Home » , » Defisiensi Growth Hormone Pada Orang Dewasa

Defisiensi Growth Hormone Pada Orang Dewasa


Sindroma defisiensi growth hormone (GH) pada orang dewasa dibedakan dari sindroma defisiensi GH pada anak-anak. Dengan tersedianya produk-produk growth hormone manusia hasil rekayasa genetika untuk penggunaan klinis, maka terbuka kesempatan bagi para ahli endokrinologi untuk mengobati sindroma ini. Namun masih ada hal-hal yang belum jelas dan kadang kontroversial serta petunjuk dosis masih belum ditetapkan. Harapan realistis pasien yang menjalani terapi GH juga masih hasrus diluruskan. Di samping itu potensi penyalahgunaan hormon ini juga harus diantisipasi, baik untuk indikasi yang tak seharusnya seperti untuk meningkatkan kinerja atlet ataupun untuk indikasi yang belum disepakati seperti obesitas atau memperlambat proses penuaan.
GEJALA
Gejala-gejala dari sindroma defisiensi GH pada orang dewasa tidak spesifik dan pada umumnya sukar dibedakan dari penyakit-penyakit lainnya, seperti depresi, hipogonadisme (penurunan fungsi tiroid). Dari penelitian ada dua gejala yang sangat menonjol yaitu penurunan semangat (energi) dan perasaan terisolasi dari lingkungan sosial. Gejala yang pertama dapat diketahui dengan menanyakan kepada pasien tentang hobi ataupun aktivitas di masa lampau yang mereka sukai dan apakah mereka masih melakukannya sampai sekarang. Perasaan terisolasi dari lingkungan sosial dapat diketahui dengan menanyakan kepada pasien, apakah mereka sering pergi keluar dan bertemu teman seperti dulu.
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan gejala defisiensi GH. Pertama, pasien mungkin tidak menyadari bahwa mereka mengalamai gejala-gejala tersebut sampai mereka mendapat pengobatan dan mengalami perbaikan yang tak terduga. Kedua, suami atau istri sering lebih objektif tentang perubahan perilaku pasangannya sehingga dapat mengevaluasi perubahan-perubahan secara lebih baik.
Jika fokus utama defisiensi GH pada anak adalah pertumbuhan linier, maka fokus utama pada orang dewasa adalah gejala. Untuk keberhasilan interaksi dengan pasien selama masa terapi, para ahli endokrinologi harus mengantisipasi 4 rangkaian gejala, yaitu gejala sindroma itu sendiri, gejala yang berkaitan dengan terapi awal, gejala yang berkaitan dengan kelebihan GH, dan gejala perbaikan.
Gejala-gejala yang timbul pada awal terapi antara lain adalah nyeri otot atau persendian, sakit kepala dan pandangan buram. Diduga gejala-gejala tersebut terjadi karena retensi natrium dan air secara mendadak. Gejala-gejala penting ini harus diantisipasi pada pasien yang rentan, seperti lansia (lanjut usia) dan pasien dengan defisiensi berat.
Gejala-gejala kelebihan GH anata lain nyeri otot dan tulang, edema perifer (pembengkakan tungkai), dan sindroma carpal tunnel (gejala kesemutan dan kurang rasa pada jari tangan akibat penyempitan lorong perjalanan saraf di pergelangan).
Toleransi pasien terhadap terapi yang diberikan seringkali menentukan dosis akhir pemeberian GH, meskipun kadar IGF-1 serum sedikit meningkat (diatas nilai normal). Meningkatkan dosis secara perlahan, yakni dalam waktu 6-8 minggu, akan membantu mengurangi efek samping. Pasien seringkali mengeluh sindroma carpal tunnel setiap dilakukan peningkatan dosis. Gejala ini baisanya akan hilang dalam waktu 3-4 hari setelah terapi. Namun pada beberapa pasien gejala ini menetap, sehingga pasien minta dilakukan pembedahan dan penghentian terapi.
Gejala perbaikan ditandai dengan meningkatnya kembali gairah hidup dan meningkatknya kepedulian sosial. Seringkali pasien atau anak-anak dari pasien akan lebih dulu merasakan perbaikan ini. Yang paling sering dirasakan adalah timbulnya kembali gairah hidup dan inilah yang biasanya menjadi alasan utama bagai pasien untuk melanjutkan terapi. Hal ini dapat dibuktikan dengan menghentikan sementara (menginterupsi) penggunaan obat. Pasien dengan segera menyadari bahwa ia tidak dapat beraktivitas dengan baik tanpa suplementasi GH tersebut.
DIAGNOSIS
Pengambilan sampel sewaktu untuk pengukuran GH serum tidak bermakna secara klinis, karena sadar GH pada individual normal, rendah sepanjang hari. Oleh karena itu diperlukan tes stimulasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Food and Drug Administration (FDA) di Amerika telah menentukan kriteria respons normal setelah pemberian stimulus buku, yaitu > 5 ng/mL jika menggunakan metode radioimmunoassay non-spesifik (mengukur sebagian besar molekul GH yang bersirkulasi) dan 2,5 ng/mL bila menggunakan metode immunoradiometric assay yang lebih spesifik (mengukur jenis molekul GH yang aktif secara biologis).
TANDA-TANDA DEFISIENSI GH
Tanda-tanda fisik defisiensi GH adalah perubahan komposisi tubuh, antara lain meningkatnya lemak dan berkurangnya kekekaran tubuh. Penumpukan lemak terutama terjadi pada lemak visceral (lemak dalam tubuh, dicerminkan dengan lingkar perut) dan juga pada lemak subkutan (lemak bawah kulit). Perubahan kekekaran tubuh disebabkan karena berkurangnnya massa otot dan tulang Defisiensi GH juga menyebabkan peningkatan kolesterol total dan trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. Profil peningkatan lemak visceral dan faktor risiko penyakit kardiovaskular menyebabkan meingkatnnya angka kematian (mortalitas) akibat penyakit kardiovaskular.
DOSIS TERAPI
Pada pemberian GH, kadar IGF-1 pasien harus dipantau setiap 6-8 minggu mencapai nilai tengah sampai batas atas kisaran normal. Toleransi terhadap gehala juga menentukan dosis akhir. Pasien yang mengalami gejala nyeri otot dan tulang sindroma carpal tunnel atau hipertensi yang makin para harus dikurangi dosisnya. Seringkali gejala-gejala ini merupakan gejala terapi awal atau pada saaat peningkatan dosis. Jika gejala timbul dalam waktu 10 hari pertama pada terapi awal atau pada pemberian dosis yang lebih tinggi, disarankan pasien melanjutkan dosisnya karena gejala-gejala ini biasanya  akan hilang sehingga dosisnya harus dikurangi kedosis sebelumnya. Pasien harus mengetahui bahwa biasanya diperlukan 2-3 kali perubahan dosis sebelum mencapai  dosis akhir. Selain itu pasien juga sebaiknya diingatkan bahwa untuk menghilangkan sindroma secara tuntas diperlukan waktu terapi selama 8-12 bulan.
INTERKASI DENGAN HORMON LAIN
Pasien panhypopituitary (penurunan fungsi hipofisis secara luas) seringkali menggunakan hormon-hormon lain selain GH, seperti testosteron atau estrogen, tiroksin dan kortisol. Hormon-hormon tersebut umumnya tidak dipengaruhi oleh terapi GH, kecuali kortisol dalam urin meningkat selama terapi GH. Dampak hormon lainnya adalah kontrol glukosa. Pasien penderita diabetes tipe 2, seringkali mengalami diabetes yang makin parah selama terapi 6 bulan pertama. Pada akhirnya kontrol diabetes mereka membaik seiring dengan penurunan lemak, bertambahnya massa otot dan penurun berat badan.
KESIMPULAN
Pedoman terapi dan pemantauan harus difokuskan pada gejala-gejala yang dialami oleh pasien dan hasil pemeriksaan kadar IGF-1. Keberhasilan interaksi dokter dan pasien banyak tergantung dari pemahaman dokter tentang gejala sindroma defisiensi yang dialami oleh pasien. Keberhasilan terapi GH akan memberikan kepuasan bagia pasien, keluarga dan dokter yang menangani.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku