I. KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Kejang demam adalah kebangkitan
kejang yang terjadi pada kenakan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 oC)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut konsensus Statment on
Febrite Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau
anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan
deman tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak
termasuk.
Akhir-akhir ini, kejang demam
diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana yang biasanya
berlangsung 15 menit dan kejang demam komplikasi yang berlangsung 15 menit dan
umum, fokal, atau multipel (lebih 1 kali kejang dalam 24 jam)
B.
Etiologi
1.
Infeksi
2.
Gangguan metabolik
3.
Proses desak ruang intrakranial
4.
Epilepsi
C.
|
Patofisiologi
D.
Diagnosis Banding
Ada 2 macam kejang demam yaitu :
1.
Kejang demam sederhana
a.
Kejang demam yang memenuhi
modifikasi kriteria, livingstone.
b.
Umum diantara 6 bulan – 4
tahun.
c.
Lama kejang kurang dari 15
menit.
d.
Kejang bersifat umum.
e.
Kejang yang terjadi dalam waktu
16 jam setelah timbulnya demam.
f.
Tidak ada kelainan neurologik,
baik klinis maupun laboratorium.
g.
EEG normal 1 minggu setelah
ganglatan kejang.
2.
Kejang demam komplikasi
Kejang
demam yang tidak memenuhi salah satu kriteria living stome diatas digolongkan
kepada epilepsi yang di provokasi oleh demam, kejang kelompok ini mempunyai
suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya
merupakan faktor pencetus.
E.
Pemerikaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang cairan
serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis terutama
pada pasien kejang demam. Pada bayi, sering kali gejala meningitis tidak jelas
sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang 6 bulan, dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektro Ericephalio Grafi
(EEG) yang ternyata mempunyai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan
untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang
kemudian hari, saat ini pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
F.
Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan ada 3 hal
yang perlu dikerjakan antara lain :
1.
Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan
kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui I V atau indra vectal.
2.
Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama, walaupun demikian banyak dokter melakukan fungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada
gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
3.
Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada 2 cara, yaitu :
a.
Profilaksis intermitten
diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
b.
Proflaksis terus menerus,
dengan ahli konvulsi setiap hari.
G.
Komplikasi
1.
Hipoksia.
2.
Hiperpireksia.
3.
Oedema otak.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Pengumpulan Data
1.1.
Identitas Klien meliputi
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan orang
tua, pendidikan orang tua, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.
1.2.
Keluhan Utama
Biasanya kx dengan kasus ini,
keluarga px mengeluh bahwa anaknya panas tinggi kemudian kejang.
1.3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya anak / bayi tersebut
panasnya tinggi, kejang disertai dengan sesak nafas yang terjadi secara
tiba-tiba atau mendadak.
1.4.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya kx mempunyai riwayat penyakit epilepsi.
1.5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kx dengan epilepsi ini biasnya
berasal / diturunkan dari anggota keluarga / orang tuanya, karena kejang demam
yang disebabkan oleh epilepsi tersebut adalah merupakan penyakit menurun /
genetik.
1.6.
Pemeriksaan Fisik
a.
Pola persepsi dan tata laksana
kesehatan
Kx dengan kejang demam, tidak
bermasalah dalam pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
b.
Pola nutrisi dan metabolik
Dalam pola ini tidak ada masalah
selama kx tidak demam kx mau makan.
c.
Pola eliminasi
Pada pola ini tidak ada masalah.
d.
Pola istirahat dan tidur
Kx mengalami gangguan tidur apabila
panas tinggi, tetapi apabila panasnya sudah turun, kx dapat tidur secara
normal.
e.
Pola aktifitas dan latihan
Biasanya kx dapat melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasa layaknya seorang anak kecil (selama tidak terjadi
serangan) dan apabila serangan tersebut timbul maka kx dapat jatuh atau cedera,
lidah bisa tergigit.
f.
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada kasus ini, yang
mengalami gangguan persepsi dan konsep diri adalah orang tuanya karena penyakit
ini adalah penyakit keturunanm dan mereka (orang tua) takut apabila anak mereka
berikutnya juga dapat mengalami penyakit tersebut.
g.
Pola sensori dan kognitif
Panca indra kx tidak mengalami
gangguan keluarga kx biasanya kurang mengetahui tentang cara penanganan anaknya
apabila mengalami kejang demam.
h.
Pola reproduksi dan seksual
Alat kelamin anak (kx tidak mengalami
gangguan)
i.
Pola hubungan dan peran
Biasanya keluarga kx mengalami
gangguan dalam pola ini karena penyakit ini (apabila penyebabnya epilepsi)
adalah keturunan sehingga orang tua merasa bersalah dan kadang-kadang merasa
malu.
j.
Pola penanggulangan stress
Dalam pola ini tidak ada masalah pada
kx, tetapi bermasalah pada keluarga kx.
k.
Pola tata nilai dan keyakinan
Dalam pola ini tidak ada masalah
1.7.
Pemeriksaan
a.
Keadaan umum
Biasanya pada kx dengan kejang demam
keadaan umumnya adalah lemah tubh panas tinggi, dan anak cenderung menangis.
b.
Pemeriksaan fisik
-
Inspeksi : px terlihat lemas,
nafas tersengal-sengal, telapak tangan dan kaki kebiruan, kejang, panas (suhu
tubuh ³ 37,5° C) keluar keringat dingin, adanya sekret.
-
Palpasi : akral dingin.
-
Perkusi : -
-
Auskultasi : suara nafas cepat
dangkal, nadi 120 x/mnt, RR : 24x/mnt
c.
Pemeriksaan laboratorium
*
Darah lengkap
-
Glukosa darah : mengalami
penurunan konsentrasi glukosa darah (hipoglikemi)
-
Elektrolit : intoksikasi air,
kalcium serum yang rendah dibawah 5 mg/100 ml, konsentreksi ion magnesium atau
hidrogen yang rendah.
-
Bahan toksik : kadar anti
konvulsan dalam darah rendah.
*
Urine lengkap : bahan toxik
dalam urine kadang ada.
*
Cairan serebro spinal (CSS) :
terdapat leukosit meningkat, adanya penurunan glukosa.
d.
EEG (Elektro Enchepalografi)
Pada EEG ini ada 3 gelombang, yaitu
gelombang alfa, gelombang beta, dan gelombang delta. Gelombang alfa terlihat
sebagian besar orang normal ketika mereka sadar dan dalam keadaan istirahat
mental
Gelombang beta, terlihat pada anak-anak.
Gelombang delta terlihat pada anak muda dan dalam tidur yang dalam pada
pemerikasaan EEG ini pada saat suatu serangan granmal amplitudo besar,
frekuensi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas dapat melibatkan sistem
aktivitas retikuler dalam batang otak sehingga bagian korteks distimulasi dan
menjadi aktif pada saat yang sama. Pada serangan apetitinal pola berbeda, yaitu
pola paku dan kubah terhadap seluruh otak. Hal ini dapat juga memperlihatkan
pelepasan muatan yang abnormal yang timbul dari satu titik saja, menunjukkan suatu
lesi otak pada titik tersebut (Rosa M. Socharin, Prinsip Keperawatan Pediatrik,
1993).
e.
CT-Scan : pada pemeriksaan ini
dapat menunjukkan adanya lesi pada daerah kepala.
f.
Pemeriksaan neurologis,
meliputi :
*
Perilaku dan stastu mental,
kemampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain, tingkat kemampuan dan
aktivitas, misalnya hiperaktivitas dan hipoaktivitas.
*
Pemeriksaan motorik, terdiri
dari
-
Penilaian kekuatan otot, tonus
otot.
-
Gerakan invalenter.
-
Pemeriksaan reflek, terjadinya
peningkatan atau penurunan reflek.
2.
Analisa Data
2.1.
- Data mayor : - px sesak nafas
-
Data minor : - nafas tersengal-sengal, cepat dangkal,
adanya sekret.
-
Px terlihat lemas
-
Telapak tangan dan kaki serta
bibir kebiruan
-
Akral dingin
-
Nadi 120x/mnt = RR : 34 x/mnt
-
Kemungkina penyebab : penumpukan
sekret
-
Masalah : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
2.2.
- Data mayor : - px panas
-
Data minor : -suhu lebih dari
38°C
-
Nadi 120x/mnt : RR : 34 x/mnt
-
Keluar keringat dingin
-
Kemungkinan penyebab : dampak
patologis dari penyakitnya
-
Masalah : peningkatan suhu
tubuh
2.3.
- Data mayor : - kejang
-
Data minor : - kadang px bisa
jatuh atau tidak
-
Lidah kadang dapat tergigit
atau tidak
-
Kemungkinan penyebab :
terjadinya kejang
-
Masalah : resiko cedera
2.4.
- Data mayor : keluarga px mengatakan tidak
tahu tentang tata cara penanganan anaknya apabila serangan kejang timbul
-
Data minor : -
-
Kemungkinan penyebab : kurang
informasi
-
Masalah : kurangnya pengetahuan
tentang cata penanganan penderita selama kejang
B.
Diagnosa Keperawatan
(Lynda Juall Carpenito, 1999)
1.
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernafasan
2.
Resiko cedera berhubungan
dengan terjadinya kejang
3.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan dampak patologi dan penyakitnya.
4.
Kurang pengetahuan keluarga
tentang cara penanganan penderita selama kejang berhubungan dengan kurangnya
informasi
C. Perencanaan
1.
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan adanya penumpukan sekret di saluran pernafasan
Tujuan
KH
|
:
:
|
Bersihan jalan nafas efektif dalam waktu 30 menit
-
Pernafasan normal 16-20x/mnt
-
Nadi normal
-
Ujung jari dan bibir tidak
biru
-
Respirasi normal 20 – 26 X /
menit
|
Rencana tindakan
a.
Longgarkan pakaian yang menekan
R / untuk membebaskan nafas kx
b.
Berikan posisi hiperektansi
pada kx
R / agar jalan nafas tetapterbuka
c.
Lakukan suction (bila perlu)
R / membersihkan jalan nafas
d.
Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian O2
R / melaksanakan fungsi independent
e.
Observasi TTV kx
R / mengetahui tingkat perkembangan pasien
f.
Kolaborasi dengan tim medis
lain dalam melakukan pemeriksaan lab
R / melaksanakan fungsi dependen
2.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan dampak patologi dari penyakitnya.
Tujuan
KH
|
:
:
|
Suhu tubuh normal dalam waktu 1 jam
-
Suhu tubuh 36-37,50C
-
Tidak keluar keringat dingin
-
Penderita tampak tenang
|
Rencana tindakan
a.
Beriakan penjelasan pada
keluarga px tentang penyebab peningkatan suhu tubuh
R / keluarga kx dapat mengerti tentang penyebab demam
pada anak
b.
Berikan kompres dingin pada px
R / menurunkan panas px
c.
Anjurkan minum sedikit tapi
sering
R / memenuhi cairan yang keluar akibat pasar
meningkat da mengatasi haus kx
d.
Observasi TTV kx (terutama
suhu)
R / mengetahui tingkat perkembangan px
e.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat antipiretik
R / menurunkan demam dan melaksanakan fungsi dependent
3.
Resiko cedera berhubungan
dengan terjadinya kejang
Tujuan
KH
|
:
:
|
Cedera tidak terjadi selama dalam perawatan
-
Tidak terjadi cedera
-
Penderita tidak jatuh
-
Lidah kx tidak tergigit
|
Rencana tindakan
a.
Jaga kepala terhadap
benda-benda yang dapat menimbulkan cedera
R / menghindari cedera saat kejang
b.
Rawat px pada rungan yang
tenang dengan posisi tidur kepala hiperektansi
R / sekret dapat keluar
c.
Buka pakaian yang menekan
R / membuka saluran nafas / nafas kx tidak tertekan
d.
Observasi TTV kx tiap 15 menit
selama fase akut
R / mengetahui tingkat perkembangan kx
e.
Berikan pengamanan pada tempat
tidur
R / menghindari cedera / jatuh
4.
Kurang pengetahuan keluarga
tentang cara penanganan penderita selama kejang berhubungan dengan kurangnya
informasi
Tujuan
KH
|
:
:
|
Keluarga mengerti maksud dan tujuan
dilakukan perawatan selama kejang.
-
Keluarga kx mengerti cara
penanganan kejang.
-
Keluarga tanggap dan dapat
melaksanakan peawatan kejang.
|
Rencana tindakan
a.
Informasi keluarga tentang
kejadian kejang dan dampak masalah, serta beritahukan cara pengobatan dan
perawatan yang benar.
R / : keluarga kx mengerti dan
mengetahui tentang cara perawatan dan pengobatan kejang yang benar.
b.
Informasikan pada keluarga kx
tentang bahaya yang dapat terjadi akibat pertolongan yang salah.
R / :
mencegah terjadinya bahaya dari pertolongan yang salah.
c.
Ajarkan kepada keluarga untuk
memantau perkembangan yang terjadi akibat kejang.
R / : latihan mandiri bagi keluarga
d.
Kaji kemampuan keluarga tentang
penanganan kejang pada kx.
R / :
mengatahui tingkat perkembanga kemampuan keluarga kx
IV. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan penjelasan dan perwujudan dari rencana
tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
pemberian asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Lismidar, 1990)
V. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari
rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arif Mansjoer, dkk,. Kapita
Selekta Kedokteran. jilid 2, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta. Tahun
2001.
·
Lynda Juall Carpeniti, Diagnosa
Keperawatan, Edisi III, Jakarta, EGC, 1999.
·
Roya.M. Sacharin, Prinsip
Keperawatan Pediatrik, Edisi II, Jakarta, EGC, 1993.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih