Home » , » Asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkhitis

Asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkhitis


I.    DEFINISI
1.    Bronkhitis adalah peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru). (www.medicastore.com)
2.    Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi bronkus. (Ngastiyah, 2005)
3.    Bronkhitis akut adalah penyakit infeksi saluran napas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai dan penyebabnya terutama virus. (FKUI)
4.    Bronkhitis akut adalah suatu peradangan dari bronkoli, bronkus dan trakhea oleh berbagai sebab. (Junadi, 2000)
5.    Bronkhitis merupakan akibat dari beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah dan trakhea biasanya terlibat. (Behrman, 1999)
6.    Brnkhitis kronik adalah batuk produktif selama 3 bulan/lebih dalam 1 tahun, 2 tahun berturut-turut atau lebih. (Behrman, 1999)
7.    Bronkhitis kronik adalah degenerasi saluran bronkus dengan atau tanpa infeksi aktif, tidak menular dan bukan kanker. (Griffith H. Winter, 1994)

II.    ETIOLOGI
Bronkhitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan terutama organisme yang menyerupai bakteri (Micoplasma pneumoniae dan Clamidia).
Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
•    Sinusitis kronis
•    Bronkhiektasis
•    Alergi
•    Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
Resiko infeksi atau iritasi meningkat jika:
•    Merokok (faktor resiko terbesar).
•    Setiap penyakit paru yang menurunkan kekebalan tubuh.
•    Dalam keluarga ada yang menderita Tuberculosis atau penyakit saluran pernapasan lainnya.
•    Terpapar udara kotor (terpolusi).
•    Gizi buruk.
•    Kegemukan.
•    Hidup di lingkungan yang padat/kumuh.
Bronkhitis iritatif bisa disebabkan oleh:
•    Berbagai jenis debu.
•    Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, chlorin, hidrogen sulfida, sulfur bioksida dan bromin.
•    Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida.
•    Tembakau dan rokok lainnya.
Faktor predisposisi alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik dapat menyebabkan terjadinya bronkhitis akut.

III.    PATOFISIOLOGI
Virus masuk ke saluran pernapasan atas terutama pada bronkus. Selain virus ada penyebab bronkhitis yaitu alergi yang mengakibatkan aktifitas sel mast. Keduanya menyebabkan terjadinya inflamasi bronkus dan penebalan dinding bonkus, kemudian menyebabkan hipertropi kelenjar mukosa dan kelenjar sel goblet. Kemudian sel epitezxl mengalami metaplasi skuamosa dan inflasi kronik menyebabkan sekresi mukoid/kental meningkat sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas dan suplai O2 menurun, terjadilah dispneu.





IV.    PATHWAY KEPERAWATAN






























V.    MANIFESTASI KLINIK
Gejalanya berupa:
•    Batuk berdahak (dahak dapar berwarna kemerahan).
•    Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktifitas ringan.
•    Sering menderita infeksi pernapasan.
•    Bengek.
•    Lelah.
•    Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai.
•    Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan.
•    Pipi tampak kemerahan.
•    Sakit kepala.
•    Gangguan penglihatan.

    Bronkhitis infeksiosa sering kali dimulai dengan gejala seperti pilek (hidung meler), lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
    Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkhitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak dan berwarna kuning atau hijau.
    Pada bronkhitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
    Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi terutama setelah batuk.

VI.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
•    Tes fungsi paru-paru
•    Gas darah arteri
Fungsinya untuk mendeteksi komplikasi infeksi dan pembiakan riak dan dahak untuk menemukan bakteri penyebabnya.

•    Rontgen dada
Fungsinya untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobber, benda asing dalam saluran napas dan tuberculosis.

VII.    KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
1.    Infeksi ini dapat menyebar dari bonkus ke dalam jaringan paru dan menyebabkan pneumoniae. Anak akan tampak sakit dengan demam dan menderita batuk menetap.
2.    Jika napas mengi menetap 1 minggu atau lebih, mungkin karena adanya penyebab alergi.
3.    Kadang-kadang seorang anak terutama kelompok usia ini dapat menghirup suatu benda asing secara tidak sengaja seperti kacang tanah. Benda ini menempel di dalam salah satu bronkus kecil. Akibatnya dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan paru, sehingga objek ini harus dikeluarkan secepat mungkin.
4.    Yang kurang serius, pilek dan bronkhitis dapat dikomplikasi oleh radang selaput lendir hidung dan tenggorokan menetap dengan pengeluaran lendir. Lendir berlebihan yang dikeluarkan oleh lubang hidung menuruni bagian belakang tenggorokan dan merangsang jaringan yang halus ini. Hal ini dapat menyebabkan batuk terutama pada malam hari sewaktu anak berbaring, dan batuk dapat berlangsung secara terus menerus dalam beberapa minggu.

VIII.    PENATALAKSANAAN
1.    Tindakan umum
-    Jika anda perokok, berhentilah merokok selama sakit. Merokok akan menghambat penyembuhan dan peningkatan terjadinya komplikasi.
-    Tingkatkan kelembaban udara, sering mandi dengan air hangat.



2.    Pengobatan
-    Untuk gejala yang masih ringan, anda dapat menggunakan asetaminofen untuk mengurangi demam pada anak. Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa dapat diberikan aspirin.
-    Obat batuk boleh diminum jika batuk penderita tidak produktif (tidak ada riak). Menghentikan batuk dengan tiba-tiba dapat membahayakan, sebab lendir dapat tertahan dan mengiritasi saluran napas, menimbulkan pneumoni dan pertukaran oksigen dalam paru berkurang.
-    Antibiotik diberikan pada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya makin tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Pada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetrasiklin/ampisilin. Pada penderita anak-anak diberikan amoxilin.
JIKA PENYEBABNYA VIRUS, TIDAK DIBERIKAN ANTIBIOTIK.
3.    Aktifitas
Istirahatlah sampai suhu tubuh kembali normal dan mulailah kegiatan sehari-hari bertahap bersamaan dengan membaiknya penyakit.
4.    Diit
Tidak ada diit khusus, minum sekurang-kurangnya 8-10 gelas air sehari sehingga lendir menjadi lebih encer dan dapat lebih mudah dibatukkan keluar. Banyak minum terutama sari buah-buahan untuk penurun demam.

IX.    PENCEGAHAN
1.    Jangan merokok
2.    Hindari hidup di lingkungan yang tercemar uap yang mengiritasi.
3.    Jika bekerja di daerah yang terpolusi, usahakan untuk menghindari atau mengurangi polusi.
4.    Hindari perubahan temperatur mendadak, terpapar udara dingin dan basah.
5.    Hindari bicara terlalu keras, tertawa keras, menangis atau bekerja sampai lelah.
6.    Latihan untuk mengeluarkan lendir bronkus dan teknik napas panjang.
7.    Dapatkan pengobatan medis jika mendapat infeksi saluran napas.
8.    Terapi bronkodilator berguna pada bronkhitis dengan mengi.

























ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN BRONKHITIS

I.    PENGKAJIAN
Keluhan utama : pasien mengatakan sering batuk berdahak dan sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang   : pasien batuk sudah lebih dari 2 hari   disertai serak.
Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan bahwa ia belum pernah mengalami sakit seperti sekarang.
Observasi pernapasan terhadap :
    Frekuensi : cepat (takipnea), normal atau lambat untuk anak tetentu
    Kedalaman : kedalaman normal, terlalu dangkal, terlalu dalam, biasanya dari amplitudo torakal dan pengembangan abdomen.
    Kemudahan : kurang upaya, sulit (dipsnea), ortopnea.
    Pernapasan sulit : kontinu, intermitten, menjadi makin buruk dan menetap, awitan tiba – tiba, pada saat istirahat atau kerja, dihubungkan dengan mengi, mengorok.
    Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Observasi adanya :
    Bukti infeksi : peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe servikal, membrane mukosa terinflamasi dan rabas purulen dari hidung, telinga, atau paru – paru.
    Batuk : karakteristik batuk (bila ada), dalam keadaan seperti apa batuk terdengar, sifat batuk berhubungan dengan menelan atau aktivitas lain.
    Mengi : ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi atau musical, memanjang, secara lambat progresif atau tiba – tiba berhubungan dengan pernapasan sulit.
    Sianosis : perhatikan distruksi (perifer, perioral), derajat, durasi berhubungan dengan aktivitas.
    Nyeri dada : mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar. Perhatikan lokasi dan situasi terlokalisir atau menyebar, menyebar dari dasar abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau superficial berhubungan dengan pernafasan cepat, dangkal, atau mengorok.
    Sputum : anak – anak yang lebih besar dapat memberikan sample sputum, perhatikan volume, warna, viskositas dan bau.
    Pernapasan batuk : dapat berhubungan dengan beberapa infeksi pernapasan.

II.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi pada bronchus
2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanik
3.    Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2

III.    INTERVENSI
Dx I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi pada bronchus
    Posisikan untuk ventilasi yang maksimum (jalan napas terbuka).
    Beri posisi nyaman (pertahankan peninggian kepala sedikitnya 30˚).
    Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan bahwa anak tidak merosot untuk menghindari penekanan diafragma.
    Gunakan bantal atau bantalan untuk mempertahankan agar jalan napas tetap terbuka.
    Tingkatkan istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat.
    Dorong teknik relaksasi.
    ajarkan pada anak dan keluarga tentang tindakan yang mempermudah upaya pernapasan, contoh : pemberian posisi yang tepat.
    Beri O2 sesuai kebutuhan.



Dx II : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanik
    Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat untuk perbaikan pertukaran gas (telungkup, semi telungkup atau miring).
    Bantu anak dalam mengeluarkan sputum.
    Lakukan fisio terapy dada.
    Hindari pemeriksaan dan kultur tenggorok pada pasien dengan kecurigaan epiglottis karena dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
    Pastikan masukan cairan yang adekuat untuk mengencerkan sekresi.
    Bantu anak dalam batuk efektif.

Dx III : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2
    Kaji tingkat toleransi fisik anak.
    Bantu anak dalam aktivitas hidup sehari – hari yang mungkin melebihi toleransi.
    Berikan aktivitas pengalihan yang sesuai dengan usia , kondisi, kemampuan dan minat anak.
    Beri aktivitas bermain pengalihan yang meningkatkan istirahat dan ketenangan tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri.
    Beri periodic istirahat dan tidur yang sesuai dengan usia dan kondisi.
    Beri lingkungan yang tenang.
    Atur aktivitas agar tidur maksimal.
    Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak.
    Jangan melakukan tindakan atau prosedur yang tidak esensialuntuk memaksimalkan istirahat.
    Jadwalkan tindakan atau aktivitas laian sesuai kebutuhan anak untuk meminimalkan keletihan.



IV.    EVALUASI YANG DIHARAPKAN
Dx I :
    Kedalaman dalam menarik napas
    Mudah dalam bernapas
    Dapat berbicara dengan lancar

Dx II :
    Jalan napas tetap bersih
    Anak mampu batuk produktif
    Respiratory Rate normal
    Ritme pernapasan normal
    Secret tidak lagi mengganggu jalan napas
    Anak dapat bermain dan beristirahat dengan tenang serta melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia dan akemampuan

Dx III :
    Saturasi oksigen sebagai respon pasien dalam beraktivitas
    RR normal
    Warna kulit
    Dapat melakukan ADL
    Mentoleransi peningkatan aktivitas
    Anak beristirahat dengan cukup









BAB III
PENUTUP

    Bronkhitis merupakan peradangan pada bronchus (saluran udara ke paru – paru). Bronchitis terjadi karena beberapa penyebab diantaranya adalah virus dan bakteri. Adapun penyebab lain diantaranya perokok, menghirup asap, dll. Meskipun Bronkhitis merupakan penyakit yang membahayakan dalam system pernapasan namun ada beberapa pencegahan yang dapat kita lakukan antara lain : dengan tidak merokok, hindari bekerja di daerah yang terpolusi, hindari berbicara terlalu keras, dll.
Selain itu Asuhan Keperawatan yang dapat dilakukan sekarang dapat mengurangi penyakit Bronkhitis semakin berat.




















DAFTAR PUSTAKA


Behram, Ricard E. (1999). Ilmu keperawatan anak nelson. Jakarta: EGC.

Gilbert, Patricia. (1998). Penyakit yang lazim pada anak-anak. Jakarta: Arcan.

Griffith, H. Winter. (1994). Buku pintar kesehatan 796 gejala 520 penyakit 160 pengobatan. Jakarta: Arcan.

Junadi. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta: EGC.

Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006.

Shulman, Standfold T., dkk. (1998). Buku saku panduan penyakit infeksi dan terapi anti mikroba pada anak. Jakarta: EGC.

Wahidayat, Iskandar. (1985). Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak. Jakata: FKUI.

Wong. Donna L. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

http://www.medicastore.com/info_pnyakit/200307/1130.html



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku