Home » , » Asuhan keperawatan anak dengan Hernia

Asuhan keperawatan anak dengan Hernia



1.    Pengertian
Menurut  Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001)  hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan  isi suatu rongga  melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia inguinalis  adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1.    Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
    Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar dari anulus inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
2.    Hernia Inguinalis Medialis (direk)
        Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.

2.    Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id adalah:
a.    Batuk
b.    Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c.    Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d.    Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
e.    Kehamilan multi para dan obesitas.

3.    Patofisiologi
Patofisiologi hernia inguinalis menurut Suster Nada dalam  http://susternada.blogspot.com yaitu bahwa kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei pada bayi yang sudah  lahir, umumnya prosessus ini telah mengalami  obliterasi  sehingga isi rongga perut tidak dapat  melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal, sering kali kanalis ini belum menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka .Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia Inguinalis lateralis kongenital. Pada ortu kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie,maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkatkan kanal tesebut dapat terbuka kembali dan timbul hermiaingunalis lateralis akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan  peningkatan tekanan intra abdominal adalah  kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat defekasi & mengejan saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat. Kanal yang tertutup dapat membuka kembali dan timbulah hernia inguinalis lateralis akvista karena terdorongnya suatu alat tubuh dan keluar melalui defek tersebut.akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas oleh trauma,kehamilan,obesitas.

4.    Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id yaitu:
a.    penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia
b.    Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c.    Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan kembali
d.    Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.
e.    Benjolan tidak berwarna merah
f.    Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
a.     Nyeri
b.     Peradangan
c.     Edema
d.     Pendarahan
e.     Pembengkakan skrotum setelah perbaikan  hernia inguinalis indirek
f.     Retensi  urin
g.     Ekimosis pada  dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

5.    Komplikasi
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id  yaitu:
a.     Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan  dinding kantong hernia sehingga isi hermia  tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .
b.     Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi)

6.    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id dengan tindakan sebagai berikut:
a.    Konservatif
    Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan  melakukan reposisi dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.

b.    Definitf 
Tindakan definitif yaitu  dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1)    Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka atau laparoskopik
2)    Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong  hernia sampai lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit  ikat setinggi mungkin kalau di potong . Menurut  Oswari penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah  operasi dengan jalan menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di sebut herniorhapy,bila seluruh kantong hernia di potong  misalnya pada hernia inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding perut  yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari fasia otot perut maka disebut hernioplastik.       

















Pathway Keperawatan




























Sumber : NANDA 2005 - 2006



KONSEP DASAR
KEPERAWATAN

1.    Fokus Pengkajian
Menurut Suster Nada dalam www.susternada.blogspot.com fokus pengkajian yang di lakukan antara lain:
a.    Data subyektif
1)    Sebelum operasi
a)    Adanya benjolan di selangkangan
b)    Nyeri
c)    Mual muntah
d)    Konstipasi
e)    Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat timbul benjolan
2)    Sesudah operasi
a)    Nyeri
b)    Mual
c)    Muntah
b    Data objektif
1)    Sebelum operasi
a)    Nyeri bila benjolan di sentuh
b)    Dehidrasi
c)    Gelisah
d)    Pucat
2)    Sesudah operasi
a)    Terdapat luka pada selangkangan
b)    Puasa
c)    Selaput mukosa mulut kering
d)    Rewel
c    Pemeriksaan diagnostik
1)    Rontgen
            Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus
2)    Tes laboratorium
a)    Darah
b)    Sel darah putih >10000-18000/mm3
c)    Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)
d)    Elektrolit serum     :     hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5 mmol)
e)    Kultur     :     Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah eksudat, sekret / cairan     asites
2.    Diagnosa Keperawatan
    Menurut carpenito (2000) ,Daengoes,dkk (1999),Ester (2001) dan NANDA (2005) diagnosa Kep.yang muncul antara lain :
a.    Pre operasi
1)    Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan
2)    Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi
3)    Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi
    b.     Post operasi
1)    Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik
2)    Nyeri akut bd.trauma jaringan
3)    Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik
4)    Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih
3.  Intervensi
Pre operasi

DX I
NOC     :     Kontrol Nyeri
Tujuan     : Setelah dilakukan tidakan keperawatan Pain management selama proses keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang
KH     :
a.    Mengenali faktor penyebab.
b.    Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.
c.    Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
d.    Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
e.    Mengenali gejala-gejala nyeri.
f.    Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.
Keterangan skala :
1.    Tidak dilakukan sama sekali.
2.    Jarang dilakukan
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan
5.    selalu dilakukan.
NIC :  Pain Management
a.    Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi, kualitas)
b.    observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
c.    kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
d.    ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan lain-lain).
e.    berikan analgesik sesuai anjuran.
f.    anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX II
NOC     :     Kontrol Cemas
Tujuan     : Setelah dilakukan tidakan keperawatan penurunan kecemasan selama proses keperawatan cemas dapat hilang/berkurang
KH     :
a.    Monitor intensitas kecemasan.
b.    Mencari informasi untuk menurunkan cemas.
c.    Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.
d.    Menyingkirkan tanda kecemasan.
Keterangan skala :
1.    Tidak dilakukan sama sekali.
2.    Jarang dilakukan.
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan.
5.    Selalu dilakukan
NIC     :     Penurunan Kecemasan
Intervensi :
a.    Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
b.    Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea, ekspresi cemas non verbal).
c.    Temani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.
d.    Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

DX III
NOC     :     Pengetahuan tentang proses penyakit.
Tujuan     :  Setelah dilakukan tidakan keperawatan mengajarkan proses penyakit pasien dapat mengerti tentang proses penyakit
KH    :    
a.    Familier dengan proses penyakit.
b.    Mendeskripsikan proses penyakit.
c.    Mendeskripsikan tandan dan gejala.
d.    Mendeskripsikan faktor penyebab.
e.    Mendeskripsikan komplikasi.
f.    Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah komplikasi.
Keterangan skala :
1.    Tidak dilakukan sama sekali.
2.    Jarang dilakukan
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan
5.    Selalu dilakukan
NIC     :     Mengajarkan proses penyakit.
Intervensi :
a.    Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
b.    Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar.
c.    Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda, gejala, komplikasi)
d.    Diskusikan tentang pilihan terapi/perawatan.
e.    instruksikan pasien mengenal tanda gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
Post Operasi

DX IV
NOC : Bowel Konstipation
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi sistemik tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a.    Pola eliminasi dalam batas normal
b.    Konstipasi tidak ada
c.    Kontrol perubahan eliminasi BAB

Keterangan Skala :
1.    Berat
2.    Baik
3.    Sedang
4.    Ringan
5.    Tidak ada
NIC : Bowel Management
a.    Monitor tanda gejala dari konstipasi
b.    Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB
c.    Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat
d.    Monitor perubahan BAB ( frekuensi,konsisten,volume,warna )

DX V
NOC     :     Kontrol Nyeri
Tujuan     :     Setelah dilakukan tidakan keperawatan pain managemen selama tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang
KH     :    
a.    Mengenali faktor penyebab.
b.    Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.
c.    Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
d.    Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
e.    Mengenali gejala-gejala nyeri.
f.    Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.
Keterangan skala :
1.    Tidak dilakukan sama sekali.
2.    Jarang dilakukan
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan
5.    selalu dilakukan.
NIC     :     Pain Management
a.    Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi, kualitas)
b.    observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
c.    kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
d.    ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase, dan lain-lain).
e.    berikan analgesik sesuai anjuran.
f.    anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX VI
NOC  : Risk kontrol
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a.    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b.    Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c.    Jumlah leukosit dalam batas normal
d.    Menunjukan perilaku hidup sehat
Keterangan Skala
1.    Tidak menunjukan
2.    Jarang menunjukan
3.    Kadang menunjukan
4.    Sering menunjukan
5.    Selalu menunjukan
NIC : infektion  protection
a.     Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b.    Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
c.    Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
d.    Ajarkan  pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
e.     Ajarkan cara menghindari infeksi

DX VII
NOC : Keseimbangan asam basa
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil
a.    Nadi dalam batas normal
b.    Irama jantung dalam batas normal
c.    Pernapasan dalam batas normal
d.    Irama pernapasan dalam batas normal

Keterangan Skala
1.    Berat
2.    Baik
3.    Sedang
4.    Ringan
5.    Tidak ada
NIC : Fluid monitoring
a.    Monitor intake dan output
b.    Monitor status nadi,,pernapasan
c.    Jaga catatan akurat intake cairan
d.    Administrasi cairan,bila perlu

4. Evaluasi
DX I                                            Skala
a.    Mengenali faktor penyebab.    4      
b.    Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk
mengurangi nyeri.                                            4
c.    Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.                   4
d.    Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.                    4
e.    Mengenali gejala-gejala nyeri.                              4
f.    Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya    4   
DX II   
a.    Monitor intensitas kecemasan.                           4
b.    Mencari informasi untuk menurunkan cemas.                     4
c.    Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.                      4
d.    Menyingkirkan tanda kecemasan                              4
DX III
a.    Familier dengan proses penyakit.                             4
b.    Mendeskripsikan proses penyakit.                        4
c.    Mendeskripsikan tandan dan gejala.                         4
d.    Mendeskripsikan faktor penyebab.                        4
e.    Mendeskripsikan komplikasi.                           4
f.    Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah      
        Komplikasi                                    4
DX IV
a.    Pola eliminasi dalam batas normal                       2
b.    Konstipasi tidak ada                               2
c.    Kontrol perubahan eliminasi BAB                         2
DX V  
a.    Mengenali faktor penyebab.                           4
b.    Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk 
      mengurangi nyeri.                                              4
c.    Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.                   4
d.    Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.                   4
e.    Mengenali gejala-gejala nyeri.                            4
f.    Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.               4
DX VI
a.    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi                       4
b.    Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi             4
c.    Jumlah leukosit dalam batas normal                       4
d.    Menunjukan perilaku hidup sehat                           4
DX VII
a.    Nadi dalam batas normal                               2
b.    Irama jantung dalam batas normal                        2
c.    Pernapasan dalam batas normal                           2
d.    Irama pernapasan dalam batas normal                       2



























DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.L. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.

Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih Bahasa : Sumaryati Sembu. Jakarta : EGC.

Http://jambi_independent.co.id/home/modules;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://www.balita_anda.indoglobal.com/balita_412_hernia.html;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=323247;Diakses tanggal 20 juni 2008

Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome Classification ( NOC ), St. Louis: Mosby.
Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Intervention Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P Prima Medika.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.





Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku