I. PENGERTIAN
Cheiloschizis adalah bibir sumbing yaitu Kelainan bawaan (sejak lahir) yang ditandai dengan adanya defek pada bibir atas sampai kelubang hidung. Cheiloschizis terjadi akibat gagalnya perpaduan proses nasalis lateralis atau medialis dengan maksilaris secara sempurna pada minggu keempat perkembangan embrional (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
II. ETIOLOGI
Belum diketahui pasti, hipotesis yang dianjurkan antara lain :
a. Insufisiensi untuk zat tumbuh kembang
b. Pengaruh obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormon
c. Infeksi, khusus virus (toksoplasma) dan klamidial
d. Faktor genetik
III. PATOFISIOLOGI
IV. MANIFESTASI KLINIS
Jika terjadi pada bayi dan cacat terbentuk lengkap sampai langit-langit maka bayi tidak akan bisa menghisap, karena sfingter pada muara tuba eustachii kurang normal, lebih mudah terjadi infeksi ruang telinga tengah.
V. PENATALAKSANAAN
Dilakukan operasi cheilorhapy sedini mungkin sekitar usia 3 bulan, BB 5 kg, Hb 95%, leukosit 10.000 / Ul. Pada usia 1 tahun semua masalah harus sesuai selesai karena penderita mulai belajar bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam kemampuan mengeluarkan semua normal, tidak sengau sulit untuk dicapai.
Setelah operasi pada usia anak dapat belajar orang lain, speech therapish dapat diminta mengajar / melatih anak bicara yang normal. Bila ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan faringoplasti. Operasi ini adalah membuat bendungan pada farning untuk memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.
Tindakan operasi terakhir yang mungkin diperlukan dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendekati selesai, pada umur 15 – 17 tahun.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
• Pengumpulan Data
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada pasien post op chelioschizis akan merasa nyeri pada daerah bibir (luka post op).
3. Riwayat Keperawatan
- Riwayat Penyakit sekarang
Pada pasien chelioschizis datang ke RS dengan keadaan sudah ada celah pada bibir dan pada saat post op pasien akan merasa nyeri pada bagian bibir.
- Riwayat penyakit dahulu
Chelioschizis merupakan penyakit yang didapat sejak lahir.
- Riwayat penyakit keluarga
Chelioschizis bukan penyakit yang menular tetapi merupakan penyakit bawaan yang dibawa sejak lahir, tetapi chelioschizis juga bisa dikatakan sebagai penyakit menurun karena salah satu penyebabnya adalah faktor genetik.
4. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Pola ini tidak mengalami gangguan karena biasanya pasien yang mengalami adalah anak-anak.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien post op ceyloraphy biasanya mengalami gangguan karena pasien akan mengalami kesulian untuk membuka mulut.
c. Pola eliminasi
Pada pasien post op cheiloschizis tidak mengalami gangguan pada pola ini.
d. Pola istirahat tidur
Pada pola ini biasanya pasien ada sedikit gangguan karena ada rangsangan nyeri pada daerah post op.
e. Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien pos op ceyloraphy pada pola ini tidak mengalami gangguan karena pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari sendiri tanpa bantuan orang lain.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada pasien post op ceyloraphy sensori dalam batas normal, namun pada kognitif biasanya pasien dan keluarganya sering bertanya tentang berapa lama sembuhnya / berhasil atau tidaknya op yang telah dilakukan.
g. Pola reproduksi seksual
Pola ini tidak mengalami gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dan harga diri rendah karena kecacatan yang dialami.
i. Pola penanggulangan stress
Stress bisa timbul karena adanya kecacatan pada tubuh.
j. Pola hubungan dan peran
Meliputi hubungan dengan teman, masyarakat, lingkungan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak mengalami gangguan.
• Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada pasien post op ceyloraphy yang perlu dikaji adalah hal-hal yang dikeluhkan pasien, skala nyeri, tingkat kesadaran, nadi, suhu, tekanan darah, pernafasan.
2. Kepala dan leher
Pada pasien post op ceyloraphy tidak terdapat gangguan pada kelapa maupun leher.
3. Sistem kardiovaskuler
Pada pasien post op ceyloraphy tidak ditemukan adanya tekanan darah yang meningkat.
4. Sistem genitourinaria
Pada pasien post op ceyloraphy tidak ditemukan adanya konstipasi maupun retensi urin.
5. Sistem muskuloskeletal
Pada pasien post op ceyloraphy tidak ditemukan adanya kelainan otot.
6. Sistem persyaratan
Pada pasien post op ceyloraphy tidak ditemukan adanya gangguan.
• Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan, diidentifikasi, sehingga memunculkan masalah keperawatan berdasarkan urutan prioritas masalah. Penemu teori Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisik, rasa aman, cinta dan mencintai, harga dan perwujudan diri.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka post op.
3. Gangguan body image berhubungan dengan pertumbuhan organ vital.
III. INTERVENSI
Dx : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
- Tujuan : Nyeri berkurang / hilang
- Kriteria Hasil : - Ungkapan pasien terhadap nyeri berkurang
- Pasien tampak rileks dan tenang
- Psien dapat beristirahat
- Rencana Tindakan :
a. Lakukan pendekatan secara terapeutik pada pasien dan keluarga
R/ Dengan pendekatan terapeutik diharapkan pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan yang akan dilakukan.
b. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan pasien dapat beristirahat dan nyeri dapat berkurang.
c. Ajarkan pasien taknik relaksasi
R/ Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
d. Observasi TTV
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgesik.
R/ Untuk mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan.
Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka post op.
- Tujuan : Infeksi tidak terjadi
- Kriteria Hasil : Bebas tanda-tanda infeksi
- Rencana Tindakan :
a. Observasi TTV
R/ Untuk mengetahui tanda-tanda adanya infeksi.
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
c. Jaga kebersihan psien (Personal hygiene) dan lingkungan sekitar pasien
R/ Mencegah penyebaran infeksi.
d. Jaga agar luka tetap bersih dan kering
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R/ Dengan memberikan antibiotik dapat mencegah infeksi.
Dx : Gangguan body image berhubungan dengan pertumbuhan organ vital.
- Tujuan :
- Kriteria Hasil : Pasien tidak menerima perubahan terhadap dirinya
- Rencana Tindakan :
a. Lakukan pendekatan secara terapeutik pada pasien dan keluarga
R/ Untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien.
b. Dorong keluarga untuk berkunjung / berpartisipasi dalam perawatan
R/ Partisipasi dalam perawatan dapat meningkatkan kepercayaan antara psien dan orang terdekat.
c. Bantu pasien untuk mengatasi perubahan pada penampilan
R/ Untuk meningkatkan harga diri pasien.
IV. IMPLEMENTASI
Pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan.
V. EVALUASI
Merupakan pengukuran keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan dalam penggunakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidayat R dan De Jong Win. Buku Ajaran Ilmu Bedah, EGC. Jakarta, 1997.
Carpenito Lynda Huaal. Diagnosa Kperawatan, Edisi 6, Egc. Jakarta, 2000.
Doengoes Marilynn. E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta, 2000
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih