Home » , , » ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY PADA PASIEN DENGAN TENTAMEN SUICIDE

ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY PADA PASIEN DENGAN TENTAMEN SUICIDE


I.    DEFINISI

Tentamen suicide adalah suatu tindakan untuk mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997)

Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993).

II.    ETIOLOGI
Penyebab perilaku bunuh diri dapat dikategorikan sebagai berikut :
•    Faktor genetic
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya. Namun kecenderungan genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak menyiratkan bahwa bunuh diri tidak terelakan.
Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar sebuah neurotransmiter, serotonin, mungkin terlibat dalam kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri.
Buku Inside the Brain menjelaskan;Kadar serotonin yang rendah dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.

•    Faktor kepribadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya.
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi.
Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.

•    . Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
•    Faktor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.

•    Gangguan mental dan kecanduan
Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik.
Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan demikian.

Jenis tentamen suicide antara lain :
•    . Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

•    Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.

•    Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.


III.    PATOFISIOLOGI
Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik, dan mempunyai alat untuk melakukannya.
Metode bunuh diri sangatlah beragam antara lain :
•    Self poisoning ( meracuni diri sendiri biasanya memakai obat serangga/ insektisida)
Ada dua macam insektisida yang paling banyak digunakan untuk bunuh diri adalah:
1. insektisida hidrokarbo khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon)
2. insektisida fosfat organic (IFO = organo phosphate insecticide).
Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat - sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini menembus kulit yang normal (intact), juga dapat diserap di paru dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.
Macam – macam IFO adalah Malathion (Tolly), Paraathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon dan lain – lain. IFO sebenarnya dibagi 2 macam yaitu IFO murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh golongan carbamate adalah baygon.

•    Gantung diri

•    Membakar diri

•    Menceburkan diri

•    Menabrakkan diri ke jalan
•    Memotong urat nadi


IV.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari bunuh diri dapat dilihat dari perilaku di bawah ini, antara lain :
a) Keputusasaan
b) Celaan terhadap diri sendiri
c) Perasaan gagal dan tidak berharga
d) Alam perasaan depresi
e) Agitasi dan gelisah
f) Insomnia yang menetap
g) Penurunan berat badan
h) Berbicara lamban
i) Keletihan
j) Menarik diri dari lingkungan social.
k) Pernah melakukan percobaan bunuh diri.
l) Memberikan pernyataan ingin mati.
m) Perubahan perilaku secara mendadak, mudah marah, sifat tidak menentu.
n) Tidak memerdulikan penampilan.



V.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Penilaian klinis keracunan merupakan hal utama pada permulaan keracunan yaitu : Penilaian kesadaran dan respirasi. Kesadaran merupakan salah satu petunjuk penting untuk mengukur berat ringannya keracunan, tingkat kesadaran dalam toksikologi dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :
• Tingkat I : Pasien ngantuk tapi mudah diajak bicara
• Tingkat II : Penderita dalam keadaan spoor, dapat dibangunkan dengan rangsangan minimal misalnya dengan bicara keras – keras atau menggoyangkan lengan.
• Tingkat III: Penderita dalam keadaan soporkoma, hanya dapat nereksi dengan rangsangan maksimal, yaitu dengan menggososk sternum dengan kepalan tangan .
• Tingkat IV: Penderita dalam keadaan koma, Tidak ada reaksi sedikitpun walaupun dengan ransangan maksimal.
Pada dasarnya tindakan utama yang harus dilakukan adalah melakukan ABC ( airway, breathing, circulation) bukan mencari penyebab keracunan, yang dimaksudkan disini adalah hal utama yang harus dilakukan adalah stabilisasi pasien, lakukan priorotas masalah, dan lakukan tindakan yang sesuai.

Menurut ilmu kedokteran penanganan pada pasien dengan keracunan adalah :
Airway
• Perhatikan dan tangani jalan nafas.

Breathing
• Perhatikan pola nafas

Circulation
• Kaji, tetapkan, dan tangani status asam basa dan elektrolit.
• Perhatikan perdarahan dan control perdarahan jika ada.
• Perhatikan status jantung ( denyut nadi, suara,aliran)


Pemeriksaan singkat dengan penekanan pada wilayah – wilayah yang mungkin memberi petunjuk kearah diagnosis toksikologi, meliputi :
• Tanda – tanda vital
Evaluasi yang teliti terhadap tanda – tanda vital yang meiputi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, dan tingkat kesadaran.
• Mata
Mata merupakan sumber informasi yang penting untuk toksikologis, karena beberapa kasus tosikologis menyebabkan perubahan pada mata. Tetapi tidak menentukan prognosis keracunan, gejala ini tidak bisa dijadikan pegangan.
• Mulut
Mulut mungkin menunjukkan tanda – tanda terbakar yang disebabkan oleh unsur korosif atau mungkin menunjukkan bekas tertentu yang menjadi ciri khas dari suatu bahan toksik.
• Kulit
Kulit sering menunjukkan adanya kemerahan atau keluar keringat yang berlebihan.

• Abdomen
Perubahan bising usus biasanya menyertai perubahan tingkat kesadaran. Pada kesadaran tingkat III biasanya bising usus negatif, dan pada tingkat IV selalu negative, sehingga pemeriksaan ini bisa dipakai untuk mencocokkan tingkat kesadaran.

Penatalaksanaan
1. Resusitasi
Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 – 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat – obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 –30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus halus dan tebal.
Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun, atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan KL sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.

3. Antidotum
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan.
•    Mula –mula diberikan bolus iv 1 – 2,5 mg.
•    Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit sampai timbul gejala – gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).
•    Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit, selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 – 8 dan 12 jam.
•    Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal.
Setelah kondisi pasien stabil lakukan pemerikasaan anamnesis dan pemeriksaan fisik lanjutan dan bila perlu lakukan pemeriksaan laboratorium.













VI.    PENGKAJIAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian:
•     Wawancara
•    Pemeriksaan fisik
•    Observasi atau pengamatan
•    Catatan atau status pasien
•    Kolaborasi dengan tim kesehatan lain


a.    Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat berbicara dan bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien untuk bernafas secara normal.
Pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri secara penenggelaman, mungkin akan ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai dengan muntah dan sesak nafas hebat.

b.    Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya. Penurunan oksigen yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita.
Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia. Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.
c.    Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji kemampuan venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien Penurunan kardiak out put dan tekanan darah, klien dengan syok hipovolemik biasanya akan menunjukan beberapa gejala antara lain,
Urin out put menurun kurang dari 20cc/jam, Kulit terasa dingin, Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia
d.    Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah :
A : Awakening
V : Respon Bicara
P : Respon Nyerin
U : Tidak Ada Nyeri
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penrunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
e.    . Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan atau cidera yang berhubungan dengan keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin dialami oleh klien dengan tentamen suicide, beberapa klien dengan tentamen suicide akan mengalami trauma pada lokasi tubuh percobaan bunuh diri tersebut, misalnya di leher, pergelangan tangan dan dibagian-bagian tubuh yang lain

VII.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Kekurangan voleume cairan
3. Pola nafas tidak efektif
4. Gangguan pertukaran gas
5. Gangguan perfusi jaringan
VIII.    INTERVENSI KEPERAWATAN

1.    Diagnosa keperawatan 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan: Bersihan jalan napas kembali efektif
KH:
 Menunjukkan jalan napas paten dg bunyi napas bersih
 Tidak ada dipsneu
 Sekret dapat keluar
NIC: Pengelolaan Jalan Napas
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
c. Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
d. Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
e. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
f. Kaji vital sign dan status respirasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat bronkodilator serta mukolitik ekspektoran.
2.    Diagnosa keperawatan 2 : Kekurangan volume cairan
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit adekuat.
NOC : Fluid balance

Kriteria hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai berat badan
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
3) Tidak ada tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa lembab.
Skala penilaian NOC :
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Selalu menunjukan
NIC : Fluid management
1) Pertahankan intake dan output sesuai berat badan
2) Monitor status hidrasi
3) Monitor TTV
4) Kolaborasi pemberian cairan IV
5) Anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan makanan dan cairan
6) Monitor adanya tanda dehidrasi, turgor kulit dan mukosa bibir
3.    Diagnosa keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien bisa bernafas dengan lega dengan criteria hasil :
- respirasi 20x/mnt
- pasien tidak terengah – engah dalam bernafas
- pasien tampak rileks
Intervensi :
• Berikan terapi oksigen
Rasional : membantu mencukupi kebutuhan oksigen
• Berikan posisi tendelenberg
Rasional : meningkatkan aliran balik vena
• Observasi TTV, terutama respirasi tiap 4 jam sekali
Rasional : membantu mengevaluasi perkembangan pola nafas
• Kolaborasi medis untuk pemberian obat golongan epinefrin
Rasional : membantu pembuluh kapiler dilatasi

4.    Diagnosa keperawatan 4 : gangguan pertukaran gas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas lancar.
NOC : Respiratory status : gas exchange
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat.
b. Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan .
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC : Airway management
Aktivitas :
• Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila perlu.
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
• Berikan bronkodilator bila perlu.
• Monitor konsentrasi dan status oksigen.
5.    Diagnosa keperawatan 5 : gangguan perfusi jaringan
Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi pada jaringan serebral
NOC I: Status sirkulasi
a. Tekanan darah sistol normal
b. Tekanan darah diastole normal
c. Denyut nadi normal
d. Tekanan vena sentral normal
e. Tekanan paru paru normal
f. Denyut jantung normal
g. Irama jantung normal
h. Perbedaan oksigen darah di arteri dan vena normal
Keterangan Skala
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC
1. Awasi sirkulasi
a. Evaluasi adanya edema perifer dan nadi
b. Lihat / kaji kulit ada luka atau tidak
c. Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri
d. Ekstermitas bawah direndahkan untuk meningkatkan sirkulasi arteri
e. Ganti posisi pasien paling sedikit 2 jam
f. Monitor stress cairan, ternasuk cairan dan keluaran.





















DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta kedokteran, editor, Mansjoer Arif (et.al) ed.III, ce. 2.1999. Pasien dengan Tentamina Suicidum Media Aesculapius: Jakarta

Muhaj, Khaidir. 2009. Askep keracunan.

Raharjo, Teguh. 2011. Makalah Bunuh Diri Suicide.

Tahir, Edi. 2010. Askep Klien Tentamen suicide


Wicaksono, Deni. 2011. Mekanisme Syok Hypovolemik











Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku