Home » , » KTI DIARE

KTI DIARE

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE
DI BANGSAL MELATI RSUD SRAGEN

Diare merupakan masalah utama di Indonesia, setiap tahun sekitar 100
juta episode diare pada orang dewasa per tahun.

Berdasarkn data profil kesehatan
2006, jumlah kasus diare di Jawa Tengah berdasarkan laporan puskesmas
sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648
sehingga jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah 428.235 dengan
jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang (CFR=0,13%). Cakupan penemuan
kasus di Sragen sebesar 45,4%
Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat. Mansjoer (2000)
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah  memberikan pengalaman
yang nyata kepada penulis dalam penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan pada pasien Diare.
Diagnosa yang muncul pada kasus Diare pada Tn.S adalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put berlebihan.
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tak adekuat. gangguan kurang kebutuhan istirahat tidur b.d hospitalisasi
sudah dapat teratasi sebagian, sehingga keperawatan masih dilanjutkan

Kata kunci : Mual, muntah, bab 4-5 kali perhari, nyeri, gangguan
kekurangan volume cairan.








ix 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan
ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih
menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi
setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi.
Diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus,
Bakteri, dan Parasit.
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3
juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa terserang diare infeksi 7
kali setiap tahunnya di  banding di negara berkembang lainnya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahun.
1
 2

Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar
keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit
di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat
pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Di
negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2  episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk
sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi
setiap tahunnya.

WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut
setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta
episode diare pada orang dewasa per tahun.

Dari laporan surveilan terpadu
tahun 2006 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah
sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah  Shigella, Salmonela,
Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri
berat umumnya disebabkan oleh  Shigella dysentery, kadang-kadang dapat
juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.
(Anonym. Wikipedia,  The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http://abuhamzah.multiply.com (accassed 14 Desember 2008).)


 3

Tabel : Data penyakit utama penyebab kematian di Rumah Sakit Di Indonesia.
NO  Jenis Penyakit  %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
Strok, tanpa pendarahan  
Pnemoni
Diare
Tuberkulusis Paru
Pendarahan Intrakranial
Diabetes Melitus
Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan gangguan yang
berhubungan dengan kelainan prematur
Penyakit Jantung
Gagal ginjal
5.9
3.5
3.5
3.3
3.1
3.0
3.0

2.9
2.9

Sumber : Dirjen Yanmedik, Depkes RI (2006)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penyakit diare berada pada
urutan ketiga dengan pravelensi sebesar 3.5% dari 9 penyakit utama yang ada
di Rumah Sakit yang menjadi penyebab utama dari kematian.
Berdasarkn data profil kesehatan  2006, jumlah kasus diare di Jawa
Tengah berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus
gastroenteritis dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan
penderita yang terdeteksi adalah  428.235 dengan jumlah kematian adalah
sebanyak 54 orang (CFR=0,13%). Cakupan penemuan kasus di Sragen
sebesar 45,4% (http://jawtengah.go.id/profilkesehatansragen/2006).
 4

B.  IDENTIFIKASI MASALAH
Melihat banyaknya penduduk di Indonesia yang menderita penyakit
diare, banyak angka kematian di Indonesia akibat diare maka penulis tertarik
untuk melakukan asuhan keperarawatan dengan judul “ Asuhan Keperawatan
Pada Tn.S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Diare Di Bangsal Melati
RSUD Sragen”.

C.  TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah  memberikan
pengalaman yang nyata kepada penulis dalam penatalaksanaan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien diare.
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat untuk :
a. Melakukan pengkajian pada pasien diare.
b. Melakukan analisia data pada pasien diare.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Merumuskan intervensi keperawatan.
e. Melakukan tindakan keperawatan.
f.  Melakukan evaluasi tindakan keperawatan


 5

D.  MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat bagi penulis.
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
gangguan system pencernaan diare.
2. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita
dan mengetahui cara perawatan diare  dengan benar.
3. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang
 











 6

BAB II
KONSEP DASAR

A.  PENGERTIAN
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih
dari 3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara
mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat.
Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih
BAB dengan bentuk tinja yang encer  atau cair. Dan menurut Ngastiyah
(2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat),  kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari  3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

B.  ETIOLOGI
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).
1.  Infeksi enteral  : Infeksi saluran pencernaan yang  merupakan  penyebab            
utama diare 
6 7

Infeksi bakteria  : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus  : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit  : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, 
giardia lambia), jamur (candida aibicans).
2.  Infeksi Parenteral   :  Infeksi  diluar alat pencernaan makanan seperti
Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
Faktor Malabsobsi  : karbohidrat, lemak, protein
Faktor makanan   : basi, racun, alergi.
Faktor psikologis  : rasa takut dan cemas.

C.  MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut  Suriadi (2001) antara lain :
1.  Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2.  Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3.  Kram abdominal.
4.  Demam.
5.  Mual dan muntah.
6.  Anoreksia.
7.  Lemah.
8.  Pucat.
9.  Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin. 8

D.  PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah
meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan  elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga  mengakibatkan dehidrasi kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi  dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk  akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan  intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan
akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini  terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam
yaitu:
1.  Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau  zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga  yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang 9

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2.  Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan  sekresi air dan elektrolit kedalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena  terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3.  Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah




 10

E.  PATHWAY
Faktor Mal Absorbsi
-  Karbohidrat
-  Lemak
-  Protein
Faktor Makanan
- Makanan Besi
- Beracun
- Alergi Makanan
Faktor Psikologi
-  Rasa takut
-  Cemas





Terdapatnya zat-zat
yang tidak diserap
Tekanan osmotif
meningkat

Reabsorbsi didalam
usus besar terganggu



Penyerapan sari-sari
makanan dalam
Saluran pencernaan tidak
adekuat
peradangan isi usus

Gangguan sekresi

Sekresi air dalam elektrolit
dalam usus meningkat
Merangsang usus
mengeluarkan isinya


DIARE





Gangguan
motilitas asus
                       
Hiperperistltik
Kesempatan usus
    menyerap
    makanan

    
   BAB sering dengan
       konsistensi cair


Inflamasi saluran
pencernaan
 
Kulit disekitar
anus lecet dan
teriritasi
Cairan yang
keluar banyak
Frekwensi
defekasi
Agen pirogenic  Mual dan
muntah
Kemerahan &
gatal
Sering digaruk
Dehidrasi  BAB encer
dengan atau
tanpa darah
Suhu tubuh
meningkat
Anoreksia
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Hipertermi  Gangguan eliminasi
BAB diare  Kerusakan
integritas kulit
Gangguan
pemenuhan cairan
& elektrolit



 11

F.  KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah bradikardi
perubahan elektrokardiogram ).
2. Hipokalsemia
3. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
4. Hiponatremi.
5.  Syok hipovalemik.
6. Asidosis
7. Dehidrasi

G.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
2.  Pemeriksaan intubasi duodenum.
3.  Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
4.  Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut  Mansjoer (2000 )
1.  Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga
ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
retensi terhadap berbagai antibiotik.
2.  Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit
( terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ). 12

3.  Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.

H.  PENATALAKSANAAN MEDIS
1.  Penatalaksanaan medis menurut  Biddulp and Stace (1999) adalah
pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a.  Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun
misalnya air gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin,
ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol
karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan
memperburuk diare.
b.  Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang
mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi
oral ( LRO ). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam
rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.
c.  Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping
LRO.
2.  Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a.  Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita. 13

b.  Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c.  Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero
patogen dan cara mengurangi penularan.

I.  FOKUS PENGKAJIAN
Fokus pengkajian menurut Doenges (2000 )
1.  Aktivitas / istirahat
Gejala  :  Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari,
kelemahan, perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan
aktivitas / partisipasi dalam latihan-latihan energi tinggi.
Tanda   : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus.
2.  Sirkulasi
Gejala   : Perasaan dingin pada ruangan hangat.
Tanda   : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia.
3.  Integritas ego
Gejala   :   Ketidakberdayaan  /  putus asa gangguan ( tak nyata )
gambaran dari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus-
menerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan takut
berat badan meningkat, harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda   : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas.

 14

4.  Eliminasi
Gejala  :   Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,
penggunaan laksatif / diuretik.
5.  Makanan, cairan
Gejala  :   Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan
normal atau meningkat.
Tanda   :   Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor
buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut,
luka tenggorokan terus-menerus, muntah, muntah berdarah,
luka gusi luas.
6.  Higiene
Tanda  :   Peningkatan  pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan
rambut ( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku
rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk
7.  Neurosensori
Tanda  : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,
bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.
8.  Nyeri / kenyamanan
Gejala  : Sakit kepala.
9.  Keamanan
Tanda  : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi.

 15

10.  Interaksi sosial
Gejala  :   Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu
dominan anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung
tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak
yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam
berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan.
11. Seksualitas
Gejala  :  Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut,
menyangkal / kehilangan minat seksual.
Tanda   : Atrofi payudara, amenorea.
12. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :   Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden
depresi keyakinan / praktik  kesehatan misalnya yakin
makanan mempunyai terlalu  banyak kalori, penggunaan
makanan sehat.

J.  FOKUS INTERVENSI
1.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan  dengan out
put yang berlebihan dengan intrake yang kurang ( Carpenito, 2000 ).
Tujuan    : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil  :  Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab                        
Intervensi  :
a.  Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membran mukosa. 16

Rasional :  Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau
dehidrasi.
b.  Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
Rasional  : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan,
fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk pengganti cairan.
c.  Monitor TTV
Rasional  : Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan      
keefektifan intervensi.
d.  Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan
albumin.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan
keefektifan terapi.
e.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan
antibiotik.
Rasional :  Untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan / elektrolit
2.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah
(Carpenito, 2000 ).
Tujuan  : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil  :  BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat                        
Intervensi :
a.  Timbang BB tiap hari 17

Rasional :  Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi.
b.  Monitor intake dan out put
Rasional : Untuk mengetahui  berapa banyak masukan dan
pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
c.  Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.
Rasional  :  Memungkinkan aliran usus untuk memastikan
kembali proses pencernaan, protein perlu untuk
integritas jaringan.
d.  Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa makanan.
e.  Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.
3.  Hipertermi berhubungan dengan  proses infeksi. ( Doenges, 2001 )
Tujuan  : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil  :  Tubuh tidak panas dan  suhu tubuh normal (S : 36-37
o
 C)                        
Intervensi :
a.  Observasi vital sign
Rasional  :   Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan
keefektifan intervensi.

 18

b.  Berikan kompres air hangat
Rasional :  Untuk mengurangi  / menurunkan rasa panas yang
disebabkan oleh infeksi.

c.  Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.
Rasional :  Untuk mengurangi  dehidrasi yang disebabkan oleh
out put yang berlebihan.
d.  Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis,
longgar dan menyerap keringat
Rasional  :   Agar pasien merasa nyaman.
e.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik
Rasional :  Untuk membantu  memulihkan kondisi tubuh dan
mengurangi terjadinya infeksi.
4.  Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB ( Suriadi,
2001)
Tujuan  : Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil  : Kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus.
a.  Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
Rasional  : Untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal :
kemerahan pada luka..
b.  Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian
Rasional  : Untuk mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
c.  Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab 19

Rasional  : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman,
bakteri, karena bakteri suka daerah yang lembab.
d.  Observasi keadaan kulit
Rasional  :  Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan
dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
e.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional  : Untuk membantu memulihkan kondisi badan.
5.  Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan
frekuensi defekasi ( Doenges, 1999 ).
Tujuan  :  BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning.
Kriteria hasil  : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional
program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus
mendekati normal.                          
Intervensi :
a.  Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional  : Diare sering terjadi setelah memulai diet.
b.  Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat
Rasional  : Meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu
untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare..
c.  Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional  :  Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan
membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak. 20

d.  Awasi elektrolit serum
Rasional : Peningkatan  kehilangan gaster potensial resiko
ketidakseimbangan elektrolit, dimana dapat menimbulkan
komplikasi lebih serius / mengancam.
e.  Berikan obat sesuai indikasi anti diare
Rasional  : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi
sampai tubuh mengatasi perubahan akibat bedah.















 21

BAB III
RESUME KASUS

A.  Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Februari 2009 jam 20.00 WIB. Di
Ruang Melati RSUD Sragen. Pasien Tn. R umur 41 tahun, jenis kelamin laki-
laki, status kawin, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, agama Islam, alamat
Tulakan, godog, Polokarto. Diagnosa medis Diare, dirawat sejak tanggal 29
Januari 2009, No register 184395, penanggung jawab Ny. M, agama Islam,
pekerjaan swasta, alamat Tulakan, godog, Polokarto, hubungan dengan pasien
sebagai istri.
Riwayat kesehatan pasien dengan  keluhan utama mengatakan mual,
muntah. Riwayat penyakit sekarang pada tanggal 26 Januari 2009, pasien
BAB cair 4-5 kali perhari, warna kekuningan kemudian diperiksa ke dokter
tetapi belum sembuh, dan pada tanggal 29 Januari 2009 oleh keluarga dibawa
ke IGD RSUD Sragen dengan keluhan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5
kali perhari, konsistensi cair, warna kekuningan kemudian pasien dianjurkan
mondok dan dirawat di bangsal Melati dan pada saat dikaji pada tanggal 29
Januari 2009 pasien mengatakan mual, muntah, badan lemas, diare 4-5 kali
perhari, konsistensi cair, warna kekuningan.
Riwayat penyakit dahulu : pasien mengatakan dahulu pernah sakit tifus
pada bulan Desember 2008 dan rirawat di RSUD Sragen selama 4 hari.
Riwayat penyakit keluarga : Dalam  keluarga tidak ada yang menderita
21 22

penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan penyakit menurun seperti
Hipertensi, DM dll.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Composmentis, keadaan
umum lemas, untuk tanda-tanda vital,  nadi 80 kali per menit, TD 130/80
mmHg, suhu 37 derajad celcius, respirasi 22 kali per menit. Untuk
pemeriksaan  head to toe bentuk kepala mesochephal, rambut hitam pendek,
tidak berketombe, tidak ada benjolan di kepala, mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva anemis, sklera ikteris, dapat membedakan warna, dapat melihat
dengan jelas dalam jarak + 6 m. Wajah,  ekspresi wajah tampak pucat, mata
menonjol dan kemerahan, hidung simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada
secret, dapat membedakan aroma makanan, obat, mulut, mukosa bibir kering,
telinga bentuk simetris, tidak ada serumen, bersih, bila ditanya dapat
menjawab dengan jelas, leher tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri saat
menelan. Dada, paru-paru inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri sama,
palpasi : tidak ada nyeri  tekan, perkusi : sonor, auskultasi:vesikuler. Jantung
inpeksi : ictus codis tidak tampak, palpasi : ictus cordis tidak teraba, perkusi :
pekak, auskultasi : reguler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar. Abdomen
inspeksi : simetris kanan dan kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26
x/menit, palpasi : suara tympani, perkusi : tidak ada nyeri tekan. Genetalia :
bersih, tidak terpasang kateter Anus : tidak ada benjolan. Ekstremitas atas kiri
gerakan terbatas karena terpasang infus 0,7 % sodium chlorida 20 tpm. Kulit :
warna kulit sawo matang, turgor jelek, kulit kering. 23

Pada pengkajian pola fungsi Henderson pola nafas sebelum sakit
pasien dapat bernafas dengan spontan tanpa alat bantu, selama sakit pasien
dapat bernafas dengan spontan. Pola makan sebelum sakit pasien makan habis
1 porsi 3 x sehari dengan makan nasi dengan lauk bervariasi, selama sakit
pasien hanya habis 2-3 sendok dari porsi RS karena pasien bila makan merasa
mual dan nafsu makan menurun. Pola minum sebelum sakit pasien minum
habis + 8 gelas ( + 2000 cc ), selama sakit pasien minum air putih habis + 4
gelas ( + 1000 cc )/ hari. Pola eliminasi selama sakit pasien BAB 4-5 x/hari
dengan konsistensi cair, bau khas feces, BAK 5-6 X perhari dengan bau urine
seperti obat. Pola gerak sebelum sakit  pasien dapat beraktivitas sehari-hari
tanpa bantuan, selama sakit pasien tidak dapat bergerak bebas karena
kelemahan fisik, pola pemeliharaan postur tubuh sebelum sakit pasien dapat
berjalan, lari, berolahraga, selama sakit pasien hanya berada di tempat tidur
dengan berganti posisi duduk dan berbaring, pola berpakaian dan kebersihan
tubuh sebelum sakit pasien 2x sehari,  ganti baju 2x sehari, gosok gigi 2x
sehari, keramas 2x seminggu dengan sendiri, selama sakit pasien disibin 2x
sehari, ganti baju 1x sehari, gosok gigi 2x sehari  dengan dibantu keluarga.
Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien tidur + 8-9 jam perhari, selama
sakit pasien tidur nyenyak karena terganggu dengan lingkungan sekitar terlalu
gaduh / ramai pada saat jam kunjung pasien, pola menghindari bahaya
sebelum sakit pasien dapat menjaga diri sendiri tanpa bantuan, selama sakit
pasien dijaga pasien keluarga dan mengikuti saran dokter dan tim medis, pola
komunikasi sebelum sakit pasien dapat berkomunikasi dengan verbal dan non 24

verbal serta mampu menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan, selama
sakit pasien mampu berkomunikasi dilingkungan sekitar dan mampu
menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan. Pola beribadah sebelum sakit
pasien menjalankan sholat 5 waktu secara rutin dengan berdiri, selama sakit
pasien menjalankan sholat 5 waktu secara rutin di tempat tidur, pola bekerja
sebelum sakit pasien dapat bekerja sesuai dengan tugasnya, selama sakit
pasien  tidak dapat menjalankan aktivitas kesehariannya, pola rekreasi
sebelum sakit pasien mendapat hiburan dengan melihat TV, membaca koran,
berbincang-bincang dengan tetangga sekitar, selama sakit pasien dapat
informasi dari tim medis.
Dari data penunjang di dapat pemeriksaan laboratorium tanggal 1
september 2008. Ureum 2,5 mg/dl ( nilai normal 10-50 mg/dl ), Creatinin 4,1
mg/dl ( nilai normal p : 0,7-1,2, w : 0,5-0,9 mg/dl ), Kalium 5,1 mmol/L ( nilai
normal serum : 3,5-5,1 mmol/ L ). Untuk terapi diberikan infus 0,9 % sodium
chlorida 20 tpm, piralen 2 ml/6L, Ulceranin 2 ml/8 j, Amoxan 1 gr/8 J, Lasix 2
ml/12 J, tonar 3x1 rendah kalium.
Dari data fokus didapatkan adanya data subyektif yaitu pasien
mengatakan mual, muntah. Pasien mengatakan makan hanya habis 2-3 sendok
dari porsi RS. Pasien mengatakan tidur + 3-4 jam/hari, pasien mengatakan
minum air putih habis + 4 gelas ( + 1000 cc )/ hari, pasien mengatakan diare
4-5 kali perhari, konsistensi cair, warna kekuningan para obyektifnya pasien
wajah tampak pucat, mata tampak besar-besar, mata kemerahan, konjungtiva
anemis, sklera ikterik, turgor jelek, kulit kering, BB sebelum sakit : 55 kg, 25

selama sakit : 53 kg, feces konsistensi cair, warna kekuningan, hasil
laboratorium Ureum 2,5 mg/dl, Creatinin 4,1 mg/dl, Kalium 5,1 mmol/L,
tekanan darah 130/80 mm Hg, Nadi 80 x/menit, suhu : 37 derajad Celcius,
respirasi : 22 x/ menit.
B.  Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
No  Tgl/Jam  Data  Problem  Etiologi
1  2 Feb
2009
DS : Pasien  mengatakan
minum air putih habis +
4 gelas  (+ 1000 ) / hari
    Pasien mengatakan diare
4-5 x 1 hari, konsistensi
cair, warna kekuningan.
DO :   Turgor jelek, kulit
kering
Mukosa bibir kering
Feses konsistensi cair,
warna kekuningan
Ureum 2,5 mg/dl
Creatinin 4,1 mg/dl
Kalium 5,1 mmol / L
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Out put
berlebihan
2  2 Feb
2009
DS :  Pasien  mengatakan
mual, muntah
      Pasien  mengatakan
Resti
pemenuhan
nutrisi kurang
Intake tidak
adekuat 26

hanya habis 2 – 3
sendok dari porsi RS
DO  : Wajah tampak pucat
 Konjungtiva anemis
dari kebutuhan
tubuh
3  2 Feb
2009
DS : Pasien mengatakan tidur
+ 3-4 jam/hari
DO  : Wajah tampak pucat
  Mata tampak besar-
besar, mata kemerahan.
Resti kurang
kebutuhan
istirahat tidur
Hospitalisasi

Diagnosa keperawatan menurut prioritas :
1.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.
2.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang  dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
3.  Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan hospitalisasi.

C.  Intervensi, Implementasi, Evaluasi
1.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.
Tujuan : kebutuhan cairan dan  elektrolit terpenuhi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil
turgor kulit elastis mukosa bibir lembab, feses konsistensi lembek/padat. 27


Intervensi tanggal 2 – 5 Februari 2009 pantau tanda dan gejala
dehidrasi ( kulit, membran mukosa kering, berat jenis urine, haus ), pantau
masukan dan keluaran urine, observasi TTV, jelaskan pentingnya cairan
untuk tubuh, lanjutkan terapi dari dokter untuk  obat anti diare dan anti
biotik.
Implementasi tanggal 3 – 5 Februari 2009 mengobservasi TTV
respon pasien : TD 120/180 mmHg, N : 84 x/menit, S : 37’C, R : 24
x/menit. Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh, respon pasien :psien
memperhatikan penjelasan dari pertanyaan, memantau pemasukan dan
keluaran urine. Respon pasien : pasien BAK 2x ( 100 cc ), minum + 2
gelas ( 520 cc ), melanjutkan terapi dokter untuk memberikan obat
antidiare dan antibiotik. Respon pasien: pasien bersedia disuntik.
Memantau tanda dan gejala dehidrasi. Respon pasien : kulit tidak kering,
lembab, mukosa bibir lembab.
Evaluasi tanggal 5 Februari 2009 Jam 14.00 WIB.  Subyektif :
pasien mengatakan minum air putih  habis + 8 gelas ( + 200 cc ) dalam
sehari-hari.  Obyektif : Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab,
Assesment : masalah teratasi. Planning : Intervensi dihentikan.


 28

2.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang  dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
Evaluasi tanggal 5 Februari 2009 jam 14.00 WIB  Subyektif  :
pasien mengatakan makannya habis ¼ porsi dari RS (+ 4 sendok ) masih
merasa sedikit mual. Obyektif  : pasien makan habis ¼ porsi. Assesment :
masalah teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan, timbang BB
pasien tiap hari, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, beri diet
sesuai dengan kondisi pasien, lanjutkan  advice  dokter untuk obat
antimetik.
3.   Gangguan gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi.
Tujuan : kebutuhan istirahat tidur terpenuhi setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2 x 24 jam dengan kriteria hasil : pasien bisa tidur +
8 jam / hari, wajah tampak segar.
Intervensi tanggal 2-5 Februari 2009 ciptakan lingkungan yang
tenang, batasi jumlah pengunjung, kaji kebiasaan pasien sebelum tidur,
anjurkan pada pasien untuk memilih posisi tidur senyaman mungkin,
anjurkan pasien bersikap rileks.
Implementasi tanggal 3-5 Februari 2009 menciptakan lingkungan
yang tenang, respon pasien :  subyektif : pasien mengatakan sudah
mengantuk sekitar kalau pasien mau tidur,  obyektif : memberikan
pengertian kepada keluarga dan lingkungan sekitar kalau pasien mau tidur,
mengkaji kebiasaan pasien sebelum tidur, respon pasien, subyektif : pasien
sebelum tidur ingin minum,  obyektif : pasien minum air putih ½ gelas. 29

Membatasi jumlah pengunjung, respon pasien : pasien ditunggu istrinya
saja, menganjurkan pasien untuk bersikap rileks, respon pasien : subyektif :
pasien berfikir tenang, obyektif : pasien terlihat tenang.
Evaluasi tanggal 5 Februari 2009 jam 14.00 WIB.  Subyektif  :
pasien mengatakan tidur nyenyak,  obyektif  : pasien tidur + 8 jam/hari.
Assesment : masalah teratasi. Planning : intervensi dihentikan.
















 30

BAB IV
PEMBAHASAN

A.  Pengkajian
Pada tahapan ini penulis akan menguraikan tentang pembahasan
asuhan keperawatan pada Tn. R dengan gangguan system pencernaan : Diare
diruang Melati RSUD Sragen. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 2
Februari 2009 pukul 20.00 WIB.
Pemeriksaan fisik dan pengkajian pola fungsi dengan menggunakan
Handerson ditemukan data, pasien mengatakan minum air putih habis + 4
gelas ( + 1000 cc )/hari, pasien mengatakan BAB 4-5 x/hari dengan
konsistensi cair, warna kekuningan, bau khas feces, BAK 5-6 x/hari dengan
bau urine seperti obat, pasien mengatakan makan hanya habis 2-3 sendok dari
porsi RS karena bila makan merasa mual dan nafsu makan menurun.
B.  Diagnosa, Intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan
1.  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu keadaan dimana
seorang individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau resiko
mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial atau intravaskuler                     
(Carpenito, 2001).

30 31

Penulis mengangkat diagnosa gangguan pemenuhan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan out put  yang berlebihan. Sesuai dengan
sumber yang kami dapatkan batasan-batasan karakteristik gangguan cairan
dan elektrolit antara lain : kelemahan, haus, penurunan turgor kulit,
membran mukosa kering, nadi meningkat, tekanan nadi menurun,
peningkatan suhu tubuh, kehilangan berat badan mandadak. (Nanda,2006).
Diagnosa ini penulis tegakkan karena didapatkan data-data pada
Tn. R pasien mengatakan minum air putih habis + 4 gelas (+1000 cc/hari)
pasien mengatakan BAB 4-5 x/hari dengan konsistensi cair, warna
kekuningan, bau khas feces, torgor kulit jelek, kulit kering, mukosa bibir
kering. Diagnosa ini muncul karena  adanya kondisi seperti diuraikan
diatas mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Diagnosa ini penulis tegakkan menjadi diagnosa pertama karena
apabila gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tidak diatasi resiko
mengalami dehidrasi vaskuler, cardiac dysrhytimias, syok hipovolemik.
Mengatasi masalah tersebut penulis melakukan implementasi sesuai
intervensi yaitu :
a.  Memantau tanda dan gejala dehidrasi
Untuk mengetahui sejauh mana pasien mengalami kehilangan cairan
bila terus-menerus BAB ( Doenges, 2000 )
b.  Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan
Dalam hal ini untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit ( Doenges, 2000 ) 32

c.  Mengobservasi tanda-tanda vital
Dengan memonitor tanda-tanda vital penulis diharapkan dapat
mengetahui keadaan umum pasien secara rinci sehingga bisa
mengobservasi proses perkembangan penyakit dan tingkat
keberhasilan perawatan. ( Carpenito, 1999 )
d.  Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh
Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi
(Carpenito, 1999)
e.  Melanjutkan terapi dari dokter untuk obat antidiare dan antibiotik
Untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan / elektrolit.
(Doenges,2000)
Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam didapatkan data pasien mengatakan minum air putih
habis + 8 gelas ( + 2000 cc/hari ), BAB 1-2 x/hari dengan konsistensi
lembek, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, sehingga sesuai
dengan hasil yang diharapkan dan intervevsi dihentikan.
Kekuatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan ini antara lain :
kekuatan : Tn. R dan keluarga sangat mendukung semua yang
disarankan oleh perawat. Kelemahan : penulis tidak mencantumkan
balance cairan yang seharusnya dihitung.
Balance cairan Tn. R tanggal 2 september 2008 balance cairan dalam
sehari adalah sebagai berikut :
-  Minum  : 1.000 cc 33

-  Cairan infus 0,9% sodium clurida 20 tpm  : 1.500 cc
-  Makanan  :    200 cc
-  Oksidasi metabolik  :    200 cc   +
  Jumlah        : 2.900 cc
Pengeluaran cairan out put oksidasi metabolic :
-  Diare  : 1.000 cc
-  Urine  : 1.600 cc
-  Muntah  :    400 cc
-  IWL  :    550 cc
-  Keringat  :    100 cc  +
Jumlah  : 3.650 cc
Jadi balance cairan Tn. R adalah input-out put : 2.900-3.650 : -750 cc
karena pada Tn. R input dan out put  lebih besar out put nya, maka Tn. R
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang  dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tak adekuat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan
yang tidak adekuat ( Carpenito, 1999 ).
Batasan karakteristik gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh antara
lain : berat badan dibawah ideal, intake kurang dari kebutuhan tubuh, 34

membran mukosa kering, enggan makan, tonus otot buruk, suara usus
hiperaktif ( Nanda, 2006 ).
Diagnosa ini muncul karena ditemukan adanya data-data setelah dilakukan
pengkajian pada Tn. R sebagai berikut yaitu pasien mengatakan mual,
muntah. Pasien mengatakan hanya  habis 2-3 sendok dari porsi Rumah
sakit, wajah tampak pucat, konjungtiva anemis.
Penulis memprioritaskan diagnosa pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sebagai diaognosa kedua karena ini harus segera
terpenuhi karena akan mengakibatkan metabolisme nutrien tidak adekuat
untuk kebutuhan metabolik, ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme menyebabkan menurunnya kemampuan untuk
tumbuh dan memperbaiki sel-sel. Metabolisme perlu ditingkatkan bila
terjadi trauma dan infeksi ( Carpenito, 1999  ).
Untuk mengatasi diagnosa kedua ini penulis merencanakan tindakan
keperawatan tersebut berdasarkan rasionalisasi. Adapun rencana tindakan
kepearwatan tersebut adalah sebagai berikut :
a.  Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
Dengan pemberian makanan yang sedikit tapi sering dapat
menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan untuk
mencegah distraksi gaster ( Doenges, 1999 )
b.  Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
Memberikan informasi tentang ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme menyebabkan menurunnya berat badan, 35

memburuknya kesehatan, menurunnya kemampuan tubuh untuk
memperbaiki sel-sel ( Carpenito, 2000  )
c.  Memberikan diet sesuai dengan kondisi pasien.
Pemberian diet sesuai dengan  metode makanan dan kebutuhan kalori
didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan
nutrisi maksimal ( Doenges, 2000 )
d.  Melanjutkan advice dokter untuk obat antiemetik.
Antiemetik mencegah muntah dengan menghambat rangsang terhadap
pusat muntah ( Carpenito, 1999 )
3.  Gangguan istirahat tidur b.d hospitalisasi
Perubahan pada pola tidur adalah suatu kebutuhan istirahat tidur yang
berubah karena keterbatasan waktu tidur ( secara alami, terus-menerus,
dalam kesadaran relatif ) meliputi jumlah dan kualitasnya ( Nanda, 2005 )
Diagnosa ini penulis tegakkan karena diperoleh data-data : pasien
mengatakan tidur + 3-4 jam/hari,.wajah tampak pucat, mata tampak
menonjol, mata kemerahan.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka penulis merencanakan serangkaian
tindakan keperawatan yang bertujuan,  kebutuhan istirahat tidur pasien
terpenuhi. Untuk mencapai tujuan diatas intervensi yang penulis tetapkan
antara lain :
a.  Ciptakan lingkungan yang tenang
Kurangi kebisingan dan lampu untuk memberikan situasi yang
kondusif ( Doenges, 2000 ) 36

b.  Batasi jumlah pengunjung
Mengurangi kebisingan untuk memberikan situasi yang kondusif agar
pasien lebih tenang dalam beristirahat ( Doenges, 2000 )
c.  Kaji kebiasaan pasien sebelum tidur
Mengetahui pola kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi, sehingga
dapat untuk menentukan intervensi selanjutnya ( Doenges, 2000 )
d.  Anjurkan pada pasien untuk memilih posisi tidur senyaman mungkin
Tinggikan kepala tempat tidur +  30 derajad atau gunakan penopang
dengan bantal dibawah lengan untuk meningkatkan relaksasi, memberi
ruang yang lebih besar pada paru untuk pengembangan
(Carpenito,1999).
e.  Anjurkan pasien bersikap rileks
Menurunkan rangsang eksentrik HCL, menurunkan resiko pendarahan
ulang ( Doengas, 1999 )
Sesuai dengan perencanaan yang telah penulis rencanakan diatas maka
penulis melaksanakan serangkaian tindakan antara lain : menciptakan
lingkungan yang tenang, mengkaji kebiasaan pasien sebelum tidur, membatasi
jumlah pengunjung, menganjurkan pasien untuk memilih posisi tidur
senyaman mungkin, menganjurkan pasien untuk bersikap rileks.
Hasil evaluasi tanggal 2 februari 2008. Pasien mengatakan tidur
nyenyak, pasien tidur + 8 jam/hari, masalah teratasi sehingga intervensi
dihentikan. 37

Kekuatan dan kelemahan ditegakkan diagnosa ini antara lain :
Kekuatan : pasien dapat  tidur lebih tenang, kebutuhan tidur pasien cukup,
kurang lebih 8 jam / hari. Kelemahan : kondisi lingkungan Rumah sakit yang
kurang tenang (terlalu ramai) sehingga lingkungan tenang sulit tercapai.
C.  Diagnosa yang muncul pada kasus sesuai dengan teori.
1.  Gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
yang berlebihan (Carpenito, 2000)
Diagnosa ini ditegakkan karena didapatkan data-data pada Tn. R
pasien mengatakan minum air putih habis + 4 gelas ( + 1000 cc/hari ),
pasien mengatakan diare 4-5 x/hari, konsistensi cair, warna kekuningan,
turgor jelek, mulut kering, mukosa bibir kering, feces konsistensi cair,
warna kekuningan, ureum 2,5 mg/dl,  kreatinin 4,1 mg/dl, kalium 5,1
mmol/L. Diagnosa ini muncul karena  adanya kondisi seperti diuraikan
diatas mengakibatkan gangguan kebutuhan cairan.
2.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang  dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat (Carpenito, 2000)
Diagnosa dapat ditegakkan jika ditemukan adanya penurunan nafsu
makan, berat badan menurun, asupan makanan yang tidak adekuat. Data
yang ditemukan penulis pada pasien Tn. R yang dapat mendukung
ditegakkannya diagnnosa ini adalah  pasien mengatakan mual, muntah,
pasien mengatakan makan hanya habis 2-3 sendok dari porsi Rumah sakit,
wajah tampak pucat, konjungtiva anemis, BB sebelum sakit : 55 kg, BB
selama sakit : 53 kg, BB ideal : 55 kg. 38

Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh karena nutrisi dibutuhkan tubuh untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme yang meningkat.
D.  Diagnosa tidak ditemukan dalam teori tetapi muncul pada kasus.
1.  Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hospitalisasi
Diagnosa ini penulis tegakkan karena pada pasien didapatkan data
yaitu pasien mengatakan tidur + 3-4  jam/hari, wajah tampak pucat, mata
tampak besar-besar, mata kemerahan.
E.  Diagnosa yang ada dalam teori tetapi tidak ditemukan di kasus ini
1.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB
(Suryadi,2000)
Diagnosa ini tidak muncul karena pasien mengatakan tidak
mengalami iritasi / lecet disekitar  anus dan tidak ada data-data yang
menunjukkan kerusakan integritas kulit.
2.  Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ( Doenges, 2001 )
Diagnosa ini tidak muncul karena suhu tubuh pasien dalam batas
normal 37 derajad celcius dan tidak didapatkan data-data yang
menunjukkan peningkatan suhu tubuh.




 39

BAB V
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
1. Diagnosa yang muncul pada kasus Diare pada Tn.S adalah gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
berlebihan.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tak adekuat. Gangguan kebutuhan istirahat
tidur b.d hospitalisasi
2.  Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan Tn.S adalah
mengobsrvasi keadaan umum pasien, Memantau tanda dan gejala
dehidrasi,  Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, Mengobservasi
tanda-tanda vital, Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh,
Melanjutkan terapi dari dokter untuk obat antidiare dan antibiotic,
Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, Memberikan diet
sesuai dengan kondisi pasien, Anjurkan pasien bersikap rileks
3.  Tindakn yang kurang dapat terlaksana dengan baik yaitu belum bisa
memberikan lingkungan yang tenang, mengkaji kekurangan cairan /
dehidrasi hanya berdasarkan perkiraan keluarga pasien.




41 40

B.  SARAN
1.  Jam kunjung lebih ditertibkan lagi. karena dengan pembatasan jam
kunjung pasien ada waktu buat istirahat tidur, pasien merasa terganggu
bila lingkungan sekitar terlalu gaduh / ramai.
2.  Perawat harus lebih memperhatikan  pasien, dalam memberikan asuhan
keperawatan hendaknya harus sesuai standar yang berlaku dan
meningkatkan kerja sama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan
lainnya .
3.  Fasilitas rumah sakit sebaiknya lebih diperhatikan dan dilengkapi lagi.
misalnya : pispot dan ember kecil disetiap ruangan, sebaiknya  ditambah
lagi karena dapat mengganggu proses keperawatan.











 41

DAFTAR PUSTAKA

Bidup John, 1999. Kesehatan Anak Untuk Keperawatan Petugas Penyuluhan
Kesehatan dan Bidas Desa. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.

Anonym. 20307. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http://en.wikipedia.org (accassed 15 Desember 2008).

Beherman E Richard, dkk, 1999.  Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi
15. EGC : Jakarta.

Carpenito. L. J, 2000. Hand Book of Nursing Diagnosa. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynm E. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.  Edisi
3. EGC. Jakarta.

Anonym. 20307. Wikipedia,  The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http://abuhamzah.multiply.com (accassed 14 Desember 2008).
Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.
Agung Seto. Jakarta.

Anonym. 20307. Wikipedia,  The Free Encyclopedia. Available from E-mail:
http: // tutorial kuliah. Wordpress.com.(accassed 14 Desember
2008).

Ngastiyah, 2005.  Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC,
Jakarta

Sundaru, Heru. 2001.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.  Edisi 3. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta


Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku