BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1. Definisi
Penyakit diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan/atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari, dan kadang disertai muntah.
Diare adalah: BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair (WHO, 1992)
Diare terjadi jika ada peningkatan frekuensi buang air besar dengan peningkatan isi air di dalamnya (Whaley & Wong, 1994).
Diare didefinisikan sebagai perubahan dalam kebiasaan buang air besar yang merupakan dampak dari lebih sering dan lembeknya feses. (WWW.archdischild.com)
Diare adalah peningkatan jumlah volume, keenceran dan frekkuensi buang air besar, (medistore. Com)
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/ hari) dan konsistensi (feses cair), (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Jenis Diare
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Empat jenis klinis diare antara lain:
a. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan makan/minum
b. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral.
Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi:
a. Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan dalam konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali diakibatkan oleh agen infeksius dalam saluran pencernaan.
b. Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB dan air dalam feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi saluran cerna, penuruna imunitas, alergi makanan, intoleransi laktosa, diare non spesifik (Whaley & Wong, 1994).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak meliputi infeksi interal sebagai berkut :
Infeksi bakteri: vibrio, E. coli, Salmonella, Sigela, Campylobakteri, Yersenia, Aerromonas dan sebagainya..
Infeksi virus: Entro virus, adenovirus, Rotavirus, Astovirus dll.
Infeksi parasit: Cacing protozoa dan jamur.
2) Infeksi Parenteral, ialah infeksi diluar alat pencernaan makan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis/ Tonsiloparingitis, bronkhopnemonia , encepalitis dsb. Keadaan ini terutama tedapat pada anak kurang dari 2 tahun
b. Faktor Malabsorsi
1) Malabsorisi karbohidrat
2) Malabsorsi lemak
3) Malabsorsi Protein
c. Faktor makanan: Makanan basi, beracun alergi terhadap makanan.
d. Psikologis : rasa takut dan cemas
Faktor yang meningkatkan penyebaran kuman penyebab diare:
a. Tidak memadainya penyediaan air bersih
b. Air tercemar oleh tinja
c. Pembuangan tinja yang tidak hygienis
d. Kebersihan perorangan dan lingkungan jelek
e. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
f. Penghentian ASI yang terlalu dini
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsang tertentu ( Misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motalitas usus
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makan seingga timbul diare. Sebaliknya bila pristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula
D. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula pasien cengeng gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai ledir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah sebelum dan sesudah diare dan dapat menyebabkan lambung juga turut meradang, atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit. Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan elektrolit . Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Akibat dehidrasi diuresis berkurang ( oliguri sampai anuri). Bila sudah asidosis metabolis pasien akan tampak pucat dengan pernapasan cepat dan dalam (kussmaul). Asidosis metabolisme karena:
1. Kehilangan NaCO3 melalui tinja diare
2. Ketosis kelaparan
3. Produk- produk metabolik
4. Berpindahnya ion natrium dari cairan intra sel ke ekstrasel
5. Penimbunan laktat ( anoksia jaringan )
Cara Menilai Dehidrasi seperti tercantum di bawah ini:
Gejala Dan Tanda Tak Dehidrasi Dehidrasi Tak Berat Dehidrasi Berat
1. Keadaan Umum Baik Rewel, gelisah, lemah. Apatis, tidak sadar
2. Mata Tidak cekung Cekung & kering Sangat cekung,
3. Air Mata Jika menangis masih ada Jika menangis tidak ada Jika menangis tidak ada
4. Bibir Tidak kering Kering Sangat kering
5. Rasa Haus Tidak merasa haus Haus sekali, jika diberi minum rakus. Tidak bisa minum
6. Cubitan Kulit Jika dicubit cepat kembali Jika dicubit kembali lambat dicubit kembali sangat lambat.
Sumber: (WHO, 1992)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja; makroskopis dan mikroskopis,
2. PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance),
3. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)
4. Pemeriksaan darah; darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum, pada diare yang disertai kejang.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin darah mengetahui faal ginjal.
6. duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitas treutama pada diare kronik.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
Diare cair membutuhkan pergantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses= PWL); ditambah dengan banyaknya cairan yanga hilang melalaui keringat, urin dan pernapasan (Normal water losses); dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water loss=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.
BERAT SAAT INI
[kg] DERAJAT DEHIDRASI
SEDANG (4-6%) BERAT (>7%)
ml/jam
0 - 6 jam ml/jam
7 - 24 jam ml/jam
0 - 6 jam ml/jam
7 - 24 jam
3.0 kg 25 20 45 20
4.0 kg 35 30 60 30
5.0 kg 45 35 75 35
6.0 kg 55 40 90 40
7.0 kg 60 45 100 45
8.0 kg 70 50 115 50
9.0 kg 80 55 130 55
10 kg 90 60 150 60
12 kg 105 65 175 65
15 kg 135 70 220 70
20 kg 175 85 290 85
30 kg 260 90 440 90
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada ststus gizi. Antibiotik dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas kecuali –pada: disentri, kolera, dan diare persisten. Obat-obat antidiare meliputi anti motilitas , adsorbent . anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin
Rencana pengobatan A
Digunakan untuk
1. mengatasi diare tanpa dehidrasi
2. meneruskan terapi diare dirumah
3. memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.
Tiga cara dasar terapi di rumah adalah sebagai berikut:
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair atau air matang, berikan larutan sebanyak anak mau, teruskan pemberian larutan hingga diare berhenti.
2. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
3. Bawa anak kepada petugas bila tidak membaik dalam tiga hari atau mengalami:
BAB cair sering
Muntah berulang-ulang
Sangat haus sekali Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah.
Rencana pengobatan B
Dalam tiga jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila BB anak tidak diketahui dan berikan oralit. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. Drong ibu untuk meneruskan ASI. Untuk bayi kurang 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.
Tunjukkan cara pemberiannya, sesendok teh setiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua.
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
Bila anak muntah tuggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat.
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti rencana A. Bila dehidrasi telah hilang anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
Bial tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulang rencana B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buahseperti rencana A.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana C
Bila ibu harus segera pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:
Tunjukkan jumlah oralit ayang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam dirumah.
Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari
Tunjukkan cara pemberian oralit, memberikan makan anak dan membawa ke perugas kesehatan bila perlu.
G. PENGKAJIAN
Kaji mengenai:
Kemungkinan memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
Kemungkinan adanya infeksi di lokasi lain (misal pernafasan, saluran kemih)
Pengkajian fisik rutin
Observasi terhadap amnifestasi gastroenteritis akut
Kaji status dehidrasi
Catat keluaran feses (jumlah volume, karakteristik)
Kaji tanda-tanda yang berkaitan dengan diare misal muntah, tenesmus, kram
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan dan kolaborasi tang mumngkin muncul, diantaranya:
1. Diare b.d faktor psikologi
2. Kekurangan volum cairan b.d. diare
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. kelembaban, faktor mekanik, gangguan status metabolik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan mengabsorpsi zat-zat gizi b.d. faktor biologis
5. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b.d. dehidrasi
6. Risiko infeksi b.d. malnutrisi
7. PK: hipovolemia / syok
8. PK: Asidosis metabolik
9. PK: hiponatremia
10. PK: hipokalemia
I RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Diare Eliminasi Feses
Kriteria:
• Pola eliminasi dbn
• Kontrol terhadap pergerakan feses
• Warna feses dbn
• Feses yang dikeluarkan sesuai diit
• Konsistensi lunak dan berbentuk
• Diare tidak terjadi
• Tidak ada kram Manajemen diare
• Identifikasi faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya diare
• Monitor tanda dan gejala diare
• Instruksikan keluarga pasien untuk melaporkan setiap episode diare
• Observasi turgor kulit secara teratur
• Lakukan pemeriksaan kultur dansensitivitas feses
• Evaluasi obat-obatan terhadap efek samping gastrointestinal
• Ajakan pasien atau keluarga untuk meminum obat diare dengan tepat
• Evaluasi catatan asupan nutrisi
• Monitor kulit di area perineal terhadap iritasi dan ulserasi
• Ukur keluaran feses
• Berikan diit rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori
• Instruksikan larangan mengkonsumsi laksatif
2. Kekurangan volum cairan b.d. diare Fluid Balance
Karakteristik:
• tekanan darah dbn
• MAP dbn
• Tekanan vena central adekuat
• Pulsasi periref teraba
• Intake-output 24 jam seimbang
• Kehausan tidak ada
• Hidrasi kulit baik
• Membrane mukosa lembab
• Elektrolit serum dbn
• Kebingungan tidak terjadi
Manajemen cairan/ elektrolit
Monitor tingkat elektronik yang abnormal
Batasi asupan air bebas apabila terdapat hiponatremia (Na serum <130mmol/L)
Berikan cairan sesuai kebutuhan
Tingkatkan intake oral
Berikan NGT berdasarkan output
Set aliran cairan intravena sesuia kebutuhan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorik mengenai keseimbangan cairan
Monitor status heodinamik
Koreksi dehidrasi
Pertahankan aliran larutan intravena mengandung elektrolit
Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan
Berikan diit sesuai spesifikasi kebutuhan elektrolit
Monitor cairan
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan ( Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor elektrolit serum dan urine
Monitor osmilalitas serum dan urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa haus
Monitor tanda dan gejala dari odema
Bari cairan sesuai keperluan
Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. kelembaban, faktor mekanik, gangguan status metabolik
Kontrol risiko
Mengetahui mengenai risiko
Kembangkan cara efektif untuk mencegah risiko
Berpartisipasi dalam skreening terhadap masalah yang dihadapi
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Temperatur jaringan sesuai yang diharapkan
Elastisitas sesuai yang diharapkan
Hidrasi sesuai yang diharapkan
Pigmentasi sesuai yang diharapkan
Perspirasi sesuai yang diharapkan
Teksture sesuai yang diharapkan
Bebas lesi jaringan
Kulit intact Skin care topical treatment
Bersihkan kulit dengan sabun antibakteri
Kenakan pakaian yang tidak restriktif
Pakaikan diaper dengan baik
Berikan antibiotik topikal pada area yang terkena
Berikan agen antiinflamasi pada area yang terkena
Inspeksi kulit setiap hari terhadap risiko kerusakan
Dokumnetasikan derajat kerusakan kulit apabila ada
Skin surveilance
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, suhu yang ekstrim, atau adanya drain
Monitor sumber friksi dan tekanan
Monitor kulit terhadap kemerahan dan abrasi
Monitor kulit terhadap kekeringan dan kelembaban
Inspeksi kemungkinan pakaian terlalu sempit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
mengabsorpsi zat-zat gizi b.d. faktor biologis
Status Nutrisi
Karakteristik:
Intake zat gizi (nutrien) adekuat
Intake makanan dan cairan adekuat
Energi tercukupi
Masa tubuh sesuai
Berat badan sesuai usia
Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia dalam rentang normal
Manajemen nutrisi
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Tingkatkan konsumsi protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitor nutrisi
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5. 6 Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b.d. dehidrasi
Termoregulasi
Temperatur kulit sesuai yang diharapkan
Temperatur tubuh sesuai yang diharapkan
Tidak ada perubahan warna kulit
Denyut nadi sesuai yang diharapkan
Pernafasan sesuai yang diharapkan
Hidrasi adekuat Temperature Regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
6. 7 Risiko infeksi b.d. malnutrisi
Risk Control
Pengetahuan tentang resiko
Memonitor faktor resiko dari lingkungan
Mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif
Immune Status
Tidak didapatkan infeksi berulang
Status respirasi sesuai yang diharapkan
Temperatur badan sesuai yang diharapkan
Sel darah putih (WBC) absolut pada batas normal
Sel darah putih (WBC) difrensial pada batas normal
Tidak didapatkan tumor
Integritas mukosa
Integritas kulit Infection Control
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
7. 8 PK: hipovolemia / syok
Perawat akan meminimalkan komplikasi hipov olemi/syok Pantau terhadap tanda dan gejala hipovolemia/syok sebagai berikut:
Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah normal atau sedikit menurun
Keluaran urin <30 ml/jam
Gelisah, agitasi, perubahan fungsi mental
Peningkatan frekuensi pernafasan
Penurunan nadi perifer
Kulit dingin, pucat, atau sianotik
Haus
Manajemen Syok
Monitor parameter tekanan darah dan hemodinanik
Observas tanda dan gejala ketidakadekuatan perfusi (kepucatan, sianosis, pengisian kapiler yang lamban, penurunan kesadaran)
Berikan terapi vasoaktif
Pasang katater urinal
Monitor status cairan
Monitor AGD
Posisikan pasien untuk perfusi yang optimal
Monitor tanda dan gejala kegagalan respirasi
Berikan bantuan ventilasi mekanik apabila ada indikasi
8. 9 PK: Asidosis metabolik Perawat akan meminimalkan komplikasi asidosis metabolik Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik:
- Pernafasan cepat dan lambat
- Sakit kepala
- Mual muntah
- Bikarbonat plasma dan pH arteri rendah
- Perubahan tingkah laku
- Cl serum meningkat
- PCO2 < 35-40 mmH2O
Mulai dengan penggantian cairan secara intravena sesuai program
Pantau nilai AGD dan pH urin
9. PK: hiponatremia
Perawat akan meminimalkan komplikasi hiponatremia Pantau tanda dan gejala hiponatremia
- Letargi sampai koma
- Sakit kepala
- Kelemahan
- Nyeri abdomen
- Kedutan otot atau kejang
- Mual, muntah
- Diare
Beri cairan NaCl secara iv dan hindari pemberian diuretik (kolaborasi)
Pantau masukan dan keluaran serta BAB
10. PK: hipokalemia
Perawat akan meminimalkan komplikasi hipokalemia Pantau tanda dan gejala hipokalemia:
- Kelemahan atau paralisis flaksid
- Refleks tendon dalam hilang atau menurun
- Hipoventilasi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Poliuria
- Hipotensi
- Ileus paralitik
- Perubahan EKG (terdapat gelombang U, gelombang T datar/menurun, ketidakseimbangan irama, dan interval QT memanjang)
- Mual, muntah, anoreksia
Dorong konsumsi makanan tinggi kaliun
Jika pengobatan kalium diberikan secara parenteral, pantau kadar kalium serum selama terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta
Iowa Intervention Project. 1996. Nursing Interventions Clasification (NIC). Editor Joanne C. McCloskey dan Gloria M. Bulechek. Edisi Kedua. Mosby.
Iowa Outcome Project. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Editor: marion Johnson, Meridean Maas, Sue Moorhead. Edisi kedua. Mosby.
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006. NANDA. Philadelphia.
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
1. Definisi
Penyakit diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan/atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari, dan kadang disertai muntah.
Diare adalah: BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair (WHO, 1992)
Diare terjadi jika ada peningkatan frekuensi buang air besar dengan peningkatan isi air di dalamnya (Whaley & Wong, 1994).
Diare didefinisikan sebagai perubahan dalam kebiasaan buang air besar yang merupakan dampak dari lebih sering dan lembeknya feses. (WWW.archdischild.com)
Diare adalah peningkatan jumlah volume, keenceran dan frekkuensi buang air besar, (medistore. Com)
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/ hari) dan konsistensi (feses cair), (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Jenis Diare
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Empat jenis klinis diare antara lain:
a. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan makan/minum
b. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
c. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral.
Berdasarkan onset terjadinya, diare dibedakan menjadi:
a. Diare Akut: merupakan peningkatan frekuensi BAB dan perubahan dalam konsistensi feses yang terjadi secara tiba-tiba, seringkali diakibatkan oleh agen infeksius dalam saluran pencernaan.
b. Diare Kronik: didefinisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi BAB dan air dalam feses dengan durasi lebih dari 14 hari, biasanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi saluran cerna, penuruna imunitas, alergi makanan, intoleransi laktosa, diare non spesifik (Whaley & Wong, 1994).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab diare pada anak meliputi infeksi interal sebagai berkut :
Infeksi bakteri: vibrio, E. coli, Salmonella, Sigela, Campylobakteri, Yersenia, Aerromonas dan sebagainya..
Infeksi virus: Entro virus, adenovirus, Rotavirus, Astovirus dll.
Infeksi parasit: Cacing protozoa dan jamur.
2) Infeksi Parenteral, ialah infeksi diluar alat pencernaan makan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis/ Tonsiloparingitis, bronkhopnemonia , encepalitis dsb. Keadaan ini terutama tedapat pada anak kurang dari 2 tahun
b. Faktor Malabsorsi
1) Malabsorisi karbohidrat
2) Malabsorsi lemak
3) Malabsorsi Protein
c. Faktor makanan: Makanan basi, beracun alergi terhadap makanan.
d. Psikologis : rasa takut dan cemas
Faktor yang meningkatkan penyebaran kuman penyebab diare:
a. Tidak memadainya penyediaan air bersih
b. Air tercemar oleh tinja
c. Pembuangan tinja yang tidak hygienis
d. Kebersihan perorangan dan lingkungan jelek
e. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
f. Penghentian ASI yang terlalu dini
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotic
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsang tertentu ( Misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
c. Gangguan motalitas usus
Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makan seingga timbul diare. Sebaliknya bila pristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula
D. MANIFESTASI KLINIS
Mula-mula pasien cengeng gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai ledir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah sebelum dan sesudah diare dan dapat menyebabkan lambung juga turut meradang, atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit. Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan elektrolit . Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Akibat dehidrasi diuresis berkurang ( oliguri sampai anuri). Bila sudah asidosis metabolis pasien akan tampak pucat dengan pernapasan cepat dan dalam (kussmaul). Asidosis metabolisme karena:
1. Kehilangan NaCO3 melalui tinja diare
2. Ketosis kelaparan
3. Produk- produk metabolik
4. Berpindahnya ion natrium dari cairan intra sel ke ekstrasel
5. Penimbunan laktat ( anoksia jaringan )
Cara Menilai Dehidrasi seperti tercantum di bawah ini:
Gejala Dan Tanda Tak Dehidrasi Dehidrasi Tak Berat Dehidrasi Berat
1. Keadaan Umum Baik Rewel, gelisah, lemah. Apatis, tidak sadar
2. Mata Tidak cekung Cekung & kering Sangat cekung,
3. Air Mata Jika menangis masih ada Jika menangis tidak ada Jika menangis tidak ada
4. Bibir Tidak kering Kering Sangat kering
5. Rasa Haus Tidak merasa haus Haus sekali, jika diberi minum rakus. Tidak bisa minum
6. Cubitan Kulit Jika dicubit cepat kembali Jika dicubit kembali lambat dicubit kembali sangat lambat.
Sumber: (WHO, 1992)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja; makroskopis dan mikroskopis,
2. PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance),
3. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)
4. Pemeriksaan darah; darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum, pada diare yang disertai kejang.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kretinin darah mengetahui faal ginjal.
6. duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitas treutama pada diare kronik.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
Diare cair membutuhkan pergantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah (previous water losses= PWL); ditambah dengan banyaknya cairan yanga hilang melalaui keringat, urin dan pernapasan (Normal water losses); dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water loss=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.
BERAT SAAT INI
[kg] DERAJAT DEHIDRASI
SEDANG (4-6%) BERAT (>7%)
ml/jam
0 - 6 jam ml/jam
7 - 24 jam ml/jam
0 - 6 jam ml/jam
7 - 24 jam
3.0 kg 25 20 45 20
4.0 kg 35 30 60 30
5.0 kg 45 35 75 35
6.0 kg 55 40 90 40
7.0 kg 60 45 100 45
8.0 kg 70 50 115 50
9.0 kg 80 55 130 55
10 kg 90 60 150 60
12 kg 105 65 175 65
15 kg 135 70 220 70
20 kg 175 85 290 85
30 kg 260 90 440 90
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada ststus gizi. Antibiotik dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas kecuali –pada: disentri, kolera, dan diare persisten. Obat-obat antidiare meliputi anti motilitas , adsorbent . anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin
Rencana pengobatan A
Digunakan untuk
1. mengatasi diare tanpa dehidrasi
2. meneruskan terapi diare dirumah
3. memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.
Tiga cara dasar terapi di rumah adalah sebagai berikut:
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair atau air matang, berikan larutan sebanyak anak mau, teruskan pemberian larutan hingga diare berhenti.
2. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
3. Bawa anak kepada petugas bila tidak membaik dalam tiga hari atau mengalami:
BAB cair sering
Muntah berulang-ulang
Sangat haus sekali Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah.
Rencana pengobatan B
Dalam tiga jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila BB anak tidak diketahui dan berikan oralit. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah. Drong ibu untuk meneruskan ASI. Untuk bayi kurang 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:
Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.
Tunjukkan cara pemberiannya, sesendok teh setiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua.
Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
Bila anak muntah tuggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat.
Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan.
Bila tidak ada dehidrasi, ganti rencana A. Bila dehidrasi telah hilang anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
Bial tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulang rencana B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buahseperti rencana A.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana C
Bila ibu harus segera pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:
Tunjukkan jumlah oralit ayang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam dirumah.
Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari
Tunjukkan cara pemberian oralit, memberikan makan anak dan membawa ke perugas kesehatan bila perlu.
G. PENGKAJIAN
Kaji mengenai:
Kemungkinan memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
Kemungkinan adanya infeksi di lokasi lain (misal pernafasan, saluran kemih)
Pengkajian fisik rutin
Observasi terhadap amnifestasi gastroenteritis akut
Kaji status dehidrasi
Catat keluaran feses (jumlah volume, karakteristik)
Kaji tanda-tanda yang berkaitan dengan diare misal muntah, tenesmus, kram
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan dan kolaborasi tang mumngkin muncul, diantaranya:
1. Diare b.d faktor psikologi
2. Kekurangan volum cairan b.d. diare
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. kelembaban, faktor mekanik, gangguan status metabolik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan mengabsorpsi zat-zat gizi b.d. faktor biologis
5. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b.d. dehidrasi
6. Risiko infeksi b.d. malnutrisi
7. PK: hipovolemia / syok
8. PK: Asidosis metabolik
9. PK: hiponatremia
10. PK: hipokalemia
I RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Diare Eliminasi Feses
Kriteria:
• Pola eliminasi dbn
• Kontrol terhadap pergerakan feses
• Warna feses dbn
• Feses yang dikeluarkan sesuai diit
• Konsistensi lunak dan berbentuk
• Diare tidak terjadi
• Tidak ada kram Manajemen diare
• Identifikasi faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya diare
• Monitor tanda dan gejala diare
• Instruksikan keluarga pasien untuk melaporkan setiap episode diare
• Observasi turgor kulit secara teratur
• Lakukan pemeriksaan kultur dansensitivitas feses
• Evaluasi obat-obatan terhadap efek samping gastrointestinal
• Ajakan pasien atau keluarga untuk meminum obat diare dengan tepat
• Evaluasi catatan asupan nutrisi
• Monitor kulit di area perineal terhadap iritasi dan ulserasi
• Ukur keluaran feses
• Berikan diit rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori
• Instruksikan larangan mengkonsumsi laksatif
2. Kekurangan volum cairan b.d. diare Fluid Balance
Karakteristik:
• tekanan darah dbn
• MAP dbn
• Tekanan vena central adekuat
• Pulsasi periref teraba
• Intake-output 24 jam seimbang
• Kehausan tidak ada
• Hidrasi kulit baik
• Membrane mukosa lembab
• Elektrolit serum dbn
• Kebingungan tidak terjadi
Manajemen cairan/ elektrolit
Monitor tingkat elektronik yang abnormal
Batasi asupan air bebas apabila terdapat hiponatremia (Na serum <130mmol/L)
Berikan cairan sesuai kebutuhan
Tingkatkan intake oral
Berikan NGT berdasarkan output
Set aliran cairan intravena sesuia kebutuhan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorik mengenai keseimbangan cairan
Monitor status heodinamik
Koreksi dehidrasi
Pertahankan aliran larutan intravena mengandung elektrolit
Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan
Berikan diit sesuai spesifikasi kebutuhan elektrolit
Monitor cairan
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan ( Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor elektrolit serum dan urine
Monitor osmilalitas serum dan urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor membran mukosa dan turgor kulit, serta rasa haus
Monitor tanda dan gejala dari odema
Bari cairan sesuai keperluan
Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d. kelembaban, faktor mekanik, gangguan status metabolik
Kontrol risiko
Mengetahui mengenai risiko
Kembangkan cara efektif untuk mencegah risiko
Berpartisipasi dalam skreening terhadap masalah yang dihadapi
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Temperatur jaringan sesuai yang diharapkan
Elastisitas sesuai yang diharapkan
Hidrasi sesuai yang diharapkan
Pigmentasi sesuai yang diharapkan
Perspirasi sesuai yang diharapkan
Teksture sesuai yang diharapkan
Bebas lesi jaringan
Kulit intact Skin care topical treatment
Bersihkan kulit dengan sabun antibakteri
Kenakan pakaian yang tidak restriktif
Pakaikan diaper dengan baik
Berikan antibiotik topikal pada area yang terkena
Berikan agen antiinflamasi pada area yang terkena
Inspeksi kulit setiap hari terhadap risiko kerusakan
Dokumnetasikan derajat kerusakan kulit apabila ada
Skin surveilance
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, suhu yang ekstrim, atau adanya drain
Monitor sumber friksi dan tekanan
Monitor kulit terhadap kemerahan dan abrasi
Monitor kulit terhadap kekeringan dan kelembaban
Inspeksi kemungkinan pakaian terlalu sempit
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
mengabsorpsi zat-zat gizi b.d. faktor biologis
Status Nutrisi
Karakteristik:
Intake zat gizi (nutrien) adekuat
Intake makanan dan cairan adekuat
Energi tercukupi
Masa tubuh sesuai
Berat badan sesuai usia
Ukuran kebutuhan nutrisi secara biokimia dalam rentang normal
Manajemen nutrisi
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Tingkatkan konsumsi protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitor nutrisi
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5. 6 Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b.d. dehidrasi
Termoregulasi
Temperatur kulit sesuai yang diharapkan
Temperatur tubuh sesuai yang diharapkan
Tidak ada perubahan warna kulit
Denyut nadi sesuai yang diharapkan
Pernafasan sesuai yang diharapkan
Hidrasi adekuat Temperature Regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
6. 7 Risiko infeksi b.d. malnutrisi
Risk Control
Pengetahuan tentang resiko
Memonitor faktor resiko dari lingkungan
Mengembangkan strategi kontrol resiko yang efektif
Immune Status
Tidak didapatkan infeksi berulang
Status respirasi sesuai yang diharapkan
Temperatur badan sesuai yang diharapkan
Sel darah putih (WBC) absolut pada batas normal
Sel darah putih (WBC) difrensial pada batas normal
Tidak didapatkan tumor
Integritas mukosa
Integritas kulit Infection Control
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
7. 8 PK: hipovolemia / syok
Perawat akan meminimalkan komplikasi hipov olemi/syok Pantau terhadap tanda dan gejala hipovolemia/syok sebagai berikut:
Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah normal atau sedikit menurun
Keluaran urin <30 ml/jam
Gelisah, agitasi, perubahan fungsi mental
Peningkatan frekuensi pernafasan
Penurunan nadi perifer
Kulit dingin, pucat, atau sianotik
Haus
Manajemen Syok
Monitor parameter tekanan darah dan hemodinanik
Observas tanda dan gejala ketidakadekuatan perfusi (kepucatan, sianosis, pengisian kapiler yang lamban, penurunan kesadaran)
Berikan terapi vasoaktif
Pasang katater urinal
Monitor status cairan
Monitor AGD
Posisikan pasien untuk perfusi yang optimal
Monitor tanda dan gejala kegagalan respirasi
Berikan bantuan ventilasi mekanik apabila ada indikasi
8. 9 PK: Asidosis metabolik Perawat akan meminimalkan komplikasi asidosis metabolik Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik:
- Pernafasan cepat dan lambat
- Sakit kepala
- Mual muntah
- Bikarbonat plasma dan pH arteri rendah
- Perubahan tingkah laku
- Cl serum meningkat
- PCO2 < 35-40 mmH2O
Mulai dengan penggantian cairan secara intravena sesuai program
Pantau nilai AGD dan pH urin
9. PK: hiponatremia
Perawat akan meminimalkan komplikasi hiponatremia Pantau tanda dan gejala hiponatremia
- Letargi sampai koma
- Sakit kepala
- Kelemahan
- Nyeri abdomen
- Kedutan otot atau kejang
- Mual, muntah
- Diare
Beri cairan NaCl secara iv dan hindari pemberian diuretik (kolaborasi)
Pantau masukan dan keluaran serta BAB
10. PK: hipokalemia
Perawat akan meminimalkan komplikasi hipokalemia Pantau tanda dan gejala hipokalemia:
- Kelemahan atau paralisis flaksid
- Refleks tendon dalam hilang atau menurun
- Hipoventilasi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Poliuria
- Hipotensi
- Ileus paralitik
- Perubahan EKG (terdapat gelombang U, gelombang T datar/menurun, ketidakseimbangan irama, dan interval QT memanjang)
- Mual, muntah, anoreksia
Dorong konsumsi makanan tinggi kaliun
Jika pengobatan kalium diberikan secara parenteral, pantau kadar kalium serum selama terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta
Iowa Intervention Project. 1996. Nursing Interventions Clasification (NIC). Editor Joanne C. McCloskey dan Gloria M. Bulechek. Edisi Kedua. Mosby.
Iowa Outcome Project. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Editor: marion Johnson, Meridean Maas, Sue Moorhead. Edisi kedua. Mosby.
NANDA. 2005. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006. NANDA. Philadelphia.
2 komentar:
makasih mas bro...^_^
Silahkan disimak gan....
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih