PENDAHULUAN
Saat ini terdapat banyak kelompok dokter yang
bergabung dalam kelompok profesi yang mempelajari dan mempraktekkan
pengetahuan kedokteran untuk mengatasi masalah penuaan. Terdapat pula
himpunan seminar yang mengikutsertakan mereka yang bukan dokter. Kelompok
profesi yang pertama didirikan pada tahun 1993 di Amerika Serikat adalah
American Academy of Anti-Aging Medicine, disingkat A4M. Setelah itu menyusul
banyak organisasi serupa yang turut aktif melakukan penelitian dan pendidikan
dalam mengatasi masalah penuaan serta menyebarluaskan pandangannya kepada
para dokter dan masyarakat, antara lain British Society of Anti-Aging
Medicine (BSAAM), Swiss Academy of Anti-Aging Medicine (SAAM), Asia-Oceania
Federation of Anti-Aging Medicine (OAFAAM), European Society of Anti Aging
Medicine (ESAAM), World Society of Anti-Aging Medicine (WOSAAM), dll. Di
Indonesia juga sudah ada beberapa perkumpulan baik yang anggotanya khusus
hanya dokter maupun yang menghimpun juga tenaga bukan dokter.
Banyak cara yang dianjurkan oleh kelompok-kelompok
tersebut untuk mengatasi masalah penuaan dengan jalan menunda penuaan,
mempertahankan kemudaan bahkan memudakan kembali. Cara-cara tersebut antara
lain dengan pemberian hormon, pengaturan makan (diet), pemberian penambah
(suplemen) nutrisi anti-oksidan, olahraga, dan pengaturan gaya hidup lainnya.
1
Pada makalah ini dibahas pandangan kelompok
anti-penuaan terhadap upaya anti-penuaan khususnya mengenai penggunaan
hormon-hormon Growth Hormone (GH), Dehydroepiandrosterone (DHEA) dan
Testosteron (T), dan juga beberapa hasil penelitian baik yang menunjang,
tidak menunjang maupun yang menunjang sebagian atau belum jelas.
Pandangan
Kelompok Anti-penuaan
Menurut Klatz R, yang menjadi president A4M: Apabila pada praktek kedokteran yang biasa dikenal dokter mengobati penyakit tetapi menerima proses penuaan sebagai suatu hal yang alamiah maka kelompok A4M menganggap proses penuaan adalah juga suatu penyakit / patologis progresif dan degeneratif yang mengenai tiap sel, jaringan dan organ tubuh dimana proses ini dapat diobati. Kelompok ini memperkenalkan diri sebagai kedokteran anti-penuaan (anti-aging medicine), merupakan cabang baru ilmu kedokteran yang mempelajari penyebab penyakit dan penuaan serta menawarkan rencana untuk memperlambat, menghentikan, atau bahkan membalikkan ke keadaan lebih muda kembali. Program menawakan bukan hanya perpanjang masa hidup (life-span) tetapi perbaikan kesehatan (health-span) fisik dan mental (health and well-being), sebagai kedokteran pencegahan (preventive medicinie). 2,3
Salah satu
penelitian yang mendorong perkembangan anti-penuaan ini adalah laporan Rudman
G dkk tahun 1990 tentang hasil pemberian Growth hormone (GH) selama 6 bulan
kepada 12 orang laki-laki usaha 61-81 tahun dengan kadar insluin-like growth
factor I (IGF-1) rendah. Diketahui IGF-1 memperantarai kerja GH dan kadarnya
mencerminkan kadar GH dalam sirkulasi. Kadar GH sendiri sukar diukur sebab
masa paruhnya singkat. Hasilnya kadar IGF-1 meningkat, massa tubuh nirlemak
(lean body mass=LBM) meningkat, dan massa lemak berkurang. Diberikan komentar
bahwa perubahan tubuh tersebut setara dengan menghilangkan proses penuaan
selama 10-20 tahun. 4 Hasil ini kemudian dijadikan dasar klaim
bahwa GH dapat membalikkan proses penuaan.
FDA, telah
menyetujui pemberian GH hanya bagi anak dan orang dewasa dengan defisiensi
GH. Dalam prakteknya penggunaan GH lebih luas sebagai anti-penuaan; tidak
hanya mengembalikan kadar GH atau IGF-1 ke rentang rujukan tetapi diusahakan
mencapai tingkat kadar puncak sewaktu usia 20-30 tahun (kadar yang
diinginkan). Diajukan pandangan bahwa “hormon menurun bukan karena penuaan
tetapi penuaan terjadi karena hormon menurun” (toeori neuroendokrin). 3
Kelompok ini percaya bahwa pemberian GH akan memudahkan kulit (menghilangkan
keriput, menambah tebal kulit, menumbuhkan dan menghitamkan rambut),
memudakan tulang (menambah kepadatan masa tulang), meregenerasi organ
jantung, hati, ginjal dan paru agar berfungsi seperti semasa muda kembali,
merevitalisasi sistem imun, anti-obesitas, anti sindroma metabolik,
mengurangi lemak dan menambah massa otot membentuk tubuh yang atletis,
meningkatkan kebugaran, fungsi seksual dan fungsi kognitif, memudahkan tidur
lebih nyenyak, memperbaiki mood, bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Motto yang
dicanangkan adalah “hidup lebih lama dan lebih baik” yang tentunya amat
menarik bagi (hampir) semua orang. 1,3
Merujuk
pengobatan penggantian hormon (hormon replacement therapy = HRT) pada
perempuan menopause dan kepada andropause pada laki-laki, maka dipergunakan
pula hormon-hormon lain seperti DHEA, Testosteron (T), Melatonin, dan
lain-lain. DHEA merupakan prekursor Androsteronedione (A) yang akan membentuk
Estron dan Testosteron. Estron dapat menjadi Estriol dan Estradiol.
Testosteron juga dapat diubah jadi Estradiol atau Dihidrotestosteron (DHT).
Testosteron sebagian terdapat bebas (free T), sebagian terikat pada sex
hormone binding globulin (SHBG). 3,5
Testosteron
pada laki-laki mengatur perkembangan seksual, peran pada libido, kesehatan
jantung, paru, tulang, fungsi erektil, daya ingat, memperkuat, mood dan
keseluruhan tingkat energi serta kadar kolesterol LDL dan HDL. Pada perempuan
T meningkatkan libido, kepekaan seksual, kekuatan otot dan tulang, mengurangi
gejala menopuse dan risiko kanker payudara. 3
Promosi
telah mendorong penggunaan hormon-hormon tersebut diatas secara luas bahkan
secara bebas tanpa resep, sebagai penambahan makanan (food supplement) dan
off-label (tidak berdasarkan indikasi yang tercantum pada label). Pada tahun
2001 di Amerika Serikat diperkirakan untuk program anti penuaan GH saja
dipergunakan oleh lebih dari 100.000 orang dengan biaya per orang
$7.500-10.000 setahun. 5,6,7 Dipergunakan pula cara-cara lain
dengan diet (nutrisi, vitamin, mineral, asam amino, detoksikasi), olahraga,
anti-stress dan tidur. 1,5
Hasil-hasil
penelitian yang mendukung (Pro)
Laporan pertama yang legendaris adalah dari Rudman D dkk dari the Dept of Medicine, Medical Collage of Wisconsin USA dengan makalahnya “Pengaruh growth hormone human kepada laki-laki usia lebih dari 60 tahun” yang dimuat dalam New England Journal of Medicine tahun 1990.4 Growth hormone human (hGH) diberikan selama 6 bulan kepada 12 orang laki-laki usia 61-81 tahun, 9 orang lainnya menjadi kontrol dan tidak mendapatkan apa-apa. Semua subyek mempunyai kadar IGF-1 kurang daripada laki-laki muda. Dosis GH yang diberikan sebanyak 0,03 mg GH biosintetis, dua kali lebih tinggi daripada yang biasa diberikan kepada laki-laki dewasa dengan defisiensi GH. Hasil menunjukkan kadar IGF-1 kelompok GH mencapai 500-1500 U/I sedangkan kelompok kontrol rendah dari 350 U/I, peningkatan 4,7 kg (8,8%) massa tubuh nirlemak (lean body mass=LBM), penurunan 3.5-kg (14,4%) massa adiposa, dan peningkatan 0.02 g per cm2 (1,6%), densitas spina lumbal. Selain itu tekanan darah sistolik dan kadar glukosa puasa meningkat bermakna berturut-turut 127,2 ± 5,2 terhadap 119 ± 3,6 mmHg dan 5,8 ± 0,2 terhadap 5,4 ± 0,2 mmol/l (104,4 ± 9 terhadap 97,2 ± 9 mg/dl). Komentar peneliti bahwa perubahan tubuh tersebut setara dengan proses penuaan selama 10-20 tahun dijadikan dasar klaim oleh kelompok anti-penuaan bahwa GH dapat membalikkan proses penuaan dan mendorong banyak penelitian serta praktek pemberian GH untuk anti-penuaan.4
Pada tahun
2006, Giannoulis MG dkk dari Department of Diabetes and Endocrinology, GKT
School of Medicine, King’s College London UK, melaporkan “Pengaruh Growth
hormone dan atau testosteron pada lansia sehat: suatu uji terkendali acak“.
Mereka telah meneliti 80 orang laki-laki lansia sehat, usia 65-80 tahun,
dengan uji kenadali-placebo, acak buta ganda selama 6 bulan. Peserta diacak
untuk menerima
1) GH placebo atau Te placebo 2) GH manusia rekombinan = recombinant human GH (rhGH) dan Te placebo (GH) 3) Te dan rhGH placebo (Te), atau 4) rhGH dan Te (GHTe). Dosis GH dititrasi selama 8 minggu untuk menghasilkan kadar IGF-I pada paruh atas rentang rujukan khas usia (upper half of the age-specific reference range). Dosis tetap Te (5 mg) diberikan dengan lembar (koyo = patches) transdermal. Hasil menunjukkan LBM meningkat dengan GHTe (P=0.008) dan GH (P=0.004). Lemak tubuh total menurun hanya dengan GHTe (P=0.002). Otot paha tengah (P=0.006) dan kapasitas aerobik (P<0.001) meningkat hanya setelah GHTe. Perubahan kekuatan otot bervariasi meningkat secara bermakna dengan GHTe. Tiada pengaruh penting yang tidak diinginkan yang dilporkan. Kesimpulannya adalah perubahan bermanfaat lebih sering didapatkan pada pemberian kombinasi GH dosis rendah dan Te daripada GH atau Te secara tunggal saja. 8
Ada
laporan menarik dari Ruiz-Torres A, de Melo S, Kirzner M. dari University
Research Institut of Gerontology and Metabolism, University Autonoma of
Madrid, Spanyol dengan judul “Penuaan dan panjang usia berhubungan dengan
sekresi growth hormone / insulin-like growth factor-1“. Telah
dibandingkan parameter penuaan antara usia muda (kurang dari 39 tahun) dan
tua (di atas 70 tahun) dari perorangan dengan kadar IGF-1 sama. Penurunan
kadar IGF-1 dibandingkan antara paruh utama dan paruh kedua dari kehidupan
dewasa. Ada 250 subyek sehat berusia 19-93 tahun, laki-laki dan perempuan.
Hasil menunjukkan laki-laki tua dengan kadar IGF-1 sama dengan yang muda
tidak menunjukkan penurunan testosteron dan LBM, juga tiada peningkatan massa
tubuh lemak. Parameter metabolic dan nutrisi juga tidak berbeda. Dengan
ekstrapolasi garis regresi perpotongan garis dengan sumbu-X pada usia 110
tahun untuk laki-laki dan 132 tahun untuk perempuan. Disimpulkan parameter
IGF-1 memberi kesan bahwa sekresi GH pada dewasa berperan penting tidak hanya
untuk beberapa manifestasi regresif tetapi juga untuk kekuatan hidup. 9
Selain GH
juga sering diberikan DHEA. Villareal DT dkk dari Claude Pepper Older
Americans Independence Center, Division of Geratrics and Gerontology,
Department of Internal Medicine, Washington University School of Medicine,
St. Louis, USA melaporkan “Pengaruh penggantian DHEA terhadap kepadatan
mineral tulang dan susunana badan pada laki-laki dan perempuan lansia”
pada tahun 2000. Mereka telah meneliti pemberian penggantian DHEA kepada
lansia dengan kadar DHEAS rendah. Subyek mendapat DHEA oral 50 mg/hari selama
6 bulan. Ada dua kelompok responden, kelompok coba (eksperimen) terdiri dari
10 orang perempuan dan 8 orang laki-laki berusia 73 ± 1 tahun dan kelompok
pembanding (kontrol) terdiri dari 10 orang perempuan dan 8 orang laki-laki
berusia 74 ± 1 tahun. Hasil menunjukkan kepadatan mineral tulang (bone mass
density = BMD) tubuh keseluruhan dan spinal lumbal meningkat (rerata ± SEM;
1.6±0.6% dan 2.5±0.8%, berturutan; P=0.05), massa lemak turun (-1.3±0.4 Kg;
P<0.01) dab LBM meningkat (0.9±0.4 kg; P<0.05), juga kadar IGF-I serum
(dari 108±8 menjadi 143±7 µg/l; P<0.01) dan kadar T total serum (dari
10.7±1.2 menjadi 15.6±1.8 nmol/l pada laki-laki dan dari 2.1±0.2 menjadi
4.5±0.4 nmol/l pada perempuan; keduanya P=0.05). Disimpulkan hasil mendukung
bukti sementara bahwa penggantian DHEA kepada lansia dengan kadar DHEA serum
amat rendah dapat mengembalikan sebagian perubahan massa lemak, LBM dan BMD
yang disebabkan usia dan menaikkan kemungkinan bahwa peningkatan IGF-I dan
atau Testosteron berperan memperantarai pengaruh DHEA. 10
Pada tahun
2004, Villareal DT dan Holloszy JO dari Division of Geriatrics and
Nutritional Science, Departement of Medicine, Washington University School of
Medicine, St Louis, USA menulis “Pengaruh DHEA terhadap lemak perut dan kerja
insulin pada lansia perempuan dan laki-laki: uji terkendali acak”. Mereka
meneliti apakah pemberian terapi penggantian DHEA menurunkan lemak perut dan
memperbaiki kerja insulin pada lansia. Dilakukan uji terkendali dengan
placebo, buta ganda (double blind) dan acak, terhadap 56 lansia (28 perempuan
dan 28 laki-laki berusia 71 tahun rentang 65-78) dengan kadar DHEA rendah
terkait usia. Peserta secara acak diberikan DHEA 50 mg/hari atau placebo
selama 6 bulan. Hasil menunjukkan ketaatan (compliance) terhadap intervensi
sebanyak 97% pada kelompok DHEA dan 95% pada kelompok placebo. Berdasarkan
analisis intention-to-treat, terapi DHEA terhadap placebo menginduksi
penurunan bermakna area lemak viseral (-13 cm2 terhadap +3 cm2;
P=.001) dan lemak subkutan (-13 cm2 terhadap +2 cm2;
P=.003). Area AUC insulin selama OGTT berkurang secara bermakna (-1119 muU.mL
per 2 jam terhadap +818 muU/mL per 2 jam, P=.007). Berlawanan dengan kadar
insulin yang lebih rendah, AUC glukosa tidak berubah, sehingga indeks
kepekaan insulin (sensitivity index) meningkat bermakna +1.4 terhadap -0.7,
P=.005). Kesimpulan penggantian DHEA dapat berperan dalam pencegahan dan
pengobatan sindrom metabolik berhubungan dengan obesitas abdominal. 11
Rabijewski
M, Zgliczynski W. dari Departement of Endocrinology Medical Center of
Postgraduate Education, Warsaw, Poland melaporkan “Pengaruh positif terapi
DHEA terhadap resistensi insulin dan lipid pada laki-laki dengan penyakit
jantung koroner dikuatkan dengan angiografi – studi pendahuluan“. Mereka
meneliti 30 orang laki-laki berusia 41-60 (rerata usia 52±0.90) tahun dengan
kadar DHEA-S serum <2000 µg/l, yang diacak pada uji potong lintang, kendali-placebo,
buta ganda. Subyek menyelesaikan 80 hari studi dengan 40 hari DHEA oral 150
mg sehari atau placebo, diubah setelah masa pencucian 30 hari. Hasil
menunjukkan peningkatan 4,5-lipat kadar DHEA-S, penurunan kadar insulin 40%
(p<0.005) dan indeks resistensi insulin puasa (fasting insulin resistance
index = FRI) 47% (p<0.004), juga kadar kolesterol total dan kolesterol LDL
menurun secara bermakna (berturut-turut dari 222.9±6.6 mg/dL menjadi
207.4±6.6 mg/dL dan dari 143.9±6.9 mg/dL menjadi 130.5±6.0 mg/dL, p<0.05).
Kadar glukosa turun bermakna di bawah nilai garis dasar (p<0.001), kadar
Estrogen meningkat bermakna (p<0.05), kadar Estrogen meningkat bermakna
(p<0.05). Kadar T, LH, FSH, IGF-I, kolesterol HDL, trigliserida secara
statistik tidak bermakna. Toleransi terhadap pengobatan baik tiada pengaruh
yang tidak diinginkan. Disimpulkan pengobatan DHEA pada laki-laki dengan
kadar DHEA rendah menurunkan kadar kolesterol total, insulin dan glukosa
serta indeks resistensi insulin puasa sehingga mungkin bermanfaat terhadap
risiko penyakit jantung koroner. 12
Dari
Jerman, Rommler dari Praxisklinik, Hormonzentrum Munchen, melaporkan “Adrenopause
dan dehydroepiandrosterone: terapi farmakologis terhadap terapi penggantian“.
Mereka meneliti 100 orang laki-laki dan 100 orang perempuan, usia 46-74
tahun, melampaui masa 6-12 minggu untuk mencapai dosis DHEA oral harian yang
cukup, Tujuan untuk menaikkan kadar puncak DHEAS harian mencapai 2.0-2.8
pg/ml pada perempuan dan 4.0-5.0 pg/ml pada laki-laki, yaitu kadar yang diperkirakan
rentang optimal pada orang dewasa sehat usia dekade ketiga (kontrol).
Hasilnya adalah 5, 10, 15, 25 atau 50 mg DHEA dalam 18, 26, 34, 19 atau 3%
perempuan dan 15,25,50,75 atau 100 mg DHEA dalam 5,13,51,17 atau 14% dari
laki-laki memenuhi. Rejimen dosis yang disesuaikan ini menaikkan kadar serum
(nilai rerata±SD) bermakna (p<0.01): (a) pada perempuan DHEAS dari 0.7±0.4
ke 2.4+0.5 µg/ml, T bebas dari 0.4±0.4 ke 0.9±0.5 pg/ml dan A dari 0.8±0.4 ke
1.4±0.4 ng/ml, dan (b) pada laki-laki dengan kasus DHEAS dari 1.4±0.5 ke
4.1+0.7 µg/ml, T bebas dari 10.9±4.1 ke 14.7±4.5 pg/ml, dan A dari 1.2±0.5 ke
2.0±0.6 ng/ml, Estron dari 28±14 ke 41±19 pg/ml dan Estradiol dari 16 ± 8 ke
31 ± 15 pg/ml. Pada kasus dengan dosis tidak cukup didapatkan efek samping seperti
mengantuk, gelisah, sakit kepala, acne/hirsutism, effluvium atau odors
berturutan pada 34, 17, 9, 31, 21 dan 11% dari kelompok perempuan. Setelah
disesuaikan dosis perorangan untuk memenuhi kadar DHEAS serum yang cukup efek
samping ini berkurang secara bermakna (p <0.05; p<0.2) pada kasus
dengan sakit kepala. Disimpulkan bahwa pada kasus andrenopause terapi
penggantian DHEA dosis rendah yang “disesuaikan secara perorangan” antara
5-50 mg kepada perempuan dan 15-100 mg untuk laki-laki untuk meningkatkan kadar
puncak DHEAS sampai mencapai rentang fisiologis pada dewasa lebih muda dapat
dijalankan rutin selama 5 tahun dengan ketaatan yang amat baik dari pasien.
13
Ada pula
beberapa laporan tentang pemberian Testosteron. Kenny AM dkk dari Center on
Aging, University of Connecticut Health Center, Farmington, USA melaporkan “Pengaruh
testosteron transdermal terhadap tulang adn otot laki-laki tua dengan kadar
testosteron biovailabilitas rendah“. Mereka meneliti 67 orang laki-laki
berusia rerata 76±4 tahun (rentang 65-87) dengan kadar T bioavailabilitas
(Tb) kurang dari 4.44 nmol/l (batas rendah rentang normal dewasa). Secara
acak responden menerima T transdermal atau placebo selama 1 tahun. Semua
responden juga menerima penambahan kalsium 500 mg dan vitamin D 400 IU. Ada
44 (66%) orang yang menyelesaikan uji. Hasil menunjukkan kadar Tb meningkat
dari 3.2±1.2 nmol/l (SD) menjadi 5.6±3.5 nmol/l (p<002) setelah 12 bulan
pada kelompok T sedangkan pada kelompok kontrol tiada perubahan. Tiada
perubahan kadar Estradiol pada kedua kelompok, kadar Estron meningkat pada
kelompok T dari 103±26 pmol/l menjadi 117±33 pmol/l; p<017. Kelompok T
bertambah 0.3% pada BMD leher femur, sebaliknya kelompok kontrol kehilangan
1.6% setelah 12 bulan (p-.015). Tiada perubahan bermakna penanda tulang (bone
tumover) pada kedua kelompok. Kekuatan otot meningkat 38% (p=.017) pada
kelompok T dan 27% pada kelompok Kontrol (p=.06). Pada kelompok T lemak tubuh
berkurang dari 26.3±5.8% menjadi 24.6±6.5% (p=.001), dan LBM meningkat dari
56.2±5.3 kg menjadi 57.2±5.1 kg (p=.001). Kelompok T menunjukkan peningkatan
PSA dari 2.0±1.4 µg/l menjadi 2.6±1.8 µg/l (p=.04), sedangkan kelompok
placebo juga menunjukkan peningkatan dari 1.9±1.0 µg/l menjadi 2.2 ± 1.5 µg/l
(p=.09). Tiada gejala atau tanda pembesaran prostat jinak (benign prostate
hyperplasia). Disimpulkan bahwa Testosteron transdermal mencegah kehilangan
tulang pada leher femur, menurunkan lemak tubuh, dan meningkatkan massa tubuh
nirlemak pada kelompok laki-laki sehat usia lebih dari 65 tahun dengan kadar
rendah Testosteron bioavailabilitas. Kedua kelompok menunjukkan penambahan
kekuatan otot tungkai bawah, kemungkinan karena manfaat vitamin D.
Testosteron meningkatkan kadar PSA derajad sedang tetapi tiada perubahan
gejala atau tanda hiperplasia prostat. 14
Dari
Italia, Isidori AM dkk dari Cattedra di Andrologia, Universita ‘La Sapienza’,
Rome melaporkan hasil meta-analisis “Pengaruh testosteron terhadap susunan
badan, metabolisme tulang dan pola lipid serum pada laki-laki usia
pertengahan: suatu meta-analisis“. Mereka telah melakukan telaah
sistematik terhadap sejumlah uji terkendali acak (randomized controlled
trials = RCT) menggunakan database MEDLINE, Cochrane Library, EMBASE dan
Current Contents. Seluruhnya ada 29 RCT yang layak dengan 1,083 subyek yang
dinilai, 625 diacak untuk T, 427 untuk placebo dan 31 untuk kelompok kontrol.
Rerata usia 64.5 (rentang 49.9-77.6) tahun dan rerata T serum 10.9 (rentang
7.8-19) nmol/l. Pengobatan T menghasilkan pengurangan 1,6 kg (CI: 2.5–0.6)
lemak tubuh total, peningkatan massa lemak bebas 1,6 kg (CI: 0.6–2.6), dan
tiada perubahan berat badan. Pengaruh T terhadap kekuatan otot heterogen,
kepadatan mineral tualng (BMD) membaik pada spinal lumbal dengan +3.7% (CI:
1.0–6.4%), tetapi tidak pada leher tulang paha, dan pengurangan menetap
(consistent) penanda resorpsi tulang. Kadar kolesterol total turun 0.23
mmol/l (CI: -.037 – -0.10) atau 8,9 mg/dl, khususnya pada laki-laki dengan
garis dasar nilai T lebih rendah, dengan tiada perubahan pada kolesterol LDL,
Pengurangan bermakna kadar kolesterol HDL dijumpai hanya pada nilai T yang
lebih tinggi pada garis dasar (-0.085 mmol/l, CI:-0.017 – -0.003 atau 3,3
mg/dl). Analisis metaregresi dan kepekaan menunjukkan bahwa dosis/jenis dari
T yang dipergunakan, khsusunya kemungkinan aromatisasi, menjelaskan
heterogenitas pada penemuan pengamatan densitas tulang dan kadar kolesterol
HDL di antara subyek. Kesimpulan perkiraan pengaruh pengobatan rerata dengan
Testosteron pada laki-laki usia pertengahan. Penemuan ini cukup kuat untuk membenarkan
penelitian intervensi lebih lanjut yang difokuskan pada sasaran pilihan lain
ke dampak klinis khsusunya sistem kardiovaskular, metabolik dan neurologis. 15
Untuk
pengaruh pemberian Testosteron kepada perempuan Somboonporn W dkk melaporkan
“Testosteron untuk perempuan peri- dan pasca menopause“. Mereka
meneliti manfaat dan risiko terapi T kepada perempuan pada masa peri- dan
pasca- menopause yang sebelumnya kontroversial dan belum pernah ditelaah
secara sistematis. Peneliti menelusuri Cochrane Menstrual Disorders and
Subfertility Group Trials Register, The Cochrane Library, MEDLINE, EMBASE,
Biological Abstracts, PsycINFO, CINAHL, daftar rujukan naskah, masukan
perusahaan farmasi dan peneliti. Dibandingkan secara acak T ditambah terapi
hormon (TH) terhadap terapi hormon saja pada perempuan masa peri- atau
pascamenopause. Telaah meliputi 23 uji dengan 1957 peserta, median lama studi
6 bulan (rentang 1.5 – 24 bulan). Keterbatasan utama adalah attrition bias
dan tiada masa pencucian (washout period) pada studi potong lintang.
Didapatkan bahwa penambahan T kepada TH memperbaiki skor fungsi seksual untuk
perempuan pasca menopause. Pengaruh tidak diinginkan yang bermakna adalah
penurunan kadar kolesterol HDL. Disimpulkan bahwa jumlah studi yang sedikit membatasi
kekuatan meta-analisis untuk memberikan kesimpulan tentang manfaat dan
keamanan. Namun terbukti bahwa menambahkan Testosteron kepada terapi hormon
memberikan pengaruh baik terhadap fungsi seksual pada perempuan pasca-
menopause.16
Page ST
dkk dari Wesley Woods Health Center, Atlanta, Georgia, USA melaporkan pada
tahun 2005 “Testosteron eksogen saja atau dengan finasteride meningkatkan
kinerja fisik, kekuatan genggam, dan massa badan lean pada laki-laki lansia
dengan kadar testosteron rendah“. Finasteride (F) menurunkan kadar
Dihidrotestosteron (DHT). Mereka meneliti 70 orang laki-laki dengan kadar T
serum rendah (<350 ng/dl), usia 65 tahun atau lebih, secara acak menerima
salah satu dari 3 rejimen selama 36 bulan yaitu
1) T enanthate, 200 mg tiap 2 minggu, dengan pil placebo tiap hari (T-saja); 2) T enanthate, 200 mg tiap 2 minggu, dengan 5 mg F tiap hari (T + F); atau 3) injeksi dan pil placebo. 50 laki-laki menyelesaikan protokol 36 minggu. Didapatkan pengobatan T secara bermakna memperbaiki kinerja dalam uji fungsi waktu (timed functional test) 4.3±1.6% (rerata ± sem, T-saja) dan 3.8±1.0% (T+F) terhadap -5.6±1.9% untuk placebo (P<0.002o) dan meningkatkan kekuatan genggam (P<0.005), meningkatkan LBM [3.77 ± 0.55 kg (T-saja) dan 3.64 ± 0.56 kg (T+F) terhadap -0.21 ±0.55 kg untuk placebo (P<0.0001)], menurunkan massa lemak, dan menurunkan bermakna kadar kolesterol total, LDL dan leptin, tanpa mempengaruhi HDL, adiponektin, atau insulin puasa, Hasil menunjukkan bahwa pengobatan T serum rendah memperbaiki kinerja fisik dan kekuatan setelah 36 bulan, bila diberikan baik tunggal ataupun dikombinasi dengan Finasteride, dan mengusulkan bahwa kadar DHT serum yang tinggi tidak diperlukan untuk pengaruh baik ini pada laki-laki. 17
Hasil-hasil
penelitian yang tidak mendukung (Kontra)
Pada bulan Januari 2007 Liu H dkk, Standford University, USA telah melporkan hasil telaah berjudul “Tinjauan sistematik : Keamanan dan ketepatgunaan Growth Hormone pada kesehatan lansia“. Melihat penggunaan GH secara luas dan bebas maka peneliti ingin menilai keamanan dan ketepatgunaan pengobatan GH pada lansia sehat. Diteliti dasar data MEDLINE dan EMBASE studi uji dengan kontrol dan acak yang membandingkan pengobatan GH dengan tanpa GH atau GH dan intervensi gaya hidup (latihan fisik dengan / tanpa diet) dengan gaya hidup saja. Ada 31 tulisan dengan jumlah 220 peserta yang menerima GH (107 orang-tahun), usia rerata 69 yahun [SD,6] dan berat badan lebih (indeks massa tubuh rerata 28 kg/m^2 [SD,2]. Dosis harian awal GH rerata 14 µg/kg BB [SD,7] dengan lama rerata 27 minggu [SD,16]. Pengobatan GH menurunkan massa lemak – 2.1g [95% Cl, -0.7 - 0.8]; (P=0.87). Kolesterol total turun -11,21 mg/dL (P=0.006). Densitas tulang dan lipid lain tidak berubah. Sebaliknya subyek dengan pengobatan GH secara bermakna lebih banyak mengalami edema jaringan lunak, artralgia, carpal tunnel syndrome, ginekomasti dan cenderung timbul diabetes melitus dan toleransi glukosa terganggu. Disimpulkan bahwa penelitian terbatas tetapi menunjukkan perubahan ringan susunan tubuh dan meningkatnya kejadian tidak diinginkan. Berdasarkan itu maka GH tidak dapat dianjurkan sebagai pengobatan anti-penuaan. 18
Sebelumnya
pada bulan Oktober 2006 Nair KS dkk dari Division of Endocrinology Mayo
Clinic, Rochester, USA menulis tentang “DHEA pada perempuan lansia dan DHEA
atau Testosteron pada laki-laki lansia”. Pada uji acak, kontrol-placebo, buka
ganda yang meliputi 87 laki-laki dan 57 perempuan usia 60 atau lebih. Kadar
garis dasar DHEA-S pada kedua jenis kelamin, dan kadar garis dasar T
bioavailabilitas (Tb) pada laki-laki, disyaratkan di bawah 15 persentil untuk
dewasa muda normal. Laki-laki menerima tablet DHEA (75 mg) sehari, lembar T
transdermal (5 mg sehari), atau placebo ganda; perempuan menerima tablet DHEA
(50 mg) atau placebo. Setelah 2 tahun pemantauan tiada perbedaan antara
kelompok placebo dan kelompok obat aktif dalam kinerja fisik (kapasitas
aerobik dan kekuatan otot) atau dalam kualitas hidup diukur dengan kuesioner
yang divalidasi. Pada kelompok obat aktif peningkatan densitas tulang dicatat
hanya pada leher femur pada laki-laki, hanya pada radius distal pada
perempuan. Perubahan ini lebih kecli daripada yang khas didapatkan dengan
obat bisfosfonat. Tiada peristiwa yang tidak diinginkan yang terjadi.
Disimpulkan bahwa baik DHEA maupun T tidak dapat dipergunakan sebagai
penambah untuk anti-penuaan. Selain itu DHEA seharusnya diperlukan sebagai
obat yang diatur dan bukan sebagai penambah diet. 19
Pada tahun
1997 Wolf OT dkk dari Center for Psychobiological and Psychosomatic Research,
University of Trier, Germany telah melaporkan “Pengaruh penggantian
dehydroe-piandrosterone fisiologis 2 minggu terhadap kinerja kognitif dan
rasa nyaman pada lansia perempuan dan laki-laki sehat“. Mereka meneliti
40 lansia laki-laki dan perempuan sehat (rerata usia 69 tahun) dengan studi
secara kontrol-placebo, buta ganda. Selama 2 minggu subyek mendapatkan DHEA
50 mg sehari, diikuti dengan masa pencucian 2 minggu dan placebo. Sekuens
pengobatan diacak dengan pola potong lintang. Semua subyek mempunyai kadar
garis dasar DHEAS rendah. Penggantian DHEA meunjukkan peningkatan 5-lipat
kadar DHEAS pada perempuan (dari 0.67±0.1 menjadi 4.1±0.4 µg/mL; P<0.001)
dan laki-laki (dari 0.85±0.1 menjadi 4.5±0.4 µg/mL; P<0.001). Kadar DHEA,
Androstenedion, dan T juga meningkat bermakna pada kedua jenis kelamin (P
semua < 0.001). Tidak terdapat perubahan bermakna pada kadar IGF-1 atau
insulin-like growth factor-binding protein-3. Penggantian DHEA tidak
memberikan manfaat kuat terhadap parameter psikologis dan kognitif.
Disimpulkan data yang didapat tidak mendukung ide manfaat kuat penggantian
DHEA terdapat rasa sehat atau kinerja kognitif pada lansia sehat. 20
Hasil-hasil
penelitian yang belum jelas
Pada tahun 2000, Janssens H, Vanderschueren DM. dari Department of Endocrinology, UZ Gasthuisberg, Leuvan, Belgium menulis “Aspek endokrinologis penuaan pada laki-laki: apakah penggantian hormon bermanfaat?” Pada lansia laki-laki sehat diketahui ada penurunan yang terkait dengan usia mengenai hormon yaitu Testosteron (total, bebas dan bioavailabilitas), DHEA, DHEA-S, GH dan IGF-I. Penurunan ini penting walaupun kecil dibandingkan dengan penurunan kadar estrogen pada perempuan pasca menopause. Lansia laki-laki juga kehilangan tulang dan otot, berat badan bertambah dan gairah seksual turun. Karena itu pendapat bahwa terapi hormon adalah “sumber kemudaan” (‘fountain of youth’) yang potensi tampak masuk akal. Namun saat ini studi terkendali placebo acak tentang pengaruh penggantian hormon T, DHEA dan GH pada lansia sehat hanya sedikit, kecil dan jangka pendek. Walaupun ada beberapa hasil bermakna namun kurang mantap. Data dari lansia sehat tidak dapat dialihkan kepada lansia sakit. Disimpulkan masih diperlukan lebih banyak kerja ilmiah sebelum penggantian umum terhadap “hormon gugur” (“falling hormones”) dianggap bermanfaat. 21
Selanjutnya
pada tahun 2002, Christmas C dkk dari Division of Geriatric of Medicine and
Gerontology, Department of Medicine, Johns Hopkins University School of
Medicine, Maryland, USA menulis “Pengaruh Growth hormone dan steroid seks
terhadap metabolisme tulang dan kepadatan mineral tulang (BMD) pada lansia
sehat perempuan dan laki-laki“. Penuaan dikaitkan dengan penurunan
keaktifan GH, sumbu steroid gonadal dan BMD pada kedua jenis kelamin.
Penggantian estrogen jangka lama memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
fraktur pada perempuan pascamenopause, sedangkan pengaruh penambahan GH atau
T terhadap metabolisme tulang dan BMD pada lansia tetap belum jelas. Pada uji
buta ganda, kontrol-placebo, acak, diteliti pengaruh interaktif dan teripisah
pemberian rhGH dan / atau steroid gonadal selama 6 bulan terhadap penanda
biokimiawi tulang dan BMD pada 125 lansia sehat (>65 years) perempuan
terkait usia pada GH dan steroid gonadal. Hasil menunjukkan pada perempuan
pemberian GH tetapi bukan GH + terapi penggantian hormon meningkatkan kada
osteocalcin dan procollagen peptide (PICP) serum dan ekskresi urin
deoxypyridinoline (DPD) crosslinks. Eksresi kalsium urin menurun setelah HRT.
Pada laki-laki GH, dan lebih nyata pada GH+T, osteocalcin meningkat. GH
meningkatkan PICP serum, dan GH+T meningkatkan DPD urin. Ekskresi kalsium
urin tidak terpengaruh pada laki-laki. Pada perempuan pemberian HRT dan
GH+HRT, tetapi tidak pada GH, meningkatkan BMD pada spina lumbal, leher
femur, dan radius distal. Pada laki-laki GH+T menurunkan ringan BMD pada
radius proksimal; tiada pengaruh bermakna terhadap BMD. Kesimpulan pemberian
jangka pendek HRT memberikan pengaruh baik terhadap metabolisme tulang dan
BMD pada perempuan pasca menopause, yang dengan pemberian tambahan GH tidak
berubah bermakna. Pada laki-laki andropause, pemberian T tidak memberikan
pengaruh bermakna terhadap metabolisme tulang dan BMD, sedangkan GH+T
meningkatkan 1 penanda pembentukan tulang dan penurunan 1 penanda resorpsi
tulang. Pengaruh jangka lama pemberian GH+T terhadap BMD pada laki-laki
lansia masih perlu diperjelas. 22
Blackman
MR dkk dari Division of Endocrinology and Metabolism Department of Medicine,
Johns Hopkins University School of Medicine, Maryland, USA, juga melaporkan “Pemberian
Growth hormone dan steroid seks kepada perempuan dan laki-laki lansia sehat:
uji terkendali acak“. Ingin diketahui pengaruh interaktif dari GH dan
steroid seks serta pengaruhnya terhadap kekuatan dan daya tahan (endurance)
dengan uji kelompok paralel kontrol-placebo, buta ganda, acak selama 26
minggu pada perempuan (n=57) dan laki-laki (n = 74) yang sehat, usia 65-88
tahun. Secara acak subyek mendaptkan GH + steroid seks (perempuan: estradiol
transdermal, ditambah medroxypro-gesterone acetate oral, selama 10 hari
terakhir dari siklus [HRT]; (Laki-laki : T enanthate, suntikan intramuskular)
(n=35); GH+placebo steroid seks (n=30); steroid seks + placebo GH (n=35);
placebo GH + placebo steroid seks (n=31) pada pola faktorial 2×2. Hasilnya
pada perempuan LBM meningkat 0.4 kg dengan placebo, 1.2 kg dengan HRT
(P=.09), 1.0 kg dengan GH (P=.001), dan 2.1 kg dengan GH+HRT (P<.001).
Massa lemak menurun bermakna pada kelompok GHdan GH+HRT. Pada laki-laki LBM
meningkat 0.1 kg dengan placebo, 1.4 kg dengan T (P=.06), 3.1 kg dengan GH
(P<.001), dan 4.3 kg dengan GH+T (P<.001). Massa lemak turun bermakna
dengan GH dan GH+T. Kekuatan perempuan menurun pada kelompok placebo dan
meningkat tidak bermakna marginal 13.5 kg dengan GH+T (P=.05). VO(2)max
laki-laki menurun 1.2 mL/min/kg dengan placebo dan 0.4 mL/min/kg dengan T
(P=.49) tetapi meningkat dengan GH (P=.11) dan GH T (P<.001) dan VO(2)max
(r=0.320; P=002) langsung berhubungan dengan perubahan LBM. Edema secara
bermakna lebih sering pada perempuan dengan GH (39% terhadap 0%) dan GH + HRT
(38% terhadap 0%). Gejala Carpal tunnel lebih sering pada laki-laki dengan
GH+T (32% terhadap 0%) dan artralgia lebih sering pada laki-laki yang
mendapat GH (41% terhadap 0%). Diabetes atau gangguan toleransi glukosa
terjadi pada 18 GH laki-laki terhadap 7 pada yang tanpa GH (P=.006).
Kesimpulan GH dengan atau tanpa steroid seks pada lansia perempuan dan
laki-laki sehat meningkatkan LBM dan menurunkan masa lemak. Steroid seks + GH
meningkatkan kekuatan otot secara marginal dan VO(2)max pada laki-laki tetapi
tidak pada perempuan. Karena efek yang tidak diinginkan sering ditemukan
(terutama diabetes dan gangguan toleransi glukosa), tervensi GH pada lansia
perlu dilakukan dengan studi terkontrol. 23
Pada tahun
1998, Morales AJ dkk dari Department of Reproductive Medicine, School of
Medicine, University of California San Diego, La Jolla, USA melporkan “Pengaruh
pengobatan 6 bulan dengan dosis harian 100 mg DHEA terhadap steroid seks
beredar, susunan tubuh, dan kekuatan otot pada lansia perempuan dan laki-laki“.
Pada penelitan sebelumnya mereka memberikan 50 mg DHEA selama 3 bulan kepada
lansia laki-laki dan perempuan dan mendapatkan peningkatan IGF-1 sebanyak 10%
disertai perbaikan rasa nyaman psikologis dan fisik berdsarkan pengakuan.
Pada penelitian kedua ini diberikan dosis 100 mg selama 6 bulan kepada
laki-laki (n=9) dan perempuan (n=10) usia 50-65 tahun yang sehat dan tidak
obes. Uji secara potong lintang kontrol placebo buta ganda dan acak. Enam
belas subyek menyelesaikan 6 bulan placebo dan 6 bulan DHEA oral 100 mg
sehari. Hasil kadar serum berasal DHEA, DHEAS, A, T dan DHT berada pada atau
di bawah batas bahwa orang dewasa muda. Pada kedua jenis kelamin pemberian
DHA mengembalikan kadar DHEA ke rentang dewasa muda dan DHEAS pada atau
sedikit diatas rentang dewasa muda. Kadar kortisol serum tidak berubah,
akibatnya rasio DHEAS/kortisol meningkat ke kadar pubertal (10:1). Pada
perempuan tetapi tidak pada laki-laki, kadar A, T dan DHT meningkat ke kadar
di atas rentang dewasa muda. Kadar SHBG basal normal pada laki-laki dan
meningkat pada perempuan (7 dari 8 orang dengan HRT). Kadar SHBG menurun
lebih banyak pada perempuan (P<0.002)(-40 ± 8%; P=0.002) daripada
laki-laki (-5 ± 4%; P=0.02), kadar IGF-I serum meningkat pada laki-laki (16 ±
6%, P=0.04) dan pada perempuan (31 ± 12%. P = 0.02). Kadar IGFBP menurun pada
perempuan (28 ± 6%; P=0.02); tidak pada laki-laki. Pada laki-laki tetapi
tidak pada perempuan massa lemak tubuh menurun 1.0 ± 0.4 kg (6.1 ± 2.6%,
P=0.02) dan kekuatan otot lutut 15.0 ± 3.3% (P=0.02 juga kekuatan belakang
lumbal 13.9 ± 5.4% (P=0.01). Pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki,
peningkatan massa tubuh titak 1.4 ± 0.4 kg (2.1 ± 0.7%; P=0.02). Tiada
perubahan laju metabolik basal (BMR), BMD, pyridinoline cross-link urin,
insulin dan glukosa puasa, kadar kortisol atau pola lipid pada kedua jenis
kelamin. Tiada efek yang tidak diinginkan yang ditemukan. Disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan kadar DHEA dan DHEAS serta rasio DHEAS/kortisol. Pada perempuan
tetapi tidak pada laki-laki didaptkan biotransformasi ke androgen kuat
(potent) dekat dan sedikit di atas rentang pada kelompok usia lebih muda.
Peningkatan kadar IGF-I serum dijumpai pada kedua jenis kelamin tetapi
respons dimorfik nyata pada massa lemak tubuh kekuatan otot lebih pada
laki-laki. Perbedaan respons terhadap DHEA mungkin mencerminkan respons khas
jenis kelamin terhadap DHEA dan / atau adanya faktor penyerta pada perempuan
seperti HRT. 24
Mengenai
testosteron lsidori AM dkk dari Cattedra di Andrologia, Universita ‘La
Sapienza’. Roma Italia melporkan “Pengaruh testosteron terhadap fungsi
seksual pada laki-laki : hasil meta-analisis” pada tahun 2005. Untuk
dapat menjelaskan apakah pemberian T pada laki-laki dengan kadar T rendah
ringan atau berat memeberikan manfaat maka diadakan penelusuran data studi
selama 30 tahun lewat dari dasar data MEDLINE, Cochrane Library, EMBASE dan
Current Contents. Seluruhnya ada 17 uji kontrol-placebo, acak yang dapat
nilai, meliputi 656 subyek, 285 diacak terhadap T, 284 terhadap placebo (P)
dan 88 diperlakukan potongan lintang. Lama median studi 3 bulan (rentang 1-36
bulan). Meta-analisis menunjukkan bahwa pada laki-laki dengan kadar T rerata
pada garis dasar di bawah 12 nmol/l, pengobatan T memperbaiki secara sedang
jumlah ereksi nokturnal, pikiran dan motivasi seksual, jumlah senggama
berhasil, skor fungsi erektil dan kepuasan seksual keseluruhan, tetapi tiada
pengaruh terhadap fungsi erektil pada laki-laki eugonadal dibandingkan dengan
placebo. Diteliti heterogenitas dengan studi pengelompokkan berdasarkan sifat
populasi studi. Nilai potong 10 nmol/l untuk T rerata gagal memprediksi
pengaruh pengobatan. Pengaruh pengobatan lebih nyata pada laki-laki higonadal
tetapi tidak pada eugonadal. Analisis meta-regresi menunjukkan pengaruh T
terhadap fungsi erektil tetapi libido tidak, berhubungan terbalik dengan
garis dasar rerata kadar T. Meta-analisis menunjukkan pengobatan T mungkin
berguna memperbaiki ED vaskulogenik pada subyek terpilih dengan kadar T
rendah atau rendah ringan. Bukti manfaat pengobatan T terhadap fungsi erektil
hasus diberi catatan bahwa pengaruh cenderung turun dengan waktu, secara
progresif lebih kecil dengan kadar T garis dasar yang meningkat dan data
keamanan jangka lama tidak ada. Meta analisis ini menyoroti kebutuhan,
pitfalls, dan uji terkendali acak yang lebih lama dan lebih besar. 25
Ringkasan
Telah dikemukakan adanya pandangan baru kelompok kedokteran anti-penuaan sebagai cabang baru ilmu kedokteran tentang penuaan sebagai penyakit yang dapat diobati. Diperkenalkan pengobatan dengan hormon terutama Growth hormone, ditambah DHEA, testosteron serta dilengkapi dengan melatonin, anti-oksidan, perubahan gaya hidup, dan lain-lain. Penggunaan hormon secara bebas dengan dosis bervariasi memberikan harapan bagi banyak orang untuk menunda bahkan membalikkan penuaan serta meningkatkan kualitas hidup. Sebaliknya juga menimbulkan kekhawatiran akan akibat yang tidak diinginkan serta pendapat yang meragukan keseluruhan klaim.
Telah
dikumpulkan hasil penelitan baik yang mendukung (pro), menentang (kontra) dan
yang belum jelas untuk dipelajari. Tampaknya masih diperlukan penelitian
dengan subyek yang lebih banyak serta jangka lebih lama untuk mendapatkan
kesimpulan tentang manfaat dan keamanan. Sementara itu pengobatan dapat
diberikan secara penyesuaian perorangan dengan informasi yang jelas dan
pemantauan klinis serta laboratoris yang teratur.
Rujukan:
Penulis : Prof.
Marzuki Suryaatmadja, SpPK(K)
|
Home »
ASKEP
,
Laboratorium
» Pemberian Growth Hormone, Dehydroepiandrosterone dan Testosteron untuk Anti-penuaan: Pro dan kontra
Pemberian Growth Hormone, Dehydroepiandrosterone dan Testosteron untuk Anti-penuaan: Pro dan kontra
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih