Home » , » Asuhan keperawatan anak dengan BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR)

Asuhan keperawatan anak dengan BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR)


A.    DEFINISI
Berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir yang berat badanya saat lahir kurang dari 2500 gr ( sampai dengan 2499 gr ). Berkaitan dengan penangananya dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan menjadi :
    Bayi berat lahir rendah ( BBLR ), berat lahir 1500 – 2500 gr
    Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gr
    Bayi berat lahir ekstrem rendah ( BBLER ), berat lahir < 1000 gr
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gr ( Surasmi, 2003 : 30 )
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr tanpa memperhatikan umur kehamilan ( Mansjoer, 2003 : 326 )
BBLR adalah bayi dengan berat badanya 2500 gr atau kurang saat lahir dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterin yang kurang dari yang diharapkan atau keduanya (Sacharin, 1956: 172)
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) menurut Surasmi dapat dikelompokan menjadi :
1.    Prematuritas murni
Yaitu bayi dengan masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kahamilan ( berat terletak antara persentil ke -10 sampai persentil ke – 90 pada intrauterus grwoth curve, atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB - SMK), Neonatus Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NCB - SMK), Neonatus Lebih Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (NLB - SMK)
2.    Dismaturitas
Yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badannya yang seharusnya untuk usia kehamilan. Ini menunjukan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin,dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, post term. Dismatur ini dapat juga : Neonatus kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKBKMK),  

B.    ETIOLOGI
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur :
1.    Faktor ibu
Riwayat kesehatan prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung / penyakit kronik lainya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan terlalu dekat, infeksi dan trauma serta diabetes mellitus.
2.    Faktor janin
Bakat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
3.    Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4.    Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok, alcohol.
5.    Faktor Lingkungan : temat tinggal d dataran tinggi radiasi dan zat – zat beracun.
6.    Tidak diketahui

Penyebab BBLR menurut Surasmi ( 2003 ) :
1.    Penyebab kelahiran prematur
a.    Faktor ibu
-    Toksemia gravidarum yaitu preeklamsia atau eklamsia
-    Kelainan bentuk uterus ( misalnya uterus bikamis, inkompeten serviks )
-    Tumor ( misalnya mioma uteri, sistoma )
-    Ibu yang menderita penyakit antara lain :
o    Akut dengan gejala panas tinggi ( misalnya tifus abdominalis, malaria )
o    Kronis ( misalnya TBC, penyakit jantung )
-    Trauma pada masa kehamilan yaitu :
o    Fisik (misalnya jatuh)
o    Psikologis ( misalnya strees )
-    Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
-    Plasenta antara lain plasenta previa, solusio plasenta
b.    Faktor janin
-    Kehamilan ganda
-    Hidramnion
-    Ketuban pecah dini
-    Cacat bawaan
-    Infeksi ( misal : rubela, sifilis, toksoplasmolisis )
-    Insufisiensi plasenta
-    Inkomtabilitas darah ibu dan janin ( faktor resus, golongan darah ABO )
c.    Faktor plasenta
-    Plasenta previa
-    Solusio plasenta
d.    Tidak diketahui
2.    Penyebab kelahiran dismatur
a.    Faktor janin
-    Kelainan kromosom
-    Infeksi janin kronis
-    Distonomia kamilial
-    Retardasi kehamilan ganda
-    Aplasia pankreas
b.    Faktor plasenta
Berat plasenta kurang / plasenta berongga atau keduanya, luas permukaan kurang, plasentatis virus, infark, tumor, plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar.
c.    Faktor ibu
-    Toksemia
-    Hipertensi
-    Penyakit ginjal (nefritis akut)
-    Hipotermi ( penyakit jantung sianotik, penyakit paru )
-    Malnutrisi
-    Anemia sel sabit
-    Ketergantungan obat, narkotik, alkohol, rokok
Faktor –faktor yang mempengaruhi BBLR  menurut
Mariyati Sukarni (1989 : 25) adalah :
a)     Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan
b)    Perioda gestasi paling sedikit 8 bulan, jarak paling ideal anatara 18 – 36 bulan, jika pernah terjadi komplikasi.
c)    Umur ibu, antara 20 – 35 tahun adalah umur-umur paling baik untuk kehamilan
d)    Jumlah kehamilan dimana paling ideal adalah kurang dari 4
e)    Pemeriksaan kehamilan, paling sedikit 3 kali kunjungan. Kunjungan pertama segera setelah diketahui adanya kehamilan.

C.    MANIFESTASI KLINIS
1.    Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2003 : 32 ) adalah :
-    Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
-    Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
-    Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
-    Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
-    Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
-    Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
-    Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
-    Rambut lanugo masih banyak
-    Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
-    Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah – olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
-    Tumit mengkilap, telapak kaki halus
-    Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
-    Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
-    Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
-    Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih kurang
-    Verniks tidak ada atau kurang
2.    Tanda dan gejala bayi dismatur menurut Surasmi ( 2003 : 34 ) adalah :
-    Bayi dismatur praterm : terlihat gejala fisik prematur ditambah dengan gejala retardasi pertumbuhan dan pelisatan
-    Bayi dismatur aterm dan posterm : terlihat pelisatan
-    Gejala insufisiensi plasenta tergantung pada saat dan lamanya bayi menderita defisit, retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung lama ( kronis )
-    Stadium bayi dismature :
1.    Stadium pertama
-    Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang
-    Kulitnya longgar, kering seperti permanen tetapi belum terdapat noda mekonium
2.    Stadium kedua
-    Terdapat tanda stadium pertama
-    Warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus ( karena mekonium tercampur ), amnion mengendap di kulit, umbilikus dan plasenta akibat anoreksia intrauteri
3.    Stadium ketiga
-    Terdapat tanda stadium ketiga
-    Kulit, kuku, tali pusat berwarna kuning
-    Ditemukan tanda anoreksia intra uterin yang lama
D.    PATOFISIOLOGI
1.    Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ), pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
2.    Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah, kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap. 
3.    Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru – paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru – paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru – paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat 60 – 80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.
4.    Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100 – 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
5.    Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.

6.    Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah
7.    Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau skrotum.
8.    Sistem Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional            ( peralihan ) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang lama
E. PATHWAY
 Keterangan :  maaf pathway ada pada word yang ke 2, karena ukuran tidak muat jika di simpan di word ini.

F.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi menurut Surasmi ( 2003: 42 ) adalah :
1.    Hipotermia
Tanda klinis hipoternia antara lain :
-    Suhu tubuh di bawah normal
-    Kulit dingin
-    Akral dingin
-    Sianosis
2.    Sindrom gawat napas
Tanda klinis sindrom gawat napas :
-    Pernapasan cepat
-    Sianosis perioral
-    Merintih waktu ekspirasi
-    Retraksi substernal dan interkosta
3.    Hipoglikemia
Tanda klinis hipoglikemia antara lain :
-    Gemetar atau tremor
-    Cianosis
-    Apatis
-    Kejang
-    Apnea intermiten
-    Tangisan lemah atau melengkung
-    Kelumpuhan atau letargi
-    Terdapat gerakan pusat mata
-    Keringat dingin
-    Hipotermia
-    Gagal jantung dan henti jantung
( Sering berbagai gejala muncul bersama – sama )
4.    Perdarahan intra kranial
Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial :
-    Kegagalan umum untuk bergerak normal
-    Reflek moro menurun atau tidak ada
-    Tonus otot menurun atau tidak ada
-    Pucat dan cianosis
-    Apnea
-    Kegagalan menetek dengan baik
-    Muntah yang kuat
-    Tangisan bernada tinggi dan tajam
-    Kejang
-    Kelumpuhan
-    Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
-    Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinis sedikitpun

5.    Rentan terhadap infeksi
Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
6.    Hiperbilirubinemia
Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain :
-    Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning
-    Letargi
-    Kemampuan menghisap menurun
-    Kejang
7.    Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kadang kurang sedikit, struktuir kulit belum matang dan rapuh, sensibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakan integritas kulit terutama pada daerah yang sering tertekan.



G.    PENANGANAN
    Pengaturan Suhu Badan Bayi BBLR
Bayi Prematur dengan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, oleh karena itu harus di rawat dalam incubator sehingga panas dalamnya mendekat dalam rahim. Bila bayi di rawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg 35 derajad celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2- 2,5 kg adalah 33- 34 derajad celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat di bungkus dengan kain dan di sampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat di pertahankan.
    Makanan bayi BBLR
Alat pencernaan belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,sedangkan kebutuhan protein 3- 5 gr /kg BB dan kalori 110 kal / kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam seetelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah sehingga pemberian minum sedikit demi sedikit, tetapi sering . Dapat diberikan ASI dengan sendok secara perlahan, atau sonde menuju lambung . Permulaan cairan di berikan sekitar 50 – 60 cc /kg BB /hari dan terus dinaikan mencapai sekitar 200 cc /kg BB/ hari. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150 ml/kg BB/ hari.
Penimbangan berat badan secara rutin. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi bayi dan erat kaitanya dengan kondisi tubuh.
    Menghindari infeksi
Khususnya bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang lemah, kemampuan leokusit masih kurang, pembentukan ati body belm sempurna, dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi secara khusus dan terisolasi dengan baik.










ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

A.    PENGKAJIAN
    WAWANCARA
1.    Riwayat penyakit terdahulu
Adanya riwayat penyakit seperti hipetensi, DM,toksemia
2.    Nutrisi Ibu
      Malnutrisi, konsumsi kafein, pengguna obat - obatan, merokok, konsumsi alkohol,dll
3.    Riwayat Ibu
-    Umur dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun
-    Latar belakang rendah
-    Rendahnya gizi
-    Konsuitasi genetik yang pernah di lakukan
4.    Riwayat Kehamilan
-    Kehamilan kembar
-    Jarak kehamilan yang berdekatan
-    Kehamilaan sebelumnya ,aborsi
-    Tak adanya perawatan sebelum kelahiran
    PEMERIKSAAN FISIK
1.    Bayi pada saat kehamilan
-    BB < 2500 gr
-    Terlihat kurus
-    Lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada
-    Kepala relatif lebih besar dibandingkan badan ,3 cm lebih besar dibandinkan lebar dada
-    Penilaian APGAR SCORE pada 1 -5 menit
0 – 3 menujnukan kegawatan  yang parah
4 – 6 kegawatan sedang
7 -10 Normal  (asfiksia ringan)


2.    Kardiovaskuler
-    Denyut jantung rata - rata 120 - 16 permenit pada bagian apekal dengan ritme yang teratur.
-    Pada saat kelahiran : kebisingan jantung terdengar pada setengah bagian interkostal yang menunjukan aliran dari kanan ke kiri karena hipertensi  atau atetektasis paru.
3.    Gastrointestinal
-    Penonjolan  abdomen dan pengeluaran mekonuim terjadi dalam waktu 12 jam
-     Reflek menelan dan menghisap lemah
-    Ada atau tidaknya anus, ketidak normalan kogenital lain.
4.    Integumen
-    Kulit berwarna merah, merah muda, kekuning – kuningan. sianosis atau campuran bermacam warna.
-    Sedikit vernik kaseosa
-    Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh
-    Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap
-    Edema yang menyeluruh ,atau dibagian tertentu yang terjadi saat kelahiran.
-    Kuku pendek,belum melewati ujung jari, rambut jarang mungkin tidak ada sama sekali
-    Pteki atau ekimosis
5.    Muskuloskeletal
-    Tulang kjatilago telinga belum tumbuh denagn sempurna,lembut dan lunak
-    Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak
-    Gerakan lemah dan tidak agresif
6.    Neurologis
-    Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak kembalinya hanya berkembang sebagian.
-    Menelan,menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif
-    Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis
-    Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25 – 26 minggu
-    Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermi
-    Gemetar, kejang dan mata berputar – putar biasaya bersifat sementara tetapi  mungkin juga  ini mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
7.    Pernafasan
-    Jumlah penafasan rata - rata 40 – 60 permenit dibagi dengan periode apnoe
-    Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar) dengkuran, retraksi (interkostal,supra sternal,substernal)
-    Terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru - paru
8.    Ginjal
-    Berkemih setelah 8 jam kelahiran
-    Ketidak mampuan  untuk melarutkan ekskresi kedalam urine
9.    Reproduksi
-    Bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum    berkembang
-    Bayi laki – laki skrotum yanag menonjol dengan rugae kecil.testis  belum turun di skrotum
10.    Aktivitas / Istirahat
     Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam dan tangis masih lemah, tidak aktif, tremor.
    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
            Pada pemeriksan laboratorium  didapati:
1.    Pemeriksaan kadar glukosa
      Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50 - 60 mg/dl dalam 72 jam pertama.Pada bayi berat lahir rendah kadar gula darah 40 mg /dl hal ini disebabkan karena cadangan makanan glikogen  yang belum  mencukupi  ( hiploglikemi).bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/ dl 


2.    Pemeriksan kadar  bilirubin
Kadar bilirubin normal pada bayi prematur  10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada hari pertamake hidupan, 8 mg/dl 1- 2hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. Hiperbilirubun terjadi karena belum matangnya fungsi hepar.
3.    Jumlah sel darah putih : 18.000 mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000 – 24.000 mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
4.    Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakaan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragikprenatal/ perinatal)
5.    Hemoglobin (Hb) : 15 -20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemi atau hemolisis berlebihan)
6.    Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4 -6 jam pertama setelah kelahiran ratra- rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 -70 mg/dl pada hari ke tiga.
7.    Pemantauan Elektrolit (Na, K. Cl), biasanya dalam batas normal pada awalnya.
8.    Pemeriksaan Analisa gas darah.

      (surasmi : 2003 : 44 )
B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan imatur pusat pernafasan , ketidak efektifan jalan nafas,fluktuasi suhu tubuh.
2.    Pola nafas  tidak efektif  b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan masih lemah
3.    Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan
4.    Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal (kegagalan untuk mengkosentrasi urin)
5.    Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot pencernaan yang masih lemah  (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak adekuatan simpanan nutrisi
6.    Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun
7.    Kurang pengetahuan b.d prosedur perawatan
8.    Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah
9.    Pola makan bayi tidak efektif b.d prematuritas (sfingter kardiakesofagus belum matur)
10.    Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tekanan darah rendah
11.    Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan menelan, adanya regurgitasi
12.    Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas
13.     Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas
14.    Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan
15.    Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir rendah
16.     Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua k/bayi/ b.d bayi prematur yang tidak evektif untuk melakukan kontak

      
C.    INTERVENSI

DX I : Pola nafas  tidak efektif  b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan masih lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas kembali efektif
NOC : Respiratory status : ventilation
Kriteria hasil :
    Bernafas mudah
    Tidak ada suara tambahan
    Ekspansi dada simetris
    Irama nafas normal
    Tanda – tanda vital dalam batas normal
Skala indikator :
1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Vital Sign Monitory
Intervensi :
    Monitor td, nadi, suhu, dan RR
    Monitor frekuensi dan irama pernafasan
    Monitor suara paru
    Monitor pola nafas abnormal
    Monitor sianosis perifer
DX. II : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamam proses keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektif
NOC : Respiratory status : Airway patency
Kriteria hasil :
    Mendemonstrasikan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea
    Mampu bernafas dengan mudah dan tidak ada purse lips
    Menunjukan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama nafas frekuensi,pernafasan dalam rentang normal)
    Keluarga mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Indikator skala :
1    : Kompromi sangat baik   
2    : Kompromi sekali       
3    : Kompromi baik   
4    : Kompromi sedang
5    : Tidak ada kompromi


NIC : Airway management
Intervensi :
    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi hiperekstensi dengan memberi gulungan popok di bawah bahu)
    Keluarkan sekret dengan vibrasi atau suction
    Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
    Identifikasi pasien adanya alat nafas buatan
    Monitor respirasi dan status oksigen
DX. III : Ketidak efektifan pola minum bayi b.d prematuritas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamam proses keperawatan diharapkan pola minum bayi efektif
NOC : Bresatfeeding Estabilshment : infant
Kriteria hasil :
    Pasien  dapat menyusu dengan efektif
    Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi masalah menyusui
    Bayi menandakan kepuasan menyusui
    Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui
Skala indikator :
1.    : Tidak pernah menunjukan
2.    : Jarang menunjukan
3.    : Kadang menunjukan
4.    : Sering menunjukan
5.    : Selalu menunjukan

NIC : Airway management
Intervensi :
    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi hiperekstensi dengan memberi gulungan popok di bawah bahu)
    Keluarkan sekret dengan vibrasi atau suction
    Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
    Identifikasi pasien adanya alat nafas buatan
    Monitor respirasi dan status oksigen
DX IV    : Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas normal
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil :
    Suhu tubuh dalam rentang normal
    Tidak ada perubahan warna kulit
    Nadi dan respirasi dalam rentang normal
    Hidrasi adekuat
Skala indikator :
     1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
    Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam
    Monitor tanda – tanda hipertermi atau hipotermi
    Monitor tanda – tanda vital
    Monitor warana dan suhu kulit
    Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
    Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
    Rawat pasien dalam inkubator
DX V    : Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal (kegagalan untuk mengkosentrasi urin)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi atau tercukupi
NOC : Fluid balance
Kriteria hasil :
    Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan berat badan
    Tanda – tanda vital dalam batas normal
    Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
    Elastisitas turgor kulit baik
    Membran mukosa lembab,
    Tidak ada rasa haus yang berlebi
Skala indikator :
     1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Fluid Management
Intervensi :
    Timbang popok atau pembalut tiap kali ganti
    Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat
    Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah orotostatik )
    Monitor TTV
    Kolaborasi pemberian cairan IV
DX VI : Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot pencernaan yang masih lemah  (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak adekuatan simpanan nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil :
    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
    Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan dan umur kelahiran
    Keluarga Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi
    Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
    Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Skala indikator :
     1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Pengelolaan nutrisi
Intervensi :
    Pantau asupan nutrisi pasien
    Pantau nilai laboratorium
    Timbang pasien pada interval yang tepat
    Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi pasien dan bagaimana memenuhinya
    Kolaborasi bersama ahli gizi
    Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
DX VII    : Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko infeksi
NOC : Status imun
Kriteria hasil :
    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
     Keluarga menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
    Jumlah leukosit dalam batas normal
Skala indikator :
     1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Perlindungan terhadap infeksi
Intervensi :
    Pantau tanda dan gejala infeksi ( misal : suhu tubuh , denyut jantung )
    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi ( misal : tanggap imun rendah )
    Pantau hasil laboratorium(leukosit)
    Ajarkan kepada keluarga tanda atau gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan
    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan(lakukan perawatan tali pusat secara aseptik)
    Batasi jumlah pengunjung dan pantau pengunjang akan adanya lesi kulit
    Pertahankan teknik isolasi bila perlu
Diagnosa VIII    : Kurang pengetahuan berhubungan dengan, prosedur perawatan
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan keluarga adekuat
NOC        : Knowledge : disease process
Kriteria hasil    :
    Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
    Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar
    Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat / tim kesehatan lainnya
Indikator skala    :
1.    Tidak pernah dilakukan
2.    Jarang dilakukan
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan
5.    Selalu dilakukan
NIC        : Teaching : disease process
Intervensi    :
    Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang benar.
    Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
    Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
    Sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penaganan.
Diagnosa IX    : Menyusui tidak evektif b.d refleks hisap masih lemah
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bayi dapat menyusu dengan efektif
NOC        : Breatstfeeding eastablisment : infant
Kriteria hasil    :
    Ketepatan bayi menangkap  / memasukan areola
    Keteptan bayi menekan areola
    Koreksi isapan dan penempatan lidah
    Terdengar tegukan
    Susui minimal 5 -10 tiap payudara
Indikator skala    :
1.    Tidak pernah dilakukan
2.    Jarang dilakukan
3.    Kadang dilakukan
4.    Sering dilakukan
5.    Selalu dilakukan
NIC        : Membantu menyusui
Intervensi    :
    Sediakan kesempatan kontak ibu dan bayi untuk menysui sejak 2 hari setelah lahir
    Pantau kemampuan bayi dalam menghisap
    Pantau kemampuan bayi dalam menangkap areola
    Anjurkan pada ibu dalam menyusui, bayi dalam posisi relaks
    Diskusikan penggunaan pompa Asi jika bayi tidak mampu menghisap
Diagnosa X : Pola makan bayi tidak efektif b.d prematuritas (sfingter kardiakesofagus belum matur)
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola makan bayi efektif
NOC        : Breastfeeding Maintenance
Kriteria hasil    :
    Bayi tumbuh dalam rentang normal
    Perkembangan bayi dalam rentang normal
    Keluarga mengetahui perkembangan bayi
    Ibu mampu menyimpan ASI dengan benar
Indikator skala    :
1.    Tidak adekuat
2.    Sedikit adekuat
3.    Cukup adekuat
4.    Adekuat sedang
5.    Sangat Adekuat
NIC        : Monitor Nutrisi
Intervensi    :
    BB dalam interval yang jelas
    Monitor BB yang hilang dan yang masuk
    Monitor bayi selama di susui / diberi makan
    Keluarga mengetaui pertumbuhan dan perkembangan bayi
Diagnosa XI     : Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tekanan darah rendah
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer efektif
NOC        : Perfusi jaringan perifer
Kriteria hasil    :
    Nadi perifer kuat
    Panca indra normal
    Fungsi otot lengkap
    Warna kulit normal
    Tidak ada edema perifer
Indikator skala    :
1    : Kompromi sangat baik   
2    : Kompromi sekali       
3    : Kompromi baik   
4    : Kompromi sedang
5    : Tidak ada kompromi
NIC        : Cirkulation Care
Intervensi    :
    Evaluasi edema dan nadi perifer
    Pantau kulit adanya ulserasi atau tidak
    Naikan kepala dengan 20 derajat
    Monitor TD
    Pertahankan hidrasi yang adekuat
Diagnosa XII : Resiko teraspirasi b.d penurunan sfingter esofagus, gangguan menelan, adanya regurgitasi
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi aspirasi
NOC        : Respiratory Status : Gas exchange
Kriteria hasil    :
    Kemudahan bernafas
    Tidak ada sianosis
    Pa Oksigen dalam batas normal
    Pa carbondioksida dalam batas normal
    PH arteri dalam batas norma
Indikator skala    :
1    : Kompromi sangat baik   
2    : Kompromi sekali       
3    : Kompromi baik   
4    : Kompromi sedang
5    : Tidak ada kompromi
NIC        : Positioning
Intervensi    :
    Tempatkan dalam posisi terapetik
    Tinggikan bagiant   tubuh (kepala 20 darajat)
    Posisikan untuk mengurangi dispnea dan resiko aspirasi
    Posisikan untuk memudahkan ventilasi
Diagnosa XIII : Resiko pertumbuhan tidak proporsional b.d prematuritas
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertumbuhan proporsional
NOC        : Growth
Kriteria hasil    :
    BB sesuai umur
    BB sesuai jenis kelamin
    BB sesuai TB
    Lajunya penambahan BB
    Lingkar kepala sesuai umur
Indikator skala    :
1    : Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan
2    : Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan       
3    : Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik   
4    : Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan
5    :Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan
NIC        : Nutrisi Monitory
Intervensi    :
    BB dalam interval yang jelas
    Monitor BB yang hilang dan yang masuk
    Monitor bayi selam disusui
    Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa XIV : Resiko keterlambatan perkembangan b.d Prematuritas
Tujuan        :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perkembangan tidak terjadi keterlambatan
NOC        : Newborn Adaptation
Kriteria hasil    :
    Apgar score
    Indeks umur kehamilan
    Naadi rata – rata 100 – 160 x/ menit
    Respirasi rata- rata 30 – 60 x/ menit
    Saturasi O2 > 90 %
    Reflek menghisap
    BB
    Respon rangsang
    Level bilirubin
Indikator skala    :
1    : Penyimpangan luar biasa dari hasil yang di harapkan
2    : Penyimpangan berat dari hasil yang di harapkan       
3    : Penyimpangan sedang dari hasil yang di harapkan Kompromi baik   
4    : Penyimpangan cukup dari hasil yang di harapkan
5    :Tidak ada penyimpangan dari hasil yang di harapkan
NIC        : Development Enhanchement
Intervensi    :
    Identifikasi kebutuhan bayi
    Fasilitasi kontak dengan ibu
    Gunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi
    Bangun rasa kepercayaan ibu pada perawat

Diagnosa XV : Resiko kerusakan integritas kulit b.d factor mekanik penekanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit
NOC : Tissue Integritas : skin and Mucous membran
Kriteria hasil :
    Integritas kulit yang baik di pertahankan
    Tidak ada luka lesi pada kulit
    Perfusi jaringan baik
    Ibu mampu mempertahankan integritas kulit bayinya
Skala indikator :
     1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
    Hindari kerutan pada tempat tidur
    Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih
    Monitor kulit akan adanya kemerahan
    Oleskan minyak pada daerah yang tertekan
    Memandikan bayi dengan air hangat
DX XVI : Resiko syndrom kematian bayi mendadak b.d berat lahir rendah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi kematian bayi mendadak
NOC : Daya tahan
Kriteria hasil :
    Aktivitas
    Daya tahan otot
    Pola menyusui
    Penampilan rutin bayi
    Penampilan bayi istirahat
Skala indikator :
 1    : : Kompromi sangat baik   
2    : Kompromi sekali       
3    : Kompromi baik   
4    : Kompromi sedang
5    : Tidak ada kompromi

NIC : Menejemen Energi
Intervensi :
    Monitor inutrisi secara adekuat
    Anjurkan istirahat
    Bantu ibu untuk membuat jadwal istirahat bayi
    Bantu untuk membuat jadwal menyusui
    Pantau lokasi dan pola aami selama aktivitas

DX XVII: Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua k/bayi/ b.d bayi prematur yang tidak evektif untuk melakukan kontak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tejalin kedekatan orang tua dan bayi
NOC : Parent – infant Attachment
Kriteria hasil :
    Adanya kontak mata
    Orang tua dapat merawat kebutuhan
    Orang tua berespon terhadap isyarat bayi
    Orang tua sering dating ke ruang perawatan bayi
Skala indikator :
      1    : Tidak pernah menunjukan
2    : Jarang menunjukan
3    : Kadang menunjukan
4    : Sering menunjukan
5    : Selalu menunjukan


NIC : Mengatu lingkungan : proses kedekatan
Intervensi :
    Pertahankan kehangatan temperature tubuh bayi (selain inkubato dapat dengan pelukan ibu)
    Tempatkan bayi di dekat kamar ibunya
    Ijinkan ibu untuk berkunjung
    Sediakan kursi yang nyaman untuk orang tua yang berkunjung (untuk dapat menyusui dengan nyaman)




D.    EVALUASI

DX. I                                   
Kriteria hasil :                             Skala
    Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat                               5
    Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda – tanda
distress pernapasan                            5
    Tanda – tanda vital dalam rentang nomal                5                       

DX II
Kriteria hasil :                                Skala
    Bernafas mudah                               5
    Tidak ada suara tambahan                           5
    Ekspansi dada simetris                          5
    Irama nafas normal                               5
    Tanda – tanda vital dalam batas normal                  5
DX III
Kriteria hasil                                 Skala 
    Klien dapat menyusu dengan efektif                     5
    Mengverbalisasi teknik untuk mengatasi masalah menyusui        5
    Bayi menandakan kepuasan menyusui                 5
    Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui         5

DX IV
Kriteria hasil :                             Skala
    Suhu tubuh dalam rentang normal                            5
    Nadi dan respirasi dalam rentang normal                        5
    Tidak ada perubahan warna kulit                            5           
DX V
Kriteria hasil :                             Skala
    Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan
berat badan                                   5
    Tanda – tanda vital dalam batas normal                  5
    Tidak ada tanda - tanda dehidrasi,                      5
    Elastisitas turgor kulit baik,                            5
    Membran   mukosa lembab                          5
    Tidak ada rasa haus yang berlebih                      5
DX VI
Kriteria hasil :                                Skala
    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan                                      5   
    Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
dan umur kelahiran                                 5
    Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi                5
    Tidak ada tanda – tanda malnutrisi                        5
    Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti               5       
DX VII
Kriteria hasil :                                Skala
    Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi                    5
    Menunjukan kemampuan untuk mencegah            
timbulnya infeksi                                5
    Jumlah leukosit dalam batas normal                       5
Diagnosa VIII
Kriteria hasil    :                             Skala
    Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
 kondisi, prognosis, dan program pengobatan                5
    Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di
jelaskan secara benar                            5
    Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan perawat / tim kesehatan lainnya                    5

Diagnosa IX                                 Skala
    Ketepatan bayi menangkap  / memasukan areola            5
    Keteptan bayi menekan areola                    5
    Koreksi isapan dan penempatan lidah                   5
    Terdengar tegukan                            5
    Susui minimal 5 -10 tiap payudara                    5

Diagnosa X                                 Skala
    Bayi tumbuh dalam rentang normal                    5
    Perkembangan bayi dalam rentang normal               5
    Keluarga mengetahui perkembangan bayi                5
    Ibu mampu menyimpan ASI dengan benar                 5

Diagnosa XI
    Nadi perifer kuat                             5
    Panca indra normal                             5
    Fungsi otot lengkap                              5
    Warna kulit normal                             5
    Tidak ada edema perifer                         5

Diagnosa XII
    Kemudahan bernafas                             5
    Tidak ada sianosis                             5
    Pa Oksigen dalam batas normal                     5
    Pa carbondioksida dalam batas normal                 5
    PH arteri dalam batas norma                          5

Diagnosa XIII
    BB sesuai umur                              5
    BB sesuai jenis kelamin                          5
    BB sesuai TB                                  5
    Lajunya penambahan BB                          5
    Lingkar kepala sesuai umur                           5

Diagnosa XIV
    Apgar score                                  5
    Indeks umur kehamilan                          5
    Naadi rata – rata 100 – 160 x/ menit                      5
    Respirasi rata- rata 30 – 60 x/ menit                      5
    Saturasi O2 > 90 %                               5
    Reflek menghisap                               5
    BB                                      5
    Respon rangsang                                 5
    Level bilirubin                                  5

Diagnosa XV
    Integritas kulit yang baik di pertahankan                   5
    Tidak ada luka lesi pada kulit                          5
    Perfusi jaringan baik                               5
    Ibu mampu mempertahankan integritas kulit bayinya               5

Diagnosa XVI
    Aktivitas                                       5       
    Daya tahan otot                                  5
    Pola menyusui                                  5
    Penampilan rutin bayi                              5
    Penampilan bayi istirahat                               5


Diagnosa XVII
    Adanya kontak mata                               5
    Orang tua dapat merawat kebutuhan                       5
    Orang tua berespon terhadap isyarat bayi                   5
    Orang tua sering dating ke ruang perawatan bayi                 5




DAFTAR PUSTAKA


Catzeh, P and Robert.I. 1994. Kapita Selekta Pediatri Edisi II. Jakarta : EGC

Dongoes,M.E,and Moohose.M.F 1996. Rencana Asuhan Keperawat Maternal /Bayi : Pedoman Untuk Perencana Pendokumentasian Perawat Klien. .Jalarta : EGC

Farrer,H.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Joanne C. McCloskey and Gloria M. Bulechek. 1996. IOWA Intervention Project : Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis, Missouri : Mosby – Year Book, inc.

Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Marion Johson, dkk. 2000. IOWA Intervention Project : Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis, Missouri : Mosby – Year Book, Inc.

Saifudin,A.B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006 : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Satharin,R.M 1986. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI.1985 Kuliah Ilmu Kesehatn Anak. Jilid III. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Winknohardjo, H..1999. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : EGC

http://www.Google.co.id     tg 14 mei 2008 pukul 20.00 WIB






Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku