Home » , » Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF

Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF



A.    Definisi
     Hiperaktivitas disebut juga gangguan defisit atensi (GDAH).
     Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan impulsif (semaunya sendiri).
     Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
     Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif.
     Hiperaktif, yang secara teknis dikenal sebagai attention deficit-hyperactivity disorder adalah penyakit serius yang membuat anak-anak tidak dapat memusatkan perhatian dan impulsif.

B.    Prognosis
Perjalanan penyakit GDAH agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin menetap.
Overaktivitas biasanya merupakan, gejala pertama yang menghilang dan distrakbilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12 tahun, biasanya terjadi antara usia 12 dan 20 tahun. Sebagian besar pasien dengan GDAH mengalami remisi parsial dan rentan terhadap gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian lain dan gangguan mood. Masalah belajar seringkali terus ada. Sekitar 15 sampai 20 persen kasus, gejala GDAH menetap sampai masa dewasa. Mereka dengan gangguan mungkin menunjukan penurunan hiperaktivitas tetapi tetap impulsif dan rentan terhadap kecelakaan.
Anak–anak dengan GDAH yang gejalanya menetap sampai masa remaja adalah berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. 50 persen anak–anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan gangguan kepribadian antisosial di masa dewasanya. Anak-anak dengan kedua GDAH dan gangguan konduksi juga berada dalam risiko mengalami gangguan berhubungan dengan zat.
Hasil akhir GDAH pada masa anak-anak tampaknya berhubungan dengan jumlah gangguan konduksi yang menetap dan faktor keluarga yang kacau. Hasil yang optimal tampaknya dipermudah dengan menghilangkan agresi anak dan dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini mungkin.

C.    Klasifikasi
Dr. Erik Taylor membagi perilaku aktif yang berlebihan menjadi 3, yaitu :
1.    Overaktivitas
Yaitu perilaku anak yang tidak mau diam yang disebabkan kelebihan energi.
2.    Hiperaktivitas
Yaitu pola perilaku overaktif yang cenderung ngawur (tidak pada tempatnya).
3.    Sindrom hiperkinetik
Yaitu semua bentuk hiperaktivitas parah, yang menyertai jenis kelambatan lain dalam perkembangan psikologi, misalnya sikap kikuk dan kesulitan bicara.
Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :
Ÿ    Tipe sulit konsentrasi
Ÿ    Tipe hiperaktiv - impulsiv
Ÿ    Tipe kombinasi

D.    Etiologi
     Beberapa faktor penyebab hiperaktif secara umum :
1.    Kondisi saat hamil & persalinan
2.    Cedera otak
3.    tingkat keracunan timbal yang parah
4.    Lemah pendengaran
5.    Faktor psikis
     Faktor penyebab hiperaktif (yunika, smg) :
1.    Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif
2.    Terjadinya perkembangan otak yang lambat.
Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
3.    Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
4.    Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
5.    Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.

E.    Tanda & Gejala
Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu :
1.    Inatensi
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2.    Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.
Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
3.    Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Beberapa tanda-tanda ADHD/Hiperaktif, antara lain :
1.    Hiperaktiviti
Ÿ    Kerap menggerakan tangan atau kaki atau menggeliang-geliut di tempat duduk
Ÿ    Selalu meninggalkan tempat duduk ketika di kelas
Ÿ    Selalu berlari ke sana ke mari atau suka memanjat dan pada kebanyakan masa kelihatan kekok
Ÿ    Kerap menghadapi masalah dalam bermain atau melakukan aktivitas aktif sendiri
Ÿ    Selalu banyak bicara
Ÿ    Sering bergerak spontan atau kerap bertindak seolah-olah “digerakkan oleh motor”
2.    Tingkat konsentrasi pendek
Ÿ    Sering gagal dalam memfokuskan perhatian pada suatu hal serta membuat kesalahan ketika membuat tugas sekolah atau aktivitas-aktivitas lain
Ÿ    Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja sekolah, kerja harian atau tugas
Ÿ    Kerap mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktivitas-aktivitas
Ÿ    Kerap mengelak, tidak suka atau keberatan dalam melakukan suatu tugas yang memerlukan perhatian yang lama (seperti kerja sekolah atau kerja rumah)
Ÿ    Selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku atau tugasan sekolah, mainan dan sebagainya)
Ÿ    Perhatian mudah bertukar dari satu aktivitas ke satu aktivitas lain
Ÿ    Mudah pelupa walaupun tidak sepatutnya jika mengikut usia dan kemampuan
3.    Tingkah laku impulsif
Ÿ    Selalu memberi jawaban sebelum pertanyaan lengkap diajukan
Ÿ    Kurang sabar dan menghadapi masalah ketika menunggu giliran
Ÿ    Sering mengganggu atau mencela perbuatan atau aktivitas orang lain
Ÿ    Sering membuat pertimbangan yang salah dan mudah mengalami kemalangan
Ciri-ciri yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :
Ÿ    Kemampuan akademik tidak optimal
Ÿ    Kecerobohan dalam hubungan sosial
Ÿ    Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
Ÿ    Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
Ÿ    Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan permainan.
Ÿ    Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
Ÿ    Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu.

F.    Masalah & Akibat yang timbul
1.    Masalah ADHD/Hiperaktifitas :
a.    Masalah sosial.
Mereka kerap disisihkan dan tidak dihiraukan oleh rekan-rekan sebayanya. Mereka juga kerap berhadapan dengan masalah akademik.
b.    Masalah keluarga.
Anak-anak ini kerap menimbulkan masalah kepada mereka yang tinggal serumah dengan mereka atau mereka yang berinteraksi dengannya sehingga menimbulkan kedaan tegang. Ibu bapak sering salahkan diri kerena tingkah laku anak-anak mereka. Beban rasa salah ini boleh menjadi ringan jika ibu bapak memahami keadaan sebenarnya yang dialami oleh anak mereka.
2.    Akibatnya Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) :
Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) :
Ÿ    Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
Ÿ    Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
Ÿ    Anak sulit didisiplinkan
3.    Kondisi yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :
Ÿ    Gangguan tingkah laku
Ÿ    Gangguan sikap menentang
Ÿ    Depresi
Ÿ    Gangguan cemas
Ÿ    Kesulitan belajar
Ÿ    Retardasi mental
Ÿ    Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
Ÿ    Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
Ÿ    Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
Ÿ    Autisme

G.    Komplikasi
Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) tidak diobati maka akan :
Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.

        
H.    Penatalaksanaan
Terapi & Manajemen hiperaktivitas
Penting adanya kebijaksanaan penatalaksanaan yang konsisten dan melibatkan semua yang terlibat langsung dengan anak dengan pendekatan umum. Ruangan marupakan hal yang penting karena sukar untuk menangani anak seperti ini dalam lingkungan yang terbatas dan penuh. Orang tua harus diberikan rumah yang cocok misal dengan lantai dasar disertai taman.
     Agen farmakologis untuk GDAH adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate dan pemoline (Cylert). Food and Drug Administration (FDA) mengijinkan dextroamphetamine pada anak berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun dan lebih. Anti depresan termasuk imipramine (Tofranil), desipramine dan nortriptyline (Pamelor) telah digunakan untuk mengobati GDAH dengan suatu keberhasilan. Antidepresan memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung. Clonidine telah juga digunakan dalam terapi GDAH dengan suatu tingkat keberhasilan terutama berguna pada kasus dimana pasien juga menderita gangguan tik.
    Penelitian terakhir terhadap anak-anak dengan GDAH dan gejala depresif yang menggunakan methylphenidate dan desipramine secara bersama-sama menemukan bahwa kombinasi tersebut meningkatkan kemampuan anak untuk menggunakan strategi pelacakan visual (visual search) pada tugas kognitif tertentu seperti membandingkan beberapa gambar dengan perbedaan yang tersembunyi.
    Psikoterapi : Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang menyeluruh pada anak GDAH dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen multimodalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, k0nseling orang tua dan terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan.
     Hal utama dalam mengatasi hiperaktivitas anak adalah hubungan yang baik antara orang tua & anak. Berikut ini beberapa kaidah bagi orang tua dalam berinteraksi dengan anak :
1.    Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan saudara sekandung atau teman sebayanya.
Perlu disadari bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas & tidak abstrak, sesuai syar’i, diawali dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak terlalu banyak.
2.    Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan, menyenang-kan hati anak tanpa keluar dari batas syar’i, konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
3.    Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas, misalnya di taman.
Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak & psikoterapis.
     Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
Ÿ    Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas Kenali kelebihan dan bakat anak
Ÿ    Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
Ÿ    Menerima keterbatasan anak
Ÿ    Membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Ÿ    Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.






















Daftar Pustaka

http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=6772
http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_kesihatan/apakah_ADHD.htm
http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
http://www.halalguide.info/content/view/911/70/
http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html
Hull, David. (1989). Kesehatan anak : pedoman bagi orang tua. Jakrta : Arcan
Sacharin, Rosa M. (1996). Prinsip keperawatan pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC
Kaplam & Sadock dkk. (1997). Sinopsis psikiatri; ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis, Jilid 2, Edisi 7. Jakarta: Bina Rupa Aksara
   













ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
HIPERAKTIVITAS

I.    PENGKAJIAN
    Kaji riwayat prenatal, natal dan pasca natal secara rinci tentang pola perkembangan anak
    Kaji riwayat penyakit anak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat
    Kaji riwayat keluarga untuk menemukan adanya faktor genetik yang diturunkan
    Kaji adanya masalah pada koordinasi motorik anak
    Kaji tentang hubungan anak dengan sanak saudara, teman sebaya dan dengan aktivitas yang bebas dan terstruktur
    Kaji riwayat aktivitas di sekolah dan laporan guru
    Kaji adanya gangguan seperti gangguan membaca, aritmatika dan koordinasi
    Lakukan pengamatan langsung untuk menemukan aktivitas motorik yang berlebih dalam waktu yang lama dan diberbagai situasi
    Lakukan pemeriksaan status mental
    Lakukan pemeriksaan neurologis untuk menemukan maturitas, dan tomografi emisi positron (PET)
    Lakukan pemeriksaan patologi dan laboratorium.

II.    DIAGNOSA
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain :
1.    Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
2.    Gangguan proses pikir berhubungan dengan kesulitan pemusatan konsentrasi.
3.    Risiko kesendirian berhubungan dengan isolasi sosial
4.    Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan kurng pengakuan atau penghargaan.
5.    Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir
6.    Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak diterima
7.    Kerusakan penyesuaian diri berhubungan dengan tidak ada motivasi ntuk mengubah perilaku.
8.    Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan perilaku impulsif
9.    Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.

III.    INTERVENSI
     Diagnosa 1 : Risiko kekerasan terhadap orang lain berhubungan dengan perilaku impulsif.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko kekerasan tidak terjadi.
NOC    : Risk control
Kriteria hasil :
o    Pengetahuan tentang risiko
o    Monitor faktor resiko kebiasaan personal
o    Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
o    Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif
o    Monitor perubahan status kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Enviromental management violence: prevention
Intervensi :
o    Jauhkan potensi beberhaya dari peralatan
o    Monitor jenis keamanan yang dimiliki peralatan
o    Batasi penggunaan  potensial bahaya pada klien
o    Monitor klien selama menggunakan media berbahaya
o    Berikan ruang sendiri klien dengan potensi kekerasan pada orang lain
o    Modifikasi peralatan untuk memperkecil risiko bahaya
o    Sediakan peralatan plastik atau bahan ringan untuk peralatan sehari-hari
o    Utamakan keamanan area aktivitas.

     Diagnosa 2 : Risiko cedera berhubungan dengan perilaku aktif berlebih.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko cedera tidak terjadi.
NOC    : Knowledge: Child safety
Kriteria hasil :
o    Mendeskripsikan aktifitas yang tepat untuk perkembangan anak
o    Demonstrasikan teknikpertolongan pertama
o    Mendeskripsikan metode pencegahan jatuh
o    Mendeskripsikan metode pencegahan kecelakaan dilapangan bermain
o    Mendiskripsikan pengawasan yang benar dalam permainan di tempat terbuka.
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Enviromental management : safety
Intervensi :
o    Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, pada tingkat fisik, fungsi kognitif dan kebiasaan sebelumnya
o    Identifikasi keamanan dari peralatan yang ada
o    Modifikasi peralatan untuk memperkecil risiko bahaya
o    Sediakan peralatan adaptiv untuk meningkatkan keamanan peralatan
o    Gunakan perlindungan peralatan untuk situasi berbahaya
o    Ajarkan risiko tinggi individu dan kelompok tentang peralatan berbahaya
o    Monitor penggunaan peralatan
o    Jauhkan peralatan yang berbahaya

     Diagnosa 3 : Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi sosial berjalan baik.
NOC    :  Social involvement
Kriteria hasil :
o    Interaksi dengan teman
o    Interaksi dengan tetangga
o    Interaksi dengan keluarga
o    Ikut serta dalam activitas luang
o    Ikut serta dalam activitas sukarela
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Socialization enhancement
Intervensi :
o    Anjurkan klien dalam membangun hubungan
o    Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
o    Anjurkan untuk berbagi masalah umum dengan orang lain
o    Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
o    Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
o    Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
o    Anjurkan klien untuk mengganti kegiatan seperti berjalan-jalan diluar
o    Bantu klien untuk meningkatkan harga diri dalam menguatkan dan pembatasan comunikasi dengan yang lain

     Diagnosa 4 : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan keluarga.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan manajemen regimen teraputik efektif.
NOC    : Family health status
Kriteria hasil :
o    Status imunisasi anggota kelurga
o    Kesehatan fisik anggota keluarga
o    Asupan makanan yang adekuat
o    Tidak adanya kekerasan anggota kelurga
o    Penggunaan perawatan kesehatan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Family mobilization
Intervensi :
o    Jadilah pendengar yang baik untuk anggota keluarga
o    Diskusikan kekuatan kelurga sebagai pendukung
o    Kaji pengaruh budaya keluarga
o    Monitor situasi kelurga
o    Ajarkan perawatan di rumah tentang terapi pasien
o    Kaji efek kebiasaan pasien untuk keluarga
o    Dukung kelurga dalam merencanakan dan melakukan terapi pasien dan perubahan gaya hidup
o    Identifikasi perlindungan yang dapat digunakan kelurga dalam menjaga status kesehatan.

     Diagnosa 5 : Isolasi sosial berhubungan dengan perilaku sosial tidak diterima.
Tujuan    : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan isolasi sosial tidak terjadi.
NOC    : social support
Kriteria hasil :
o    Melaporkan dalam kesediaan waktu oleh orang lain
o    Melaporkan kepercayaan hubungan
o    Melaporkan keadekuatan support kontak sosial
o    Melaporkan pemberian bantuan oleh orang lain
o    Melaporkan adanya seseorang yang dapat dimintai bantuan jika perlu
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC    : Abuse protection: child
Intervensi :
o    Identifikasi adanya kekerasan dalam keluarga
o    Identifikai adanya tindakan peningkatan kebutuhan pendidikan keluarga
o    Kaji interaksi sosial kelurga dalam membantu masalah kelurga dan perawatan anak
o    Kaji adanya kekerasan seksual anak, kekerasan emosi anak, tanda penelantaran anak dan kekerasan fisik
o    Monitor interaksi anak dengan orang tua
o    Ajarkan keluarga untuk tidak selalu memberi hukuman
o    Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukkungan anak dalam hal positif
o    Anjurkan keluarga untuk selalu mengawsi pergerakan anak selama bergaul di luar.

IV.    EVALUASI
Kriteria hasil    skala
Diagnosa 1
o    Pengetahuan tentang risiko    5
o    Monitor faktor resiko kebiasaan personal    5
o    Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko    4
o    Penggunaan strategi kontrol risiko secara efektif    5
o    Monitor perubahan status kesehatan    5
Diagnosa 2   
o    Mendeskripsikan aktifitas yang tepat untuk perkembangan anak    4
o    Demonstrasikan teknik pertolongan pertama    4
o    Mendeskripsikan metode pencegahan jatuh    4
o    Mendeskripsikan metode pencegahan kecelakaan dilapangan bermain    4
o    Mendiskripsikan pengawasan yang benar     4
dalam permainan di tempat terbuka.
Diagnosa 3
o    Interaksi dengan teman    4
o    Interaksi dengan tetangga    4
o    Interaksi dengan keluarga    5
o    Ikut serta dalam activitas luang    4
o    Ikut serta dalam activitas sukarela    4
Diagnosa 4
o    Status imunisasi anggota kelurga    4
o    Kesehatan fisik anggota keluarga    4
o    Asupan makanan yang adekuat    5
o    Tidak adanya kekerasan anggota kelurga    5
o    Penggunaan perawatan kesehatan    4
Diagnosa 5
o    Melaporkan dalam kesediaan waktu oleh orang lain    4
o    Melaporkan kepercayaan hubungan    4
o    Melaporkan keadekuatan support kontak sosial    4
o    Melaporkan pemberian bantuan oleh orang lain    4
o    Melaporkan adanya seseorang yang dapat dimintai bantuan jika perlu    4







Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku