FRAKTUR HUMERUS 1/3 TENGAH
(SINISTRA)
KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Fraktur
Adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
b. Patah Tulang Humerus
Adalah kontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :
1) Fraktur Suprakondilar Humerus
2) Fraktur Interkondiler Humerus
3) Fraktur Batang Humerus
4) Fraktur Kolum Humerus
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
1) Tipe Ekstensi
Trauma karena terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
2) Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
2. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang menembus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Intrinsik : Ditentukan oleh kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan.
2) Faktor Ekstrinsik : Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1) Stadium Satu Pembentukan Hematoma
2) Stadium Dua Proliferasi Seluler
3) Stadium Tiga Pembentukan Kallus
4) Stadium Empat Konsolidasi
5) Stadium Lima Remodelling
c. Komplikasi fraktur
a) Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun hematoma melebar yang disebabkan emergensi splinting
b) Kompartement Syndrom Komplikasi yang serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
c) Infeksi Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka dalam pembedahan, misal : pin dan plat.
d) Shock Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
3. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi, maka dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1). Faktur Tertutup Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2). Fraktur Terbuka Terjadi hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena perlukaan kulit.
4. Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah adalah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur batasan vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan kombinasi dari ketigany (3), dan penarikan
(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E, 1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Soelarto, 1995)
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Metode di dalam proses keperawatan dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri (akut atau kronik).
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini dilakukan untuk membuat rencana tindakan terhadap klien yang kronologisnya untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena agar bisa dilakukan tindakan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga biasanya diturunkan secara genetik yang menjadi penyebab faktur predisposisi terjadinya faktur seperti DM, osteoporosis dan kanker tulang.
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya atau respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun masyarakat.
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan :
(1) Keadaan umum : Baik atau buruknya suatu keadaan
(2) Secara sistemik menjelaskan keadaan dari kepala sampai kelamin
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah :
(1) Look (inspeksi)
(2) Feel (palpasi)
(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
b) Pemeriksaan Laboratorium
c) Pemeriksaan lain-lain
Seperti : Test sensitivitas, biopsi tulang dan otot, electiomyografi, arthoscopl dan lain-lain.
B. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek sposme otot sekunder akibat fraktur
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
- Gangguan pemenuhan dari sehubungan pemasangan gips
3. Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek sposme otot sekunder akibat fraktur
Tujuan : Nyeri berkurang dilakukan tindakan dalam 2 x 24 jam
KH : - Nyeri berkurang
- Klien merasa tenang dengan merasa nyaman
- TTV dalam batas normal
Rencana Tindakan :
- Lakukan pendekatan kepada Px dan keluarga dengan komunikasi yang baik
- Ajarkan pada Kx tentang tekhnik me (-) nyeri
- Beri posisi senyaman mungkin, misal dekstrasi / relaksasi
- Berikan kompres hangay di daerah nyeri
- Observasi TTV
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat / analgesik
Rasional :
- Dengan komunikasi yang baik diharapkan Kx dan keluarganya akan lebih kooperatif dalam melaksanakan keperawatan
- Diperolehnya pengetahuan tentang nyeri, akan memudahkan kerja sama dengan Kx, askep untuk memecahkan masalah
- Memperlancar sirkulasi pada daerah luka / nyeri
- Untuk mengetahui gejala dini yang timbul
- Diharapkan dapat mengontrol ambang nyeri seseorang
Diagnosa 2
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya dalam waktu 1 x 24 jam
KH : - Ekspresi wajah Kx lebih tenang (rileks)
- Kx menyetujui tindakan keperawatan
- TTV dalam batas normal
- Kx tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya lagi
Rencana Tindakan :
- Jelaskan pada Kx mengenai prosedur tindakan keperawatan
- Bantu Kx untuk mengatasi masalahnya
- Observasi TTV
- Tingkatkan harga diri Kx dan beri support
Rasional :
- Keterbukaan dan pengertian tentang prosepsi dini adalah syarat untuk berubah
- Dengan memberikan support diharapkan harga diri Kx akan merasa hidupnya untuk mencoba sampai penyakitnya sembuh
- Informasi untuk menurunkan cemas
Diagnosa 3
Gangguan pemenuhan dari sehubungan pemasangan gips
Tujuan : Kebutuhan diri Kx terpenuhi dengan bantuan pemasangan gips
KH : - Kx tampak tenang
- Kx dapat menerima kenyataan yang ada ada dapat bekerja sama dengan perawat
Rencana Tindakan :
- Berikan penjelasan yang dialami agar Kx tenang dan dapat menerima kenyataan yang ada
- Berikan kebutuhan untuk memenuhi segala kebutuhannya
- Anjurkan untuk melakukan latihan gerak tangan untuk memelihara otot-otot
- Observasi keketatan balutan bila ada tanda-tanda terjadi stuking balutan segera diperbaiki
Rasional :
- Bantu Kx untuk mengetahui pemasangan gips
- Beritahu Kx untuk tetap menjaga keketatan balutan pada gips
- Jelaskan pada Kx tentang fungsi gips dalam proses keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan.
KEBUTUHAN RASA NYERI PADA
PENYAKIT CF. HUMERUS
DEFINISI
Nyeri Akut :
Keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan atau sensasi tidak nyaman, berakhir dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah
Dalam memandang nyeri insisi sebagai etiologi dari pada respons dapat lebih baik menghubungkan dengan fokus keperawatan untuk klien bedah, perawat memfokuskan pada penurunan nyeri untuk memungkinkan peningkatan partisipasi pada aktivitas dan menurunkan ansietas.
Nyeri / ketidak nyamanan ditandai oleh :
Gejala : ketidak nyamanan / wajah menunjukkan rasa nyeri
Tanda : - melindungi area yang sakit
- perubahan tonus otot wajah dan teganganya otot umum
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Keluhan nyeri
- Menangis, tegangan pada wajah, penyempitan fokus
- Rangsangan simpatis
Pengertian nyeri
Nyeri adalah hubungan langsung antara tubuh dan otak dimana setiap hal atau kejadian yang melukai tubuh bagian luar maupun dalam menghidupkan sebuah tanda yang kemudian di kirimkan langsung ke otak melalui syaraf.
Nyeri merupakan sensasi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan jaringan yang rusak atau segala keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan (Jan S Purba, 2002 : 49).
Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Lingkungan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Riwayat kelelahan / sebelumnya
5. Mekanisme pemecahan masalah
Pengalaman nyeri
Menurun Barbara C Long 1996, pengalaman nyeri di pengaruhi oleh
1. Anti nyeri
2. Persepsi nyeri
3. Toleransi nyeri
4. Reaksi nyeri
Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi nyeri
1. Alkohol
2. Obat-obatan
3. Hipotemis
Faktor-faktor yang menurunkan toleransi nyeri
1. Capak
2. Marah
3. Bosan, cemas
Jenis-jenis nyeri
- Referent pain / nyeri yang menjalar
- Nyeri psikogenik
- Phantom lamb pain nyeri phantim dari ekstremitas
- Nyeri neorologi
Macam nyeri
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Intensitas nyeri
Adalah suatu ukuran atau tingkatan dari nyeri
a. Nyeri ringan : tidak menggangu kegiatan sehari-hari dan klien bisa tidur.
b. Nyeri sedang : menggangu kegiatan sehari-hari tetapi pasien dapat tidur.
c. Nyeri berat : menggangu kegiatan sehari-hari dan pasien tidak dapat tidur.
Skala intensitas nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 7 : nyeri sedang
8 – 10 : nyeri berat
Respon fisiologis terhadap nyeri
Pada respon yang parah dan mendadak menimbulkan seperti takhkiardia, peningkatan tekanan dan, pupil melebar, draporesis, dan sirmilasi, sekresi adrenal medulla. Bila nyeri viseral yang parah dan menyerang mendadak terjadi vasodilatasi dengan menurunnya tekanan darah dan terjadi shock.
Stimulus yang merusak dan juga menimbulkan reflek-reflek kontraksi dari otot-otot flekson, respon yang menjauh dari nyeri umpamanya meraba benda panas akan berakibat kontraksi obat tangan dan lengan menjatuhkan tangan dari obyek.
Stimulus yang merusak terus menerus biasanya ada hubungan dari otot yang berhubungan jauh. Contohnya : kekakuan perut pada orang yang menderita nyeri abdominal (Barbara C Long, 1996 : 220)
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
(SINISTRA)
KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Fraktur
Adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
b. Patah Tulang Humerus
Adalah kontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :
1) Fraktur Suprakondilar Humerus
2) Fraktur Interkondiler Humerus
3) Fraktur Batang Humerus
4) Fraktur Kolum Humerus
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
1) Tipe Ekstensi
Trauma karena terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
2) Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
2. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang menembus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Intrinsik : Ditentukan oleh kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan.
2) Faktor Ekstrinsik : Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1) Stadium Satu Pembentukan Hematoma
2) Stadium Dua Proliferasi Seluler
3) Stadium Tiga Pembentukan Kallus
4) Stadium Empat Konsolidasi
5) Stadium Lima Remodelling
c. Komplikasi fraktur
a) Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun hematoma melebar yang disebabkan emergensi splinting
b) Kompartement Syndrom Komplikasi yang serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
c) Infeksi Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka dalam pembedahan, misal : pin dan plat.
d) Shock Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
3. Klasifikasi Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi, maka dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1). Faktur Tertutup Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2). Fraktur Terbuka Terjadi hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena perlukaan kulit.
4. Etiologi
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah adalah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur batasan vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan kombinasi dari ketigany (3), dan penarikan
(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E, 1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Soelarto, 1995)
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Metode di dalam proses keperawatan dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri (akut atau kronik).
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini dilakukan untuk membuat rencana tindakan terhadap klien yang kronologisnya untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena agar bisa dilakukan tindakan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga biasanya diturunkan secara genetik yang menjadi penyebab faktur predisposisi terjadinya faktur seperti DM, osteoporosis dan kanker tulang.
f) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya atau respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun masyarakat.
g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan :
(1) Keadaan umum : Baik atau buruknya suatu keadaan
(2) Secara sistemik menjelaskan keadaan dari kepala sampai kelamin
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah :
(1) Look (inspeksi)
(2) Feel (palpasi)
(3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
b) Pemeriksaan Laboratorium
c) Pemeriksaan lain-lain
Seperti : Test sensitivitas, biopsi tulang dan otot, electiomyografi, arthoscopl dan lain-lain.
B. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek sposme otot sekunder akibat fraktur
- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
- Gangguan pemenuhan dari sehubungan pemasangan gips
3. Intervensi
Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek sposme otot sekunder akibat fraktur
Tujuan : Nyeri berkurang dilakukan tindakan dalam 2 x 24 jam
KH : - Nyeri berkurang
- Klien merasa tenang dengan merasa nyaman
- TTV dalam batas normal
Rencana Tindakan :
- Lakukan pendekatan kepada Px dan keluarga dengan komunikasi yang baik
- Ajarkan pada Kx tentang tekhnik me (-) nyeri
- Beri posisi senyaman mungkin, misal dekstrasi / relaksasi
- Berikan kompres hangay di daerah nyeri
- Observasi TTV
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat / analgesik
Rasional :
- Dengan komunikasi yang baik diharapkan Kx dan keluarganya akan lebih kooperatif dalam melaksanakan keperawatan
- Diperolehnya pengetahuan tentang nyeri, akan memudahkan kerja sama dengan Kx, askep untuk memecahkan masalah
- Memperlancar sirkulasi pada daerah luka / nyeri
- Untuk mengetahui gejala dini yang timbul
- Diharapkan dapat mengontrol ambang nyeri seseorang
Diagnosa 2
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya dalam waktu 1 x 24 jam
KH : - Ekspresi wajah Kx lebih tenang (rileks)
- Kx menyetujui tindakan keperawatan
- TTV dalam batas normal
- Kx tidak bertanya-tanya tentang penyakitnya lagi
Rencana Tindakan :
- Jelaskan pada Kx mengenai prosedur tindakan keperawatan
- Bantu Kx untuk mengatasi masalahnya
- Observasi TTV
- Tingkatkan harga diri Kx dan beri support
Rasional :
- Keterbukaan dan pengertian tentang prosepsi dini adalah syarat untuk berubah
- Dengan memberikan support diharapkan harga diri Kx akan merasa hidupnya untuk mencoba sampai penyakitnya sembuh
- Informasi untuk menurunkan cemas
Diagnosa 3
Gangguan pemenuhan dari sehubungan pemasangan gips
Tujuan : Kebutuhan diri Kx terpenuhi dengan bantuan pemasangan gips
KH : - Kx tampak tenang
- Kx dapat menerima kenyataan yang ada ada dapat bekerja sama dengan perawat
Rencana Tindakan :
- Berikan penjelasan yang dialami agar Kx tenang dan dapat menerima kenyataan yang ada
- Berikan kebutuhan untuk memenuhi segala kebutuhannya
- Anjurkan untuk melakukan latihan gerak tangan untuk memelihara otot-otot
- Observasi keketatan balutan bila ada tanda-tanda terjadi stuking balutan segera diperbaiki
Rasional :
- Bantu Kx untuk mengetahui pemasangan gips
- Beritahu Kx untuk tetap menjaga keketatan balutan pada gips
- Jelaskan pada Kx tentang fungsi gips dalam proses keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan.
KEBUTUHAN RASA NYERI PADA
PENYAKIT CF. HUMERUS
DEFINISI
Nyeri Akut :
Keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan atau sensasi tidak nyaman, berakhir dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
Nyeri yang berhubungan dengan insisi bedah
Dalam memandang nyeri insisi sebagai etiologi dari pada respons dapat lebih baik menghubungkan dengan fokus keperawatan untuk klien bedah, perawat memfokuskan pada penurunan nyeri untuk memungkinkan peningkatan partisipasi pada aktivitas dan menurunkan ansietas.
Nyeri / ketidak nyamanan ditandai oleh :
Gejala : ketidak nyamanan / wajah menunjukkan rasa nyeri
Tanda : - melindungi area yang sakit
- perubahan tonus otot wajah dan teganganya otot umum
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Keluhan nyeri
- Menangis, tegangan pada wajah, penyempitan fokus
- Rangsangan simpatis
Pengertian nyeri
Nyeri adalah hubungan langsung antara tubuh dan otak dimana setiap hal atau kejadian yang melukai tubuh bagian luar maupun dalam menghidupkan sebuah tanda yang kemudian di kirimkan langsung ke otak melalui syaraf.
Nyeri merupakan sensasi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan jaringan yang rusak atau segala keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan (Jan S Purba, 2002 : 49).
Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Lingkungan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Riwayat kelelahan / sebelumnya
5. Mekanisme pemecahan masalah
Pengalaman nyeri
Menurun Barbara C Long 1996, pengalaman nyeri di pengaruhi oleh
1. Anti nyeri
2. Persepsi nyeri
3. Toleransi nyeri
4. Reaksi nyeri
Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi nyeri
1. Alkohol
2. Obat-obatan
3. Hipotemis
Faktor-faktor yang menurunkan toleransi nyeri
1. Capak
2. Marah
3. Bosan, cemas
Jenis-jenis nyeri
- Referent pain / nyeri yang menjalar
- Nyeri psikogenik
- Phantom lamb pain nyeri phantim dari ekstremitas
- Nyeri neorologi
Macam nyeri
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Intensitas nyeri
Adalah suatu ukuran atau tingkatan dari nyeri
a. Nyeri ringan : tidak menggangu kegiatan sehari-hari dan klien bisa tidur.
b. Nyeri sedang : menggangu kegiatan sehari-hari tetapi pasien dapat tidur.
c. Nyeri berat : menggangu kegiatan sehari-hari dan pasien tidak dapat tidur.
Skala intensitas nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 7 : nyeri sedang
8 – 10 : nyeri berat
Respon fisiologis terhadap nyeri
Pada respon yang parah dan mendadak menimbulkan seperti takhkiardia, peningkatan tekanan dan, pupil melebar, draporesis, dan sirmilasi, sekresi adrenal medulla. Bila nyeri viseral yang parah dan menyerang mendadak terjadi vasodilatasi dengan menurunnya tekanan darah dan terjadi shock.
Stimulus yang merusak dan juga menimbulkan reflek-reflek kontraksi dari otot-otot flekson, respon yang menjauh dari nyeri umpamanya meraba benda panas akan berakibat kontraksi obat tangan dan lengan menjatuhkan tangan dari obyek.
Stimulus yang merusak terus menerus biasanya ada hubungan dari otot yang berhubungan jauh. Contohnya : kekakuan perut pada orang yang menderita nyeri abdominal (Barbara C Long, 1996 : 220)
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih