PATIENT CARE DELIVERY
A. Patient Care Delivery
1. Pengertian
Patient care delivery system adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Menurut Crapen dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memeberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas.
2. Pendekatan Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan.kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
3. Komponen
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi individu, kluarga dan komunitas (Craven dan Hirnle, 2000)
b. Rencana Tindakan
Pedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum dan khusus, dan juga rencana tindakan yang telah distandarisasi oleh tim pengembangan ruang MPKP.
c. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung kepada klien, kluarga dan komunikasi berdasarkan rencana keperawatan yang di buat.
d. Terapi Modalitas
1) Terapy Aktivitas Kelompok (TAK)
Merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Untuk ruang MPKP melaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab katim. Oleh karena itu seorang katim mempunyai kemampuan untuk melakukan TAK secara tepat dan benar.
2) Terapi Lingkungan
a) Definisi
Menurut Stuart and Sunden, (1991) terapi lingkungan merupakan suatu manipulasi pada lingkungan untuk menciptakan lingkungan terapeutik yang mempunyai tujuan terapeutik bagi klien yaitu merubah perilaku maladaptif menjadi adaptif.
b) Tujuan
Penyediaan lingkungan terapeutik merupakan salah satu bentuk terapi pasien gangguan jiwa yang dapat mengakibatkan efektitas asuhan keperawatan psikiatrik. Abroms dalam Stuart and sunden 1995 menyebutkan ada 2 tujuan utama dari penyediaan lingkungan terapeutik yaitu:
i. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptive
ii. Mengajarkan keterampilan psikososial
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku-perilaku yang maladaptive. Abroms menekankan penggunaan lingkungan terapeutik yang bertujuan untuk mengembangkan empat keterampilan psikososial yang penting terhadap pasien gangguan mental. Empat keterampilan psikososial yang penting itu antara lain:
• Orientation
Yaitu Pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik.
Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu, tempat dan maksud atau tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui terapi dan aktivitas pada semua pasien.
• Assertation
Yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal inidapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok latihan aservatif, kelompok pasien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau kelompok interaksi pasien.
• Accupation
Ialah Kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas pasien dalam bentuk kegiatan yang sederhana seperti teka-teki (sebagai aktifitas yang bertujuan) mengembangkan keterampilan fisik misalnya menyulam, membuat bunga, melukis dan meningkatkan manfaat interaksi sosial.
• Recreation
Ialah Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien menerapkan keterampilan yang telah dia pelajari seperti: orientasi assertive, interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh aktifitas rekreasi seperti: permainan baru, menebak kata dan jalan-jalan.
3) Terapi Okupasi
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai tujuan yang jelas.
Tujuan terapi okupasi :
a) Tujuan umum
• Untuk memudahkan belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn
• Meningkatkan produktifitas
• Menurunkan atau memperbaiki ketidaknormalan dan memelihara atau meningkatkan kesehatan
• Dapat mengidentifikasi kemampuan yang ada pada klien
• Memelihara dan meningkatkan kemapuan klien
b) Tujuan khusus
Psikososial :
• Membantu mengembangkan hubungan
• Membantu melepaskan dorongan emosi secara konstruksi
• Membantu menemukan kemampuan kerja sesuai bakat
• Mendidik ADL
• Membantu menyesuaikan dengan pekerjaan di rumah
• Meningkatkan toleransi kerja
• Membantu klien menggunakan waktu yang efektif
• Mengarahkan minat dan hobi
Fisik :
• Mengembalikan fungsi fisik
• Meningkatkan ROM
• Meningkatkan kekuatan otot
• Meningkatkan koordinasi gerakan
Tiga area terapi okupasi (occupational performance)
• Activity of daily living (perawatan diri),
• Productivity (kerja), dan
• Leisure (pemanfaatan waktu luang).
Jenis Terapi Okupasi
• Latihan gerak badan
• Olah raga
• Permainan
• Kerajinan tangan
• Kesehatan,kebersihan dan kerapihan pribadi
• Aktivity Day living
• Praktek prevocational
• Seni (tari,musik,lukis,drama dll)
• Rekreasi dan diskusi tentang topik tertentu
Fungsi dan tujuan
• Menciptakan kondisi tertentu sehingga dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
• Membantu melepaskan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan produktif
• Membantu menemukan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
• Membantu pengumpulan data dan penentuan diagnosa dan penetapan terapi
• Pengembalian fungsi fisik,meningkatkan ruang gerak sendi,kekuatan otot, dan koordinasi gerakan
• Mengajarkan Aktivity day Living
• Membantu menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya
• Meningkatkan toleransi kerja,memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada
• Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajagi oleh klien sebagai langkah prevocational training
• Membantu menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama dirawat
• Mengarahkan minat dan hoby
Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Mereka perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagaianya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain, meski tidak merepotkan bagi yang dimintai tolong. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidupnya dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu manusia hidup, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam okupasi terapi yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Pasien yang ditangani
Terapi okupasi tidak hanya bergerak dalam bidang fisik saja, melainkan mental juga. Di RSJ, terutama di unit rehabilitasi, seorang okupasi terapis berperan mengajari dan menanamkan konsep dasar yang benar kepada para pasien jiwa melalui aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi pasien. Sebagai contoh, seorang yang terdiagnosis skizofrenia dimana terdapat waham-waham aneh dalam pikirannya, maka peran penting okupasi terapis adalah memodifikasi waham dengan memberi aktivitas-aktivitas yang bermakna sembari memberi arahan dan menanamkan kesadaran atau kenyataan yang sebenarnya.
e. Pendidikan kesehatan
1) Keluarga
Pendidikan kesehatan kluarga merupakan program yang di berikan kepada kluarga pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa agar mereka mampu merawat pasien di rumah.
2) Pasien (prinsip 5 benar minum obat)
a) Definisi Obat
Obat adalah suatu zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit.
b) Jenis Obat Yang Diminum
Penderita gangguan jiwa sebagian besar minum obat gangguan jiwa, obat yang diminum ada beberapa jenis antara lain:
i. Chlorpromazine (CPZ), bentuknya tablet, warna orange, 1 tablet berisi 100 mg
ii. Halloperidol (HPD), bentuk tablet agak kecil, warna pink, 1 tabletvada yang 1,5 mg dan ada yang 5 mg
iii. Triheksipenidil (THP), bentuk tablet agak kecil, warna putih, 1 tablet 2 mg
iv. Resperidon (RPD), bentuk tablet agak kecil, warna coklat muda, 1 tablet 2 mg.
c) Dosis Obat Yang Diminum
Dosis obat yang diminum tergantung dari dari jenis obat dapat bervariasi antara lain:
i. Chlorpromazine : Biasanya diberikan 2x sehari atau 1x sehari, jika diberikan 1x sehari, waktu minumnya sore hari atau 2 jam menjelang tidur. Jika diberikan 2x sehari, diminum pagi dan sore hari
ii. Halloperidol : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari
iii. Triheksipenidil : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari
iv. Resperidon : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari.
d) Manfaat Obat Yang Diminum
Manfaat obat yang diminum tergantung dari jenisnya antara lain:
i. Chlorpromazine : CPZ diberikan untuk mempermudah tidur, membuat hati lebih tenang tidak bingung dan gelisah
ii. Halloperidol : HPD membantu mengontrol atau menghilangkan halusinasi ( mendengar suara-suara atau melihat bayangan ), mengendalikan emosi sehingga tidak cepat marah dan menghilangkan keinginan untuk bunuh diri
iii. Triheksipenidil : THP diberikan untuk penawar efek samping obat yang ditimbulkan oleh HPD dan CPZ
iv. Risperidon : RPD membantu mengontrol halusinasi, mengendalikan emosi sehingga tidak cepat marah dan tersinggung serta mencegah perilaku mengamuk, juga menghilangkan pikiran bunuh diri
e) Efek samping obat yang diminum
Obat yang diminum klien (CPZ dan HPD) dapat menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan dan memerlukan penanganan segera antara lain :
i. Badan kaku-kaku
ii. Kaki, tangan dan jari tangan bergemetar ( tremor )
iii. Keluar air liur yang banyak
iv. Jalan seperti patung atau kaki diseret
v. Mata melotot dan melirik kearah atas
vi. Mulut melakukan gerakan aneh, seperti mengunyah
vii. Tekanan darah turun sehingga sering pusing setelah bangun tidur
viii. Rasa mengantuk yang sangat hebat
f) Dampak jika tidak minum obat
Jika klien berhenti minum obat maka akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi klien yaitu kekambuhan dengan tanda antara lain :
i. Tidak bisa tidur
ii. Bingung
iii. Mudah tersinggung
iv. Mendengar suara-suara lagi atau melihat bayang-bayang lagi
v. Tidak bisa merawat diri
vi. Mengamuk
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang
1. Sejarah berdirinya RSJP Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Pada tahun 1916, Scholtens merencanakan membangun “krankzinnigengesticht” (rumah sakit) di jawa tengah dengan kapasitas 1400 tempat tidur. Magelang ditetapkan sebagai lokasi oleh pemerintah Belanda. Tahun 1923, “krankzinnigengesticht kramat” resmi digunakan. Tahun 1978 SK Menkes RI Nomor : 135/Menkes/SK/IV/1978 RS. Jiwa magelang adalah rumah sakit jiwa kelas A sebagai rumah sakit jiwa pendidikan. Tahun 1991 Keppres No.38/1991 tentang unit Swadana, rumah sakit jiwa magelang dengan SK Mentri kesehatan ditunjuk sebagai instansi pengguna PNBP (penerimaan Negara bukan pajak). Tahun 2000 memperoleh akreditasi penuh tingkat dasar (5 standart pelayanan: administrasi manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, dan rekam medis) dari Mentri Kesehatan RI No. YM. 00.03.3.5.462 tanggal 14 februari 2000.
a. Diberi nama Rumah Sakit Jiwa dr. Soerojo Magelang 1684/menkeskessos /SK/11/2000
b. Tahun 2007
MOU antara RSJ. Prof Dr Soeroyo Magelang dengan fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada.
c. Menjadi instansi pemerintah dibawah DEPKES RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) berdasarkan:
1) Keputusan menteri keuangan
No. 278/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007
2) Keputusan menteri kesehatan RI
No. 756/MENKES/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007
2. Visi RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Menjadi Rumah sakit yang mandiri dalam pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif untuk kesejahteraan bersama.
3. Misi RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa prima.
b. Melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa
c. Melaksanakan pelayanan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan
4. Moto
Sejahtera untuk semua
5. Gambaran umum RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang
a. Lokasi :
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang terletak di Kelurahan Kramat Utara, Magelang Selatan Kabupaten Magelang, tepatnya jalan Ahmad Yani No 169 Magelang dengan:
Luas tanah : 409.450 m2
Luas bangunan : 27.724 m2
Bangsal rawat inap : 28 unit
Instalasi rawat jalan : unit
IGD : 1 unit
b. Tingkat hunian : Jumlah tempat tidur 800 TT
c. Perhitungan BOR
1) BOR tahun 2005 rata-rata 62.22% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori kurang efisien
2) BOR tahun 2006 rata-rata 82.45% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori efisien
3) BOR tahun 2007 rata-rata 80% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori efisien
d. Jenis pelayanan
Pelayanan medis di RSJP Dr Soeroyo Magelang terdiri dari insatalasi rawat inap dan jalan. Instalasi rawat inap terdiri dari rawat inap jiwa dan rawat inap umum. Sedangkan instalasi rawat jalan terdiri dari poliklinik umum, poliklinik spesialis (spesialis jiwa, spesialis anak, spesialis obsgin, spesialis saraf, spesialis gigi, spesialis dalam dan spesialis bedah), Poliklinik Tumbuh Kembang Anak, Poliklinik psikologi. Selain itu terdapat juga pelayanan penunjang seperti :
1) Laboratorium patologi klinik
2) Elektromedik/fisioterapi dan farmasi dan terdiri dari 17 dokter spesialis (Spesialis kesehatan jiwa sebanyak 8 orang, Spesialis saraf sebanyak 2 orang, Spesialis anastesiologi sebanyak 2 orang, Spesialis radiologi, Rehabilitasi medik sebanyak 1 orang, Spesialis bedah sebanyak 2 orang, Spesialis obgin sebanyak 2 orang, Dokter umum 12 orang, Dokter gigi 3 orang, Psikologi 6 orang, Perawat 393 orang, tenaga paramedik non perawatan sebanyak 36 orang yang terdiri dari, Pekerja sosial 7 orang, Fisioterapis 3 orang, Ahli madya radiologi 3 orang, serta terdapat 259 orang tenaga administrasi 259 orang dan Apoteker sebanyak 4 orang).
B. Profil Bangsal W10
1. Lokasi Bangsal W10
Batas-batas bangsal:
Sebelah barat : wisma Abiyasa
Sebelah utara : wisma Banowati
Sebelah timur : wisma Arimbi
Sebelah selatan : pekarangan wisma Setyawati
Bentuk bangunan memanjang dengan halaman depan dan belakang yang cukup luas dan ditanami beberapa jenis tanaman. Dalam bangunan terdapat 2 ruangan yang cukup besar yang digunakan untuk tempat tidur pasien, ruang makan pasien, ruang tamu, gudang, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat dan ruang perawat.
2. Denah Wisma Setyawati
C. Pengkajian
1.
2. Metode pengkajian
Pengkajian dilakukan selama empat hari pada tanggal 3-7 Mei 2010 dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap kepala ruang wisma Setyawati, ketua tim wisma Setyawati, perawat pelaksana di wisma Setyawati. Isi wawancara meliputi visi, misi, dan filosofi ruangan, audit dokumentasian & pendokumentasian keperawatan, pendidikan kesehatan, terapi aktivitas kelompok, pre dan post conference, serta supervisi kepala ruang. Koesioner dilakukan meliputi beberapa hal antara lain: koesioner pengetahuan perawat tentang TAK, penkes, pre & post conference, serta operan, kuesioner kepuasan pasien, koesioner kepuasan keluarga, koesioner kepuasan perawat, kuesioner audit dokumentasi keperawatan, kuesioner daftar dinas ruangan dan koesioner pendelegasian tugas.
Beberapa hal yang diobservasi meliputi:
a. Dokumentasi asuhan keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan diambil sebanyak 9 rekam medis yang diambil secara acak di wisma Setyawati pada periode 2009-2010.
b. Prosedur tindakan
Observasi dilakukan pada tindakan asuhan keperawatan yang sering dilakukan di wisma Setyawati (TAK, Penkes, interaksi komunikasi terapeutik).
c. Manajemen keperawatan
Observasi manajemen yang meliputi aspek visi, misi, struktur organisasi, uraian tugas, metode penugasan, orientasi, supervisi, jadwal pertemuan berkala, pelaporan dokumentasi, daftar dinas ruangan, operan.
3. Hasil pengkajian
a. Input
1) Manusia (Man)
a) Pendidikan
Berdasarkan wawancara dengan karu, pendidikan pegawai yang ada di wisma Setyawati mayoritas lulusan DIII Keperawatan yaitu sebanyak 9 orang (64,3%), lulusan SPR.B sebanyak 2 orang (14,3%), satu orang lulusan Sarjana Keperawatan dan Ners (7,1%), 1 orang lulusan Sarjana Keperawatan (7,1%), 1 orang sedang dalam proses berlanjut ke pendidikan jenjang dari DIII ke Sarjana (7,1%). Satu orang psikiater (S2 spesialis Jiwa). Satu orang dokter umum dan satu orang psikolog. Satu orang cleaning service berpendidikan SMA.
b) Status kepegawaian
Sedangkan golongan kepegawaian rata-rata sudah PNS yaitu sebanyak 12 orang (85,7%) dan 2 orang belum PNS (14,3%). Dilihat dari kualifikasi umur, perawat wisma Setyawati berusia diatas 30 tahun 11 orang dan 3 orang berusia dibawah 30 tahun.
c) Jumlah perawat
Jumlah perawat di wisma Setyawati sebanyak 14 perawat terdiri dari satu kepala ruang, 2 ketua tim dan 11 perawat pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruang wisma Setyawati bahwa jumlah pegawai masih kurang atau tidak sesuai dengan jumlah pasien sehingga banyak beberapa tugas perawat (khususnya asuhan keperawatan) pada klien tidak terlaksana secara rutin misalnya penkes, pre dan post conference. Tetapi pelaksanaan TAK sudah dilakukan sesuai jadwal.
Menurut Arwani (2005) klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal tersebut dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
Kategori keperawatan klien terdiri dari :
i. Self care, klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
ii. Minimal care, klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
iii. Intermediate care, klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam /24 jam.
iv. Modified intensive care, klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
v. Intensive care, klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
2) Material (Material)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di wisma Setyawati pada tanggal 3 Mei 2010 didapatkan data sebagai berikut:
No Nama barang Jumlah Keterangan
Baik Rusak
1
2
3
4 PERALATAN UMUM
Almari pakaian
Almari kaca
Cermin
Jam dinding
Kursi putar
Kursi plastic
Kursi makan
Meja makan
Meja perawat
Papan kayu
Rak piring
Rak handuk
Tempat tidur pasien
Tempat tidur perawat
Telpon
Wastavel
White board
Almari kayu
Dispenser
Meja tamu kayu
Tv 21’’
Parabola
ALAT KEDOKTERAN
Stetoskop
Timbangan
Tensimeter
Waskom cuci tangan
Standart cuci tangan
Senter
Reflek hammer
Spatel
Standar infus
ALAT TENUN
Handuk
Bantal
Sarung bantal
Kasur
Selimut lurik
Sprey
Taplak meja
Perlak
Baju penderita
Celana pasien
ALAT RUMAH TANGGA
Piring
Gelas
Termos
Tempat sampah
Rantang
Ceret
Ember plastic
Sapu ijuk
Sendok makan
Serok sampah
Sapu lidi
Panci
Keranjang
2
1
3
3
2
5
30
6
4
1
2
2
31
2
1
2
3
4
1
1
1
-
1
2
1
2
0
1
1
1
1
36
29
26
30
30
31
11
6
233
233
36
35
1
3
1
2
4
7
35
3
7
3
3
B
B
B
2b
1b
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
-
-
-
1B
B
B
-
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
34B
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1r
1b
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1R
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3) Money
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Setyawati bahwa semua keuangan dikelola oleh rumah sakit. Sumber dana untuk pengembangan wisma Setyawati diperoleh dari Rumah Sakit disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh rumah sakit. Keuangan juga didapatkan dari institusi tertentu dikelola sepenuhnya oleh bidang keperawatan. Untuk pengelolaan dana pasien (penitipan umum) di wisma Setyawati sudah dikelola dengan baik dan secara terbuka yaitu semua perawat tahu sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Sedangkan untuk mengadakan sarana untuk TAK dan terapi-terapi lain ruangan melakukan dengan swadaya.
4) Metode (Methode)
Metode penugasan yang diterapkan di ruang wisma Setyawati yaitu dengan penugasan kerjasama atau modifikasi tim primer yang dibagi menjadi dua tim dan setiap tim terdiri dari lima anggota yang bertanggung jawab atas pasien kelolaannya masing-masing namun pemberian asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara bersama-sama, mekipun masih ada yang mempunyai penugasan ganda seperti Karu juga berperan sebagai perawat pelaksana. Metode tim didasarkan atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak menerima pelayanan terbaik dan setiap perawat berhak menerima bantuan dalam melakukan tugas, memberikan pelayanan asuhan keperawatan terbaik sesuai kemampuannya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai manajemen penugasan di wisma Setyawati didapatkan hasilnya cukup baik terlihat dari sudah adanya job decription masing-masing perawat yang terangkum dalam protap yang dikeluarkan oleh RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, tetapi masih bersifat umum dan uraiannya belum spesifik. Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner pada 1 orang katim dan 4 perawat pelaksana didapatkan hasil 60% cukup baik dan 40% baik.
5) Machine
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Setyawati diperoleh data bahwa terdapat fasilitas penunjang seperti TV, DVD player, dan sound system serta guna mendukung kualitas pelayanan optimal Rumah Sakit telah memberikan beberapa fasilitas penunjang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi misalnya dengan pengadaan peralatan-peralatan medis yang canggih pada laboratorium (rontgen, USG, ECT, dll).
A. Patient Care Delivery
1. Pengertian
Patient care delivery system adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Menurut Crapen dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memeberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas.
2. Pendekatan Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan.kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.
3. Komponen
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi individu, kluarga dan komunitas (Craven dan Hirnle, 2000)
b. Rencana Tindakan
Pedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum dan khusus, dan juga rencana tindakan yang telah distandarisasi oleh tim pengembangan ruang MPKP.
c. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan langsung kepada klien, kluarga dan komunikasi berdasarkan rencana keperawatan yang di buat.
d. Terapi Modalitas
1) Terapy Aktivitas Kelompok (TAK)
Merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Untuk ruang MPKP melaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab katim. Oleh karena itu seorang katim mempunyai kemampuan untuk melakukan TAK secara tepat dan benar.
2) Terapi Lingkungan
a) Definisi
Menurut Stuart and Sunden, (1991) terapi lingkungan merupakan suatu manipulasi pada lingkungan untuk menciptakan lingkungan terapeutik yang mempunyai tujuan terapeutik bagi klien yaitu merubah perilaku maladaptif menjadi adaptif.
b) Tujuan
Penyediaan lingkungan terapeutik merupakan salah satu bentuk terapi pasien gangguan jiwa yang dapat mengakibatkan efektitas asuhan keperawatan psikiatrik. Abroms dalam Stuart and sunden 1995 menyebutkan ada 2 tujuan utama dari penyediaan lingkungan terapeutik yaitu:
i. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptive
ii. Mengajarkan keterampilan psikososial
Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku-perilaku yang maladaptive. Abroms menekankan penggunaan lingkungan terapeutik yang bertujuan untuk mengembangkan empat keterampilan psikososial yang penting terhadap pasien gangguan mental. Empat keterampilan psikososial yang penting itu antara lain:
• Orientation
Yaitu Pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik.
Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu, tempat dan maksud atau tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui terapi dan aktivitas pada semua pasien.
• Assertation
Yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal inidapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat melalui kelompok latihan aservatif, kelompok pasien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau kelompok interaksi pasien.
• Accupation
Ialah Kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas pasien dalam bentuk kegiatan yang sederhana seperti teka-teki (sebagai aktifitas yang bertujuan) mengembangkan keterampilan fisik misalnya menyulam, membuat bunga, melukis dan meningkatkan manfaat interaksi sosial.
• Recreation
Ialah Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien menerapkan keterampilan yang telah dia pelajari seperti: orientasi assertive, interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh aktifitas rekreasi seperti: permainan baru, menebak kata dan jalan-jalan.
3) Terapi Okupasi
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan.. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai tujuan yang jelas.
Tujuan terapi okupasi :
a) Tujuan umum
• Untuk memudahkan belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn
• Meningkatkan produktifitas
• Menurunkan atau memperbaiki ketidaknormalan dan memelihara atau meningkatkan kesehatan
• Dapat mengidentifikasi kemampuan yang ada pada klien
• Memelihara dan meningkatkan kemapuan klien
b) Tujuan khusus
Psikososial :
• Membantu mengembangkan hubungan
• Membantu melepaskan dorongan emosi secara konstruksi
• Membantu menemukan kemampuan kerja sesuai bakat
• Mendidik ADL
• Membantu menyesuaikan dengan pekerjaan di rumah
• Meningkatkan toleransi kerja
• Membantu klien menggunakan waktu yang efektif
• Mengarahkan minat dan hobi
Fisik :
• Mengembalikan fungsi fisik
• Meningkatkan ROM
• Meningkatkan kekuatan otot
• Meningkatkan koordinasi gerakan
Tiga area terapi okupasi (occupational performance)
• Activity of daily living (perawatan diri),
• Productivity (kerja), dan
• Leisure (pemanfaatan waktu luang).
Jenis Terapi Okupasi
• Latihan gerak badan
• Olah raga
• Permainan
• Kerajinan tangan
• Kesehatan,kebersihan dan kerapihan pribadi
• Aktivity Day living
• Praktek prevocational
• Seni (tari,musik,lukis,drama dll)
• Rekreasi dan diskusi tentang topik tertentu
Fungsi dan tujuan
• Menciptakan kondisi tertentu sehingga dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat
• Membantu melepaskan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan produktif
• Membantu menemukan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
• Membantu pengumpulan data dan penentuan diagnosa dan penetapan terapi
• Pengembalian fungsi fisik,meningkatkan ruang gerak sendi,kekuatan otot, dan koordinasi gerakan
• Mengajarkan Aktivity day Living
• Membantu menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya
• Meningkatkan toleransi kerja,memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih ada
• Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajagi oleh klien sebagai langkah prevocational training
• Membantu menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama dirawat
• Mengarahkan minat dan hoby
Bagaimanapun setiap individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Mereka perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan sebagaianya tanpa memerlukan bantuan dari orang lain, meski tidak merepotkan bagi yang dimintai tolong. Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidupnya dan mendapat kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu manusia hidup, penting juga dalam kegiatan refresing, penyaluran hobi dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam okupasi terapi yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makna atau arti hidup meski telah mengalami gangguan fisik atau mental.
Pasien yang ditangani
Terapi okupasi tidak hanya bergerak dalam bidang fisik saja, melainkan mental juga. Di RSJ, terutama di unit rehabilitasi, seorang okupasi terapis berperan mengajari dan menanamkan konsep dasar yang benar kepada para pasien jiwa melalui aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi pasien. Sebagai contoh, seorang yang terdiagnosis skizofrenia dimana terdapat waham-waham aneh dalam pikirannya, maka peran penting okupasi terapis adalah memodifikasi waham dengan memberi aktivitas-aktivitas yang bermakna sembari memberi arahan dan menanamkan kesadaran atau kenyataan yang sebenarnya.
e. Pendidikan kesehatan
1) Keluarga
Pendidikan kesehatan kluarga merupakan program yang di berikan kepada kluarga pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa agar mereka mampu merawat pasien di rumah.
2) Pasien (prinsip 5 benar minum obat)
a) Definisi Obat
Obat adalah suatu zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit.
b) Jenis Obat Yang Diminum
Penderita gangguan jiwa sebagian besar minum obat gangguan jiwa, obat yang diminum ada beberapa jenis antara lain:
i. Chlorpromazine (CPZ), bentuknya tablet, warna orange, 1 tablet berisi 100 mg
ii. Halloperidol (HPD), bentuk tablet agak kecil, warna pink, 1 tabletvada yang 1,5 mg dan ada yang 5 mg
iii. Triheksipenidil (THP), bentuk tablet agak kecil, warna putih, 1 tablet 2 mg
iv. Resperidon (RPD), bentuk tablet agak kecil, warna coklat muda, 1 tablet 2 mg.
c) Dosis Obat Yang Diminum
Dosis obat yang diminum tergantung dari dari jenis obat dapat bervariasi antara lain:
i. Chlorpromazine : Biasanya diberikan 2x sehari atau 1x sehari, jika diberikan 1x sehari, waktu minumnya sore hari atau 2 jam menjelang tidur. Jika diberikan 2x sehari, diminum pagi dan sore hari
ii. Halloperidol : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari
iii. Triheksipenidil : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari
iv. Resperidon : Biasanya diberikan 2x sehari dan diminum pagi dan sore hari.
d) Manfaat Obat Yang Diminum
Manfaat obat yang diminum tergantung dari jenisnya antara lain:
i. Chlorpromazine : CPZ diberikan untuk mempermudah tidur, membuat hati lebih tenang tidak bingung dan gelisah
ii. Halloperidol : HPD membantu mengontrol atau menghilangkan halusinasi ( mendengar suara-suara atau melihat bayangan ), mengendalikan emosi sehingga tidak cepat marah dan menghilangkan keinginan untuk bunuh diri
iii. Triheksipenidil : THP diberikan untuk penawar efek samping obat yang ditimbulkan oleh HPD dan CPZ
iv. Risperidon : RPD membantu mengontrol halusinasi, mengendalikan emosi sehingga tidak cepat marah dan tersinggung serta mencegah perilaku mengamuk, juga menghilangkan pikiran bunuh diri
e) Efek samping obat yang diminum
Obat yang diminum klien (CPZ dan HPD) dapat menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan dan memerlukan penanganan segera antara lain :
i. Badan kaku-kaku
ii. Kaki, tangan dan jari tangan bergemetar ( tremor )
iii. Keluar air liur yang banyak
iv. Jalan seperti patung atau kaki diseret
v. Mata melotot dan melirik kearah atas
vi. Mulut melakukan gerakan aneh, seperti mengunyah
vii. Tekanan darah turun sehingga sering pusing setelah bangun tidur
viii. Rasa mengantuk yang sangat hebat
f) Dampak jika tidak minum obat
Jika klien berhenti minum obat maka akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi klien yaitu kekambuhan dengan tanda antara lain :
i. Tidak bisa tidur
ii. Bingung
iii. Mudah tersinggung
iv. Mendengar suara-suara lagi atau melihat bayang-bayang lagi
v. Tidak bisa merawat diri
vi. Mengamuk
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Gambaran Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang
1. Sejarah berdirinya RSJP Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Pada tahun 1916, Scholtens merencanakan membangun “krankzinnigengesticht” (rumah sakit) di jawa tengah dengan kapasitas 1400 tempat tidur. Magelang ditetapkan sebagai lokasi oleh pemerintah Belanda. Tahun 1923, “krankzinnigengesticht kramat” resmi digunakan. Tahun 1978 SK Menkes RI Nomor : 135/Menkes/SK/IV/1978 RS. Jiwa magelang adalah rumah sakit jiwa kelas A sebagai rumah sakit jiwa pendidikan. Tahun 1991 Keppres No.38/1991 tentang unit Swadana, rumah sakit jiwa magelang dengan SK Mentri kesehatan ditunjuk sebagai instansi pengguna PNBP (penerimaan Negara bukan pajak). Tahun 2000 memperoleh akreditasi penuh tingkat dasar (5 standart pelayanan: administrasi manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, dan rekam medis) dari Mentri Kesehatan RI No. YM. 00.03.3.5.462 tanggal 14 februari 2000.
a. Diberi nama Rumah Sakit Jiwa dr. Soerojo Magelang 1684/menkeskessos /SK/11/2000
b. Tahun 2007
MOU antara RSJ. Prof Dr Soeroyo Magelang dengan fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada.
c. Menjadi instansi pemerintah dibawah DEPKES RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) berdasarkan:
1) Keputusan menteri keuangan
No. 278/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007
2) Keputusan menteri kesehatan RI
No. 756/MENKES/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007
2. Visi RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Menjadi Rumah sakit yang mandiri dalam pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif untuk kesejahteraan bersama.
3. Misi RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa prima.
b. Melaksanakan pelayanan umum prima sebagai penunjang pelayanan kesehatan jiwa
c. Melaksanakan pelayanan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian di bidang kesehatan
4. Moto
Sejahtera untuk semua
5. Gambaran umum RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang
a. Lokasi :
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang terletak di Kelurahan Kramat Utara, Magelang Selatan Kabupaten Magelang, tepatnya jalan Ahmad Yani No 169 Magelang dengan:
Luas tanah : 409.450 m2
Luas bangunan : 27.724 m2
Bangsal rawat inap : 28 unit
Instalasi rawat jalan : unit
IGD : 1 unit
b. Tingkat hunian : Jumlah tempat tidur 800 TT
c. Perhitungan BOR
1) BOR tahun 2005 rata-rata 62.22% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori kurang efisien
2) BOR tahun 2006 rata-rata 82.45% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori efisien
3) BOR tahun 2007 rata-rata 80% (standart 70%-80%) berarti termasuk dalam kategori efisien
d. Jenis pelayanan
Pelayanan medis di RSJP Dr Soeroyo Magelang terdiri dari insatalasi rawat inap dan jalan. Instalasi rawat inap terdiri dari rawat inap jiwa dan rawat inap umum. Sedangkan instalasi rawat jalan terdiri dari poliklinik umum, poliklinik spesialis (spesialis jiwa, spesialis anak, spesialis obsgin, spesialis saraf, spesialis gigi, spesialis dalam dan spesialis bedah), Poliklinik Tumbuh Kembang Anak, Poliklinik psikologi. Selain itu terdapat juga pelayanan penunjang seperti :
1) Laboratorium patologi klinik
2) Elektromedik/fisioterapi dan farmasi dan terdiri dari 17 dokter spesialis (Spesialis kesehatan jiwa sebanyak 8 orang, Spesialis saraf sebanyak 2 orang, Spesialis anastesiologi sebanyak 2 orang, Spesialis radiologi, Rehabilitasi medik sebanyak 1 orang, Spesialis bedah sebanyak 2 orang, Spesialis obgin sebanyak 2 orang, Dokter umum 12 orang, Dokter gigi 3 orang, Psikologi 6 orang, Perawat 393 orang, tenaga paramedik non perawatan sebanyak 36 orang yang terdiri dari, Pekerja sosial 7 orang, Fisioterapis 3 orang, Ahli madya radiologi 3 orang, serta terdapat 259 orang tenaga administrasi 259 orang dan Apoteker sebanyak 4 orang).
B. Profil Bangsal W10
1. Lokasi Bangsal W10
Batas-batas bangsal:
Sebelah barat : wisma Abiyasa
Sebelah utara : wisma Banowati
Sebelah timur : wisma Arimbi
Sebelah selatan : pekarangan wisma Setyawati
Bentuk bangunan memanjang dengan halaman depan dan belakang yang cukup luas dan ditanami beberapa jenis tanaman. Dalam bangunan terdapat 2 ruangan yang cukup besar yang digunakan untuk tempat tidur pasien, ruang makan pasien, ruang tamu, gudang, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat dan ruang perawat.
2. Denah Wisma Setyawati
C. Pengkajian
1.
2. Metode pengkajian
Pengkajian dilakukan selama empat hari pada tanggal 3-7 Mei 2010 dengan menggunakan metode wawancara, kuesioner dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap kepala ruang wisma Setyawati, ketua tim wisma Setyawati, perawat pelaksana di wisma Setyawati. Isi wawancara meliputi visi, misi, dan filosofi ruangan, audit dokumentasian & pendokumentasian keperawatan, pendidikan kesehatan, terapi aktivitas kelompok, pre dan post conference, serta supervisi kepala ruang. Koesioner dilakukan meliputi beberapa hal antara lain: koesioner pengetahuan perawat tentang TAK, penkes, pre & post conference, serta operan, kuesioner kepuasan pasien, koesioner kepuasan keluarga, koesioner kepuasan perawat, kuesioner audit dokumentasi keperawatan, kuesioner daftar dinas ruangan dan koesioner pendelegasian tugas.
Beberapa hal yang diobservasi meliputi:
a. Dokumentasi asuhan keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan diambil sebanyak 9 rekam medis yang diambil secara acak di wisma Setyawati pada periode 2009-2010.
b. Prosedur tindakan
Observasi dilakukan pada tindakan asuhan keperawatan yang sering dilakukan di wisma Setyawati (TAK, Penkes, interaksi komunikasi terapeutik).
c. Manajemen keperawatan
Observasi manajemen yang meliputi aspek visi, misi, struktur organisasi, uraian tugas, metode penugasan, orientasi, supervisi, jadwal pertemuan berkala, pelaporan dokumentasi, daftar dinas ruangan, operan.
3. Hasil pengkajian
a. Input
1) Manusia (Man)
a) Pendidikan
Berdasarkan wawancara dengan karu, pendidikan pegawai yang ada di wisma Setyawati mayoritas lulusan DIII Keperawatan yaitu sebanyak 9 orang (64,3%), lulusan SPR.B sebanyak 2 orang (14,3%), satu orang lulusan Sarjana Keperawatan dan Ners (7,1%), 1 orang lulusan Sarjana Keperawatan (7,1%), 1 orang sedang dalam proses berlanjut ke pendidikan jenjang dari DIII ke Sarjana (7,1%). Satu orang psikiater (S2 spesialis Jiwa). Satu orang dokter umum dan satu orang psikolog. Satu orang cleaning service berpendidikan SMA.
b) Status kepegawaian
Sedangkan golongan kepegawaian rata-rata sudah PNS yaitu sebanyak 12 orang (85,7%) dan 2 orang belum PNS (14,3%). Dilihat dari kualifikasi umur, perawat wisma Setyawati berusia diatas 30 tahun 11 orang dan 3 orang berusia dibawah 30 tahun.
c) Jumlah perawat
Jumlah perawat di wisma Setyawati sebanyak 14 perawat terdiri dari satu kepala ruang, 2 ketua tim dan 11 perawat pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruang wisma Setyawati bahwa jumlah pegawai masih kurang atau tidak sesuai dengan jumlah pasien sehingga banyak beberapa tugas perawat (khususnya asuhan keperawatan) pada klien tidak terlaksana secara rutin misalnya penkes, pre dan post conference. Tetapi pelaksanaan TAK sudah dilakukan sesuai jadwal.
Menurut Arwani (2005) klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal tersebut dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
Kategori keperawatan klien terdiri dari :
i. Self care, klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.
ii. Minimal care, klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
iii. Intermediate care, klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam /24 jam.
iv. Modified intensive care, klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
v. Intensive care, klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
2) Material (Material)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di wisma Setyawati pada tanggal 3 Mei 2010 didapatkan data sebagai berikut:
No Nama barang Jumlah Keterangan
Baik Rusak
1
2
3
4 PERALATAN UMUM
Almari pakaian
Almari kaca
Cermin
Jam dinding
Kursi putar
Kursi plastic
Kursi makan
Meja makan
Meja perawat
Papan kayu
Rak piring
Rak handuk
Tempat tidur pasien
Tempat tidur perawat
Telpon
Wastavel
White board
Almari kayu
Dispenser
Meja tamu kayu
Tv 21’’
Parabola
ALAT KEDOKTERAN
Stetoskop
Timbangan
Tensimeter
Waskom cuci tangan
Standart cuci tangan
Senter
Reflek hammer
Spatel
Standar infus
ALAT TENUN
Handuk
Bantal
Sarung bantal
Kasur
Selimut lurik
Sprey
Taplak meja
Perlak
Baju penderita
Celana pasien
ALAT RUMAH TANGGA
Piring
Gelas
Termos
Tempat sampah
Rantang
Ceret
Ember plastic
Sapu ijuk
Sendok makan
Serok sampah
Sapu lidi
Panci
Keranjang
2
1
3
3
2
5
30
6
4
1
2
2
31
2
1
2
3
4
1
1
1
-
1
2
1
2
0
1
1
1
1
36
29
26
30
30
31
11
6
233
233
36
35
1
3
1
2
4
7
35
3
7
3
3
B
B
B
2b
1b
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
-
-
-
1B
B
B
-
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
34B
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1r
1b
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1R
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3) Money
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Setyawati bahwa semua keuangan dikelola oleh rumah sakit. Sumber dana untuk pengembangan wisma Setyawati diperoleh dari Rumah Sakit disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh rumah sakit. Keuangan juga didapatkan dari institusi tertentu dikelola sepenuhnya oleh bidang keperawatan. Untuk pengelolaan dana pasien (penitipan umum) di wisma Setyawati sudah dikelola dengan baik dan secara terbuka yaitu semua perawat tahu sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Sedangkan untuk mengadakan sarana untuk TAK dan terapi-terapi lain ruangan melakukan dengan swadaya.
4) Metode (Methode)
Metode penugasan yang diterapkan di ruang wisma Setyawati yaitu dengan penugasan kerjasama atau modifikasi tim primer yang dibagi menjadi dua tim dan setiap tim terdiri dari lima anggota yang bertanggung jawab atas pasien kelolaannya masing-masing namun pemberian asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara bersama-sama, mekipun masih ada yang mempunyai penugasan ganda seperti Karu juga berperan sebagai perawat pelaksana. Metode tim didasarkan atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak menerima pelayanan terbaik dan setiap perawat berhak menerima bantuan dalam melakukan tugas, memberikan pelayanan asuhan keperawatan terbaik sesuai kemampuannya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai manajemen penugasan di wisma Setyawati didapatkan hasilnya cukup baik terlihat dari sudah adanya job decription masing-masing perawat yang terangkum dalam protap yang dikeluarkan oleh RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, tetapi masih bersifat umum dan uraiannya belum spesifik. Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner pada 1 orang katim dan 4 perawat pelaksana didapatkan hasil 60% cukup baik dan 40% baik.
5) Machine
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang wisma Setyawati diperoleh data bahwa terdapat fasilitas penunjang seperti TV, DVD player, dan sound system serta guna mendukung kualitas pelayanan optimal Rumah Sakit telah memberikan beberapa fasilitas penunjang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi misalnya dengan pengadaan peralatan-peralatan medis yang canggih pada laboratorium (rontgen, USG, ECT, dll).
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih