunakan jam yang menunjukkan
waktu tiap jam dengan bunyi.
4.
Kaji jumlah dan tipe rangsangan
yang dapat di terima klien.
5.
Anjurkan pada alternative
bentuk rangsangan (TV, radio, percakapan).
6.
Rujuk klien untuk pelayanan
perpustakaan.
Rasional.
1.
Menentukan kemampuan visual
klien.
2.
Memberikan keakuratanb terhadap
pengelihatan dan perawatannya.
3.
Membantu kemandirian klien dan
menurunkan ketergantungan klien.
4.
Meningkatkan ransangan pada
waktu kemampuan pengelihatan menurun, klien mengganti stimulus lain seperti :
radio, TV, membaca untuk meningkatkan informasi.
IV.
PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan adalah merupakan
perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap
perencanaan untuk mengatasi klien secara optimal.
V.
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu
:
- Tujuan tercapai
|
:
|
Pasien menunjukkan perubahan dengan standart yang telah
ditetapkan.
|
- Tujuan tercapai sebagian
|
:
|
Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan.
|
- Tujuan tidak tercapai
|
:
|
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali.
|
DAFTAR PUSTAKA
·
Donna D. Ignatavisiun MS , RNC.
Medical Surginal Nursing. WB Sounder Company. 1995.
·
Liyas Sidarta. Penutun Ilmu
Penyakit Mata, FKUI : Jakarta . 1998.
·
Lynda Juall Carpenito. Diagnosa
Keperawatan . Ahli bahasa Yasmin Asih, skp, Jakarta . 1995.
·
Michael. J. Ropper Hall.
Kedaruratan Mata. Alih Bahasa Petrus Andrianto, Jakarta. 1990.
·
Pamela Stinson Kidd et all :
Mosby’s. Emergency Nursing Reference. St Louis Baltimore, New York. 1996.
·
Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Ilmu Penyakit Mata RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, 1995.
·
Voughan D. General Optamologi,
Edi tim, Apleton Large Medical Book, London, 1989.
·
Arief Masjoer, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, FKUI Jilid I edisi ketiga. Media Aesculapius, Jakarta. 1999.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih