ASKEP KEDARURATAN SISTEM PENDENGARAN, PENCIUMAN DAN
TENGGOROKAN KEDARURATAN TELINGA
a. Abrasio => luka lecet / gores pada kulit telinga atau daun telinga.
b. Pendarahan dari telinga.
Pendarahan terjadi diakibatkan trauma kecelakaan. Biarkan darah mengalir keluar (jangan tutup telinga bila darah masih mengalir).
c. Keluarnya cairan jernih dari telinga.
Keadaan ini bisa disebabkan oleh trauma yang terjadi pada tulang tengkorak.
d. Benda asing pada telinga.
Adanya benda asing / cairan pada telinga dapat menyebabkan kerusakan gendang telinga. Benda asing / cairan tersebut harus segera dikeluarkan.
Kedaruratan Hidung
a. Perlukaan / lecet pada hidung.
b. Benda asing pada hidung.
c. Pendarahan pada hidung (pistaksis).
Terjadinya epistaksis bisa juga disertai dengan gejala fraktur daripada tulang tengkorak. Berikan posisi duduk, bersandar lurus kedepan untuk mempermudah keluarnya sisa-sisa darah dan mucus.
Apabila pasien ingin tidur berikan posisi kepala lebih tinggi dengan kepala dan badan lurus pada satu sisi.
Suction diperlukan apabila pendarahan banyak untuk membantu melonggarkan jalan napas. Untuk mengontrol pendarahan hidung secara sederhana dapat dilakukan dengan menekan ujung / puncak hidung selama 5 menit kemudian dilepas. Apabila dari hidung keluar cairan jernih / bercampur darah jangan lakukan penekanan pada ujung hidung, karena kemungkinan pasien mengalami fraktur tulang tengkorak. Pendarahan pada hidung bukan hanya disebabkan oleh trauma tapi juga dapat disebabkan oleh karena hipertensi ataupun karena penyakit keganasan lainnya.
Kedaruratan mulut
Trauma adalah merupakan penyebab utama terjadinya perlukaan / pendarahan pada daerah mulut, yang harus diperhatikan adalah kelancaran jalan napas.
Kedaruratan tenggorokan / daerah leher.
Adanya perlukaan pada daerah leher dapat disebabkan oleh karena trauma tumpul atau trauma tajam. Perlukaan daerah ini merupakan hal yang serius, karena daerah leher merupakan daerah vital yaitu daerah servical, yang merupakan bagian dari tulang belakang, daerah laryng dan trakea serta daerah esophagus, arteri karotis / vena yugolaris juga berada pada daerah leher. Otomatis apabila terjadi trauma pada daerah leher akan mengganggu fungsi daripada organ-organ yang berada pada daerah tersebut.
Tanda dan gejala terjadinya trauma tumpul pada daerah leher adalah:
- Suara hilang / serak.
- Gejala obstruksi jalan napas => pasien sesak napas.
- Adanya penekanan pada leher.
- Kerusakan / kontinuitas jaringan otot daerah leher.
- Ada udara / krepitasi di bawah kulit hal ini disebabkan bila ada emphysema pada sub kutaneus menyebabkan udara masuk kedalam jaringan lunak di bawah leher. Penanganan yang paling utama adalah membebaskan jalan napas.
Trauma tajam pada leher
Trauma tajam akan menyebabkan terputusnya pembuluh darah vena / arteri di bawah leher.
Penanganan:
- Tangani pendarahan dengan melakukan penekanan langsung pada arteri / vena yang terputus.
- Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi.
- Awasi terjadinya shock.
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN/DATA TUJUAN/KRITERIA RENCANA TINDAKAN
1.
2.
3.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka/operasi.
Data penunjang:
- Terdapat luka bekas operasi.
- Pasien mengeluh kesakitan.
- Pasien gelisah.
Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya pendarahan / epitaksis akibat daripada trauma pada hidung.
Data penunjang:
- Pasien kesulitan bernapas.
- RR > 28x permenit, nafas cepat dan dangkal.
- Dari hidung keluar darah / epitaksis.
Gangguan persepsi sensorik: berkurangnya pendengaran sehubungan dengan adanya trauma pada telinga tengah.
Data penunjang:
- Pasien menyatakan kurang mendengar bila diajak berbicara.
- Pasien sering salah pengertian terhadap hal yang sedang dibicarakan.
Rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria:
- Ekspresi wajah rileks.
- Pasien menyatakan nyeri berkurang / hilang.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Jalan napas efektif.
Kriteria:
- Pasien tidak mengeluh sesak nafas.
- RR 16 – 24x permenit.
- Epitaksis tidak ada / berkurang.
Gangguan persepsi sensorik dapat diatasi.
Kriteria:
- Pasien dapat memberi informasi yang diterimanya.
- Pasien dapat diajak berkomunikasi. - Kaji kualitas, kuantitas, lokasi dan lamanya nyeri.
- Jelaskan pada pasien penyebab terjadinya nyeri.
- Ajarkan tehnik mengurangi / mengontrol rasa nyeri (disfraksi, latihan nafas dalam, guide imniagesi).
- Anjurkan pasien bernapas melalui mulut.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 – 4 jam.
- Kerjasama dengan tim kesehatan:
• Pemberian obat pengurang rasa sakit.
- Observasi suara napas dan tanda-tanda vital lainnya tiap 2 – 4 jam.
- Berikan posisi duduk bersandar lurus kedepan untuk mempermudah keluarnya sisa-sisa darah atau mucus. Apabila pasien ingin tidur berikan posisi kepala lebih tinggi dengan posisi badan dan kepala lurus pada satu sisi.
- Lakukan penghisapan/suction apabila pendarahan banyak.
- Anjurkan pasien nafas dalam.
- Tingkatkan istirahat pasien.
- Kerjasama dengan tim kesehatan:
• Pemasangan tampon.
• Pemberian obat-obat untuk menghentikan perdarahan.
• Rontgen foto paru dan hidung.
- Berikan penjelasan pada pasien tentang keadaan penyakitnya yang mempengaruhi fungsi pendengaran.
- Berbicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan pelan.
- Usahakan posisi berhadapan bila berbicara dengan pasien dengan menggunakan mimik / gerakan tubuh yang jelas.
- Motivasi pasien agar lebih memperhatikan gerakan mulut lawan bicara.
- Lakukan komunikasi dengan bahasa tulisan apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara secara lisan.
TENGGOROKAN KEDARURATAN TELINGA
a. Abrasio => luka lecet / gores pada kulit telinga atau daun telinga.
b. Pendarahan dari telinga.
Pendarahan terjadi diakibatkan trauma kecelakaan. Biarkan darah mengalir keluar (jangan tutup telinga bila darah masih mengalir).
c. Keluarnya cairan jernih dari telinga.
Keadaan ini bisa disebabkan oleh trauma yang terjadi pada tulang tengkorak.
d. Benda asing pada telinga.
Adanya benda asing / cairan pada telinga dapat menyebabkan kerusakan gendang telinga. Benda asing / cairan tersebut harus segera dikeluarkan.
Kedaruratan Hidung
a. Perlukaan / lecet pada hidung.
b. Benda asing pada hidung.
c. Pendarahan pada hidung (pistaksis).
Terjadinya epistaksis bisa juga disertai dengan gejala fraktur daripada tulang tengkorak. Berikan posisi duduk, bersandar lurus kedepan untuk mempermudah keluarnya sisa-sisa darah dan mucus.
Apabila pasien ingin tidur berikan posisi kepala lebih tinggi dengan kepala dan badan lurus pada satu sisi.
Suction diperlukan apabila pendarahan banyak untuk membantu melonggarkan jalan napas. Untuk mengontrol pendarahan hidung secara sederhana dapat dilakukan dengan menekan ujung / puncak hidung selama 5 menit kemudian dilepas. Apabila dari hidung keluar cairan jernih / bercampur darah jangan lakukan penekanan pada ujung hidung, karena kemungkinan pasien mengalami fraktur tulang tengkorak. Pendarahan pada hidung bukan hanya disebabkan oleh trauma tapi juga dapat disebabkan oleh karena hipertensi ataupun karena penyakit keganasan lainnya.
Kedaruratan mulut
Trauma adalah merupakan penyebab utama terjadinya perlukaan / pendarahan pada daerah mulut, yang harus diperhatikan adalah kelancaran jalan napas.
Kedaruratan tenggorokan / daerah leher.
Adanya perlukaan pada daerah leher dapat disebabkan oleh karena trauma tumpul atau trauma tajam. Perlukaan daerah ini merupakan hal yang serius, karena daerah leher merupakan daerah vital yaitu daerah servical, yang merupakan bagian dari tulang belakang, daerah laryng dan trakea serta daerah esophagus, arteri karotis / vena yugolaris juga berada pada daerah leher. Otomatis apabila terjadi trauma pada daerah leher akan mengganggu fungsi daripada organ-organ yang berada pada daerah tersebut.
Tanda dan gejala terjadinya trauma tumpul pada daerah leher adalah:
- Suara hilang / serak.
- Gejala obstruksi jalan napas => pasien sesak napas.
- Adanya penekanan pada leher.
- Kerusakan / kontinuitas jaringan otot daerah leher.
- Ada udara / krepitasi di bawah kulit hal ini disebabkan bila ada emphysema pada sub kutaneus menyebabkan udara masuk kedalam jaringan lunak di bawah leher. Penanganan yang paling utama adalah membebaskan jalan napas.
Trauma tajam pada leher
Trauma tajam akan menyebabkan terputusnya pembuluh darah vena / arteri di bawah leher.
Penanganan:
- Tangani pendarahan dengan melakukan penekanan langsung pada arteri / vena yang terputus.
- Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi.
- Awasi terjadinya shock.
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN/DATA TUJUAN/KRITERIA RENCANA TINDAKAN
1.
2.
3.
Gangguan rasa nyaman:
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka/operasi.
Data penunjang:
- Terdapat luka bekas operasi.
- Pasien mengeluh kesakitan.
- Pasien gelisah.
Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya pendarahan / epitaksis akibat daripada trauma pada hidung.
Data penunjang:
- Pasien kesulitan bernapas.
- RR > 28x permenit, nafas cepat dan dangkal.
- Dari hidung keluar darah / epitaksis.
Gangguan persepsi sensorik: berkurangnya pendengaran sehubungan dengan adanya trauma pada telinga tengah.
Data penunjang:
- Pasien menyatakan kurang mendengar bila diajak berbicara.
- Pasien sering salah pengertian terhadap hal yang sedang dibicarakan.
Rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria:
- Ekspresi wajah rileks.
- Pasien menyatakan nyeri berkurang / hilang.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Jalan napas efektif.
Kriteria:
- Pasien tidak mengeluh sesak nafas.
- RR 16 – 24x permenit.
- Epitaksis tidak ada / berkurang.
Gangguan persepsi sensorik dapat diatasi.
Kriteria:
- Pasien dapat memberi informasi yang diterimanya.
- Pasien dapat diajak berkomunikasi. - Kaji kualitas, kuantitas, lokasi dan lamanya nyeri.
- Jelaskan pada pasien penyebab terjadinya nyeri.
- Ajarkan tehnik mengurangi / mengontrol rasa nyeri (disfraksi, latihan nafas dalam, guide imniagesi).
- Anjurkan pasien bernapas melalui mulut.
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 – 4 jam.
- Kerjasama dengan tim kesehatan:
• Pemberian obat pengurang rasa sakit.
- Observasi suara napas dan tanda-tanda vital lainnya tiap 2 – 4 jam.
- Berikan posisi duduk bersandar lurus kedepan untuk mempermudah keluarnya sisa-sisa darah atau mucus. Apabila pasien ingin tidur berikan posisi kepala lebih tinggi dengan posisi badan dan kepala lurus pada satu sisi.
- Lakukan penghisapan/suction apabila pendarahan banyak.
- Anjurkan pasien nafas dalam.
- Tingkatkan istirahat pasien.
- Kerjasama dengan tim kesehatan:
• Pemasangan tampon.
• Pemberian obat-obat untuk menghentikan perdarahan.
• Rontgen foto paru dan hidung.
- Berikan penjelasan pada pasien tentang keadaan penyakitnya yang mempengaruhi fungsi pendengaran.
- Berbicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan pelan.
- Usahakan posisi berhadapan bila berbicara dengan pasien dengan menggunakan mimik / gerakan tubuh yang jelas.
- Motivasi pasien agar lebih memperhatikan gerakan mulut lawan bicara.
- Lakukan komunikasi dengan bahasa tulisan apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara secara lisan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih