Home » , » TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS 1 (ANGKAT DAGU TEKAN DAHI)

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS 1 (ANGKAT DAGU TEKAN DAHI)



Angkat Dagu Tekan Dahi
Pada Halaman sebelumnya telah dibahas tentang Bantuan Hidup Dasar, yaitu tindakan yang dilakukan oleh seorang penolong ketika mendapati korban yang tersumbat jalan nafasnya, tidak ditemukannya nafas serta dengan atau tanpa nadi. Dan salah satu teknik untuk membuka jalan nafas adalah dengan Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi.

Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi ini dilakukan untuk korban yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang.

Adapun cara melakukan teknik ini adalah dengan:
1.    Letakkan tangan anda pada dahi korban, gunakan tangan yang paling dekat dengan kepala korban.
2.    Tekan dahi sedikit mengarah kebelakang dengan telapak tangan sampai kepala korban terdorong ke belakang.
3.    Letakkan ujung jari tangan yang lainnya di bawah bagian ujung rahang bawah.
4.    Angkat Dagu ke depan, lakukan gerakan ini bersamaan dengan menekan dahi sampai kepala korban pada posisi ekstensi maksimal. Pada korban bayi dan anak kecil tidak dilakukan sampai maksimal tetapi sedikit ekstensi saja.
5.    Pertahankan tangan di dahi korban untuk menjaga posisi kepala tetap ke belakang.
6.    Buka mulut korban dengan ibu jari tangan yang menekan dagu
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan teknik ini:
1.    Bagi korban yang masih bayi gerakan ekstensi kepala tidak boleh maksimal.
2.    Tangan jangan menekan dijaringan lunak bawah dagu.
3.    Jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat dagu.
4.    Awasi mulut korban agar tetap terbuka.
5.    Jika korban dengan gigi palsu cobalah pertahankan pada posisinya tetapi jika mengganggu / sulit dipertahankan sebaiknya gigi palsu tersebut dilepas.

Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver)
Selain Teknik Angkat Dagu Tekan Dahi dalam Bantuan Hidup Dasar, cara lain untuk membuka jalan nafas adalah dengan Teknik Perasat Pendorongan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver).

Teknik ini hanya dilakukan untuk korban yang mengalami trauma atau cedera pada kepala, leher maupun tulang belakang atau pun yang dicurigai mengalami trauma tersebut. Teknik ini cukup sulit dilakukan, namun kepala dan leher korban dibuat dalam posisi alami / normal.

Caranya :
1.    Berlutut disisi atas kepala korban, letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi korban, kedua tangan memegang sisi kepala.
2.    Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika korban anak atau bayi gunakan dua atau tiga jari pada sisi rahang bawah).
3.    Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke posisi depan secara perlahan. Gerakan ini mendorong lidah ke atas sehingga jalan nafas terbuka.
4.    Pertahankan posisi mulut korban tetap terbuka


Ingat untuk memeriksa mulut korban terutama yang mengalami penurunan respon atau tidak ada respon, bersihkan dengan sapuan jari secara buta terhadap benda yang menyumbat jalan nafas. Namun hal ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil kecuali benda asing sudah terlihat dalam mulut
Bila ada sumbatan jalan nafas sudah jelas sumbatan itu harus diatasi. Walaupun demikian, dalam keadaan tertentu misalnya penderita dengan koma tetap dilakukan pemasangan alat jalan nafas karena sumbatan dalam keadaan ini adalah mengancam.
a.         Penghisapan (Suction)
Suction dipakai untuk membebaskan sumbatan yang berupa cairan.
b. Menjaga Jalan Nafas
Secara Manual
1.  Chin Lift
Memakai jari-jari satu tangan yang diletakkan di bawah mandibula yang kemudian secara hati-hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang sama dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Bila diperlukan ibu jari dapat diletakkan di dalam mulut di belakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Tindakan Chin Lift ini tidak boleh mengakibatkan hiperekstensi leher. Tindakan Chin Lift ini bermanfaat pada penderita trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas tulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi cedera spinal. Satu tangan menekan dahi penderita untuk mencegah pergerakan berlebihan dari cervical, pada kecurigaan adanya trauma cervical.
2. Jaw Thrust
Tindakan ini dilakukan dengan cara memegang sudut rahang bawah (Angulus Mandibulae) kiri dan kanan, dan mendorong rahang ke depan. Bila tindakan ini dilakukan sambil memegan masker dari alat bag-valve, dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang adekuat.
Dengan Menggunakan Alat
•     Oro-pharyngeal Airway (Guedel)
    Nasotracheal Airway
    Naso-pharyngeal Airway
    Orotracheal Airway
    Cricithyroidotomy dan Tracheostomy
Catatan: Jika seluruh cara pembebasan jalan napas sudah dilakukan tapi tidak menunjukkan keberhasilan (masih ada obstruksi airway) maka dilakukan cricothyroidotomi, yaitu dengan melakukan insisi pada membrana cricothyroid yang terletak di antara cartilago thyroid dan cricoid lalu memasukkan benda  yang berongga.


Kita sering melihat di televisi, ketika ada orang yang tenggelam atau kecelakaan atau mengalami serangan jantung, tiba-tiba orang lain yang melihat langsung menggenjot dada dan memberikan nafas buatan mulut ke mulut. Hal ini mungkin tidak ada di Indonesia, orang yang tenggelam bukan malah diberikan nafas buatan akan tetapi malah memukul perut untuk dikeluarkan airnya.

Tindakan seperti diatas, diluar negeri adalah hal yang umum dan sering dilakukan, karna sebagian besar penduduk disana sudah diberi pendidikan untuk melakukan tindakan nafas buatan serta indikasi kapan tindakan tersebut dibutuhkan.

Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat (Rahmad, 2009).

Saya juga menyediakan modul lengkap di akhir halaman, silahkan di download.
Kapan kita harus mempraktekkan RJP (Resusitasi Jantung Paru) ?
Prinsip utamanya adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak berdetak (Henti Jantung)

1.       Orang yang tidak bernafas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasandari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
    Tenggelam
    Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
    Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
    Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
    Overdosis obat-obatan
    Tersengat listrik
    Infark miokard (Serangan Jantung)
    Tersambar petir
    Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

2.       Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.


Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Apa Yang Kita Lakukan ?
Ada dua prinsip penting, yaitu pertama jika kita bertemu dengan orang seperti diatas, jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan partama yang selanjutnya perlu tindakan medis, yang kedua pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan primer.

                                                          Pemeriksaan Primer

Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :
•         A airway (jalan napas)
•         B breathing (bantuan napas)
•         C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban/pasien, yaitu :

1.       Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2.       Memastikan kesadaran dari korban/pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! /  Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
3.       Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4.       Memperbaiki posisi korban/pasien.
Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
5.       Mengatur posisi penolong.
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.
See Picture:

                              (Posisi Penolong Yang Benar)
A.      (AIRWAY) Jalan Napas
                Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan :
a)       Pemeriksaan jalan napas
        Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
b)       Membuka jalan napas
        Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah).



B.      (BREATHING) Bantuan napas
Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :
1.       Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
        Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.

2.       Memberikan bantuan napas.
        Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas. 
Cara memberikan bantuan pernapasan :
o        Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.


o        Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
o        Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

C.      (CIRCULATION) Bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2 tahapan :
1.       Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.
        Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan lembut selama 5 – 10 detik.
        Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.

2.       Memberikan bantuan sirkulasi.
        Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
o        Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).

o        Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.

o        Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
o        Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi)  dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).

o        Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
o        Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
o        Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.
        Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.


RINGKASAN MELAKUKAN RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)
        Sebagai Ringkasan, Penolong dapat mengikuti urutan sebagai berikut :
1.       Penilaian korban
Tentukan kesadaran korban/pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan mantap), jika tidak sadar, maka
2.       Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi
3.       Jalan napas (AIRWAY)
o        Posisikan korban/pasien
o        Buka jalan napas dengan manuver tengadah kepala-topang dagu.
4.       Pernapasan (BREATHING)
Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat atau tidak pernapasan korban/pasien.
5.       Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak ada trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap (Recovery positiotion), dengan tetap menjaga jalan napas tetap terbuka.
6.       Jika korban/pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukkan bantuan napas. Di Amerika serikat dan di negara lainnya dilakukan bantuan napas awal sebanyak 2 kali, sedangkan di Eropa, Australia, New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal terdapat kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala korban/pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan :
ü      Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada sebanyak 30 kali dan 2 kali ventilasi, setiap kali membuka jalan napas untuk menghembuskan napas, sambil mencari benda yang menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan dikeluarkan.
ü      Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen obstruksi jalan napas oleh benda asing.
ü      Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan pernapasan.
ü      Setelah memberikan napas 12 kali (1 menit), nilai kembali tanda-tanda adanya sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada cek napas, jika tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napas.
7.       Sirkulasi (CIRCULATION)
        Periksa tanda-tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan pernapasan dengan cara melihat ada tidaknva pernapasan spontan, batuk atau pergerakan. Untuk petugas kesehatan terlatih hendaknya memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.
1.    jika ada tanda-tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi dada, hanya menilai pernapasan korban/pasien (ada atau tidak ada pernapasan)
2.    Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, denvut nadi tidak ada lakukan kompresi dada
    Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar
    Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali tiap 10 detik
    Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.
    Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali kompresi 30 kali tiap 10 detik.
    Lakukan 4 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2 kali bantuan pernapasan)
8.       Penilaian Ulang
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian korban dievaluasi kembali,
ü      Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan
        napas dengan rasio 30 : 2.
ü      Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap
ü      Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 10 – 12 kali permenit dan monitor nadi setiap saat.
ü      Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan napas tetap terbuka kemudian korban/pasien ditidurkan pada posisi sisi mantap.





Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku