KONSEP
MEDIS
A. PENGERTIAN
-
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah
dan/atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
-
Diare adalah keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
-
Diare adalah keluarga tinja air
dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja > 159/kg/24 jam pada umur
3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih
dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
-
Diare adalah kehilangan cairan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali/lebih
buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).
-
Diare adalah buang air besar
(defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200
ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, 2000: 470).
-
Diare adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).
-
Diare adalah defekasi yang
kerap dengan tinja
B.
ETIOLOGI
- Faktor Infeksi
1)
Infeksi enteral: infeksi saluran
pencernaan makanan yang meriupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi
infeksi enteral sebagai berikut:
-
Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide,
poliomyelitis), adeno-virus, rotavirus,
astrovirus.
-
Infeksi parasit: cacing
(ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa (entamoeba histolytica,
giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida albicans).
2)
Infeksi parenteral ialah inf
eksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
- Faktor Malabsorbsi
1)
Malabsorbsi karbohidrat:
-
Disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa dan sukrosa)
-
Monosakarida (intoleransi
glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
(intoleransi laktosa).
2)
Malabsorbsi lemak
3)
Malabsorbsi protein
- Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
- Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
- Faktor imunodefisiensi
- Faktor obat-obatan, antibiotik
- Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
C.
TANDA DAN GEJALA
a. Tanda :
-
Cengeng
-
Anus dan daerah sekitar lecet
-
BB menurun
-
Turgor berkurang
-
Mata dan ubun-ubun besar dan
menjadi cekung (pada bayi)
-
Selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering
-
Nadi cupat dan kecil
-
Denyut jantung jadi cepat
-
TD menurun
-
Kesadaran menurun
-
Pucat, nafas cepat
-
Buang air besar 4x/hari untuk
bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
-
Suhunya tinggi
b. Gejala :
-
Tidak nafsu makan
-
Lemas
-
Dehidrasi
-
Gelisah
-
Cengeng
-
Oliguria
-
Anuria
-
Rasa haus
D.
PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat
diare baik akut/kronis akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit
(terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena
kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare.
2)
Gangguan keseimbangan asambase
(asidosis-metabolik)
Asidosis
metabolik terjadi karena:
a.
Kehilangan natrium bikarbonat
bersama tinja
b.
Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.
c.
Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya
anoksia jaringan.
d.
Pemindahan ion Na dari cairan
ekstra seluler
3)
Hipoglikemia
Hipoglikemia
terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang dengan gizi cukup (baik,
hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak sebelumnya pernah
menderita lalep).
4)
Gangguan gizi
Ketika
orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat. Hal
ini disebabkan karena makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik
karena hiperperistaltik. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Mikroorganisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5)
Gangguan sirkulasi darah
Sebagai
akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa kegiatan (syok)
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
E.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005
adalah:
Mula-mula pasien
cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan
turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Manifestasi
klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
- Diare dengan dehidrasi ringan
-
Kehilangan cairan 5% dari berat
badan
-
Kesadaran baik (samnolen)
-
Mata agak cekung
-
Turgor kulit kurang dan
kekenyalan kulit normal
-
Berak cair 1-2 kali per hari
-
Lemah dan haus
-
Ubun-ubun besar agak cekung
- Diare dengan dehidrasi sedang
-
Kehilangan cairan lebih dari
5-10% dari berat badan
-
Keadaan umum gelisah
-
Rasa haus
-
Denyut nadi cepat dan
pernafasan agak cepat
-
Mata cekung
-
Turgor dan tonus otot agak
berkurang
-
Ubun-ubun besar cekung
-
Kekenyalan kulit sedikit
berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
- Diare dengan dehidrasi berat
-
Kehilangan cairan lebih dari
10% dari berat badan
-
Keadaan umum dan kesadarna umum
koma (apatis)
-
Denyut nadi cepat nsekali
-
Pernafasan kusmaul (cepat
sekali)
-
Ubun-ubun besar cekung sekali
-
Mata cekung sekali
-
Turgor/tonus kurang sekali
-
Selaput lendir kurang/asidosis
F.
KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
-
Diare akut
-
Diare kronis
1.
Diare Akut
Adalah
diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat.
2.
Diare Kronis
Adalah
diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a.
Diare osmotik
-
Diare yang berhenti jika
pemberian makanan (obat-obatan
dihentikan).
-
Pada diare osmotik, osmolatitas
tinja diare merupakan beban osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak
diabsorbsi.
-
Tinja mempunyai kadar Na+
rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L).
-
Dapat disebabkan oleh
malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
-
Kelainan-kelainan yang
menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola
tampilannya.
b.
Diare sekretorik
-
Diare yang menetap walaupun
penderita dipuasakan.
-
Diare sekretorik jarang dan merupakan
kelainan pada bayi.
-
Frekuensi BAB > 5x/24 jam,
encer, volumenya banyak.
-
Tinja mempunyai kadar Na+
tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.
Klasifikasi
diare kronik berdasarkan sifat tinja,
berair, berlemak, ber darah pada bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
a.
Watery Stools/tinja besar
1)
Gastroenteropati alergi
-
Alergi proten susu sapi
-
Alergi protein kedelai
2)
a) - Defisiensi
disakarida
-
Defisiensi laktase sering
sekunder
-
Defisiensi sukares ismaltase
b) Malabsorbsi
gluksoa galaktosa
3)
Defek imun primer
4)
Infeksi usus oleh virus,
bakteri dan parasit (Giardk)
5)
CSBS (contraminated small bowel
syndrome)
-
Obstruksi usus terhadpa loops,
mal rotasi, short bowe syndrome, dan segalanya.
6)
Presistent poslenteng diare
dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
7)
Diare sehubungan dengan
penyakit endokrin
-
Hipoparatiroidisme
-
Insufisiensi adrenal
-
Diabetes mellitus
8)
Diare sehubungan dengan tumor
-
Karsinom medula tiroid
-
Ganglionueuroma
9)
Malabsorpsi as.
Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
b.
Fatty stools/tinja berlemak
1)
Insuifisiensi pankreas
-
Hipoplasi
-
Cystic fibrosis
2)
Limfangiektasi usus
3)
Kolestasis
-
Atresia bilians
ekstra/intrahepatik
-
Hepatitis neonatal
-
Sirosis hepatitis
c.
Bloody stools/tinja berdarah
1)
V. campylobacter, salmonella,
shygella
2)
Disentri amuba
3)
Inflamatory bowel desease
4)
Diare berhubungan dengan lesi
anal
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Pemeriksaan Tinja
1.
Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam
sehari kurang lebih 250 mg.
2.
Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105
mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja (
normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31 mEq/l ).
b.
PH dan kadar gula dalam tinja
dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga terjadi intoleransi
gula.
1.
PH normal kurang dari 6
2.
Gula tinja, normalnya tidak
terjadi gula dalam tinja.
c.
Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan
analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik
alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d.
Pemeriksaan kadar urin dan
kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1.
Urin normal 20-40 mg/dl. Jika
terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2.
Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl.
Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e.
Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda
serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah
13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami
penurunan diare akut.
f.
Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman
secara kuantitatif terutama pada diare kronik. Penyebab yang ditemukan tidak
ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual
intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3 kuman bakteri yang
menjadi penyebab diare.
H.
PENULARAN
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1.
Menggunakan sumber air yang tercemar
2.
BAB sembarang tempat
3.
Pencemaran makanan oleh
serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4.
Fecal oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar
5.
Melalui makanan yang
terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang
tersebut tidak mencuci tangannya secara teratur setelah menggunakan kamar
mandi.
6.
Mengkonsumsi ikan mentah/tidak
dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7.
Kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum bersama/menggunakan
peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus diare.
I.
PENCEGAHAN
1.
Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2.
Mendesinfeksi permukaan
peralatan rumah tangga.
3.
Mencuci pakaian kotor dengan
segera sampai bersih
4.
Hindari makanan dan air yang
terkontaminasi.
J.
KOMPLIKASI
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a.
Berdasarkan kehilangan cairan
dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
·
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus
dan osmolality cairan ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal,
frekuensi jantung normal kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
·
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering(
lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
·
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari
pada garam, terjadi karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative
losses misalnya, panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia,
pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l
b.
Berdeasarkan derajatnya
·
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa
sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata
sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih baik, status mental normal.
·
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus
meningkat, tugor turun, frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering,
merah, kadang sianosis, mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar
urin mengurang, kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
·
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai
apatis,bibir kering, merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan
fontanela cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada,
nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru
lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6 bulan ). Biasanya
terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau makanan kurang
/ cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat
terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare
yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai
kecenderungan mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi
Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya akan timbul jika penyebab
diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi
karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan
akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya
asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai kompensasi terjadi asidosis
respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0
mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi
yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan
pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal
terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi
laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat menimbulkan volume
tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan
tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak
dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada
hubunganya dengan diare seperti meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein
(akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat
hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi,
iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus yang
ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian
cairan oral terlalu cepat.
K.
PENATALAKSANAAN
- Penatalaksanaan Medis
Dasar
pengobatan diare adalah:
1)
Pemberian cairan
a.
Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad
libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b.
Dehidrasi ringan
·
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB
per oral (intragastrik)
·
selanjutnya: 125 ml/kgBB per
oral (intragastrik)
c.
Dehidrasi sedang
·
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB
per oral/intragastrik (sonde)
·
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
ad libitum.
d.
Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
berat badan 3 – 10 kg.
·
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit
(set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1
ml = 20 tetes).
·
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit
(1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
·
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau
intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun
dengan berat badan 10-15 kg.
·
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau
intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena
2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun
dengan BB 15-25 kg
·
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau
bila anak tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 1 ½ tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus)
dengan berat badan 2-3 g
·
Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24
jam.
·
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1 ½%)
·
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20
jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah,
dengan berat badan kurang dari 2 kg .
·
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
·
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NaHCO3 1 ½%)
·
Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan
berat dengan diare dehidrasi berat. Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3-10 kg.
·
Jenis cairan: DG aa
·
Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24
jam (tabel 3.3).
·
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau
15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5
tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20
jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20
jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20
tetes).
Pemberian cairan
pasien MEP tipe marasmik.
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi
berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1 bulan – 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg
BB/24 jam.
2)
Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun
dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
-
Susu (ASI dan atau formula yang
mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh).
-
Makanan ½ padat (bubur),
makanan padat (nasi tim).
-
Susu khusus sesuai dengan
kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam lemak berantai sedang atau
jenuh.
Cara memberikan:
Hari
|
Ket
|
1.
|
·
Setelah rehidrasi segera
diberikan makanan per oral
·
Bila beri susu tetapi tetap
diare, maka beroralit selang-seling dengan ASI.
|
2-4
|
·
Beri susu formula rendah
laktosa penuh.
|
5
|
·
Bila tidak ada kelainan
dipulangkan.
|
3)
Obat-obatan
a.
Obat anti – sekresi
b.
Obat spasmolitik
c.
Antibiotik, diberikan jika
jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
Cairan per oral
-
Pasien dehidrasi ringan dan
sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO3, KCl dan
glukosa.
-
Pasien diare akut dan koleri
umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
-
Pasien umur 6 bulan de ngan
dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
-
Pemberian formula tidak lengkap
(mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
Cairan parenteral
-
Pemberian RL sesuai dengan
berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan BBnya.
- Penatalaksanaan Keperawatan
1)
Resiko terjadi gangguan
sirkulasi darah
a)
Bila dehidrasi masih ringan
-
Beri minum sebanyak-banyaknya ± 1 gelas/pasien defekasi
-
Cairan mengand ung elektrolit
seperti oralit
-
Jika anak muntah dapat
diberikan melalui sonde
-
Jika lewat oral tidak bisa
makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.
b)
Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih
cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
-
Jumlah tetesan permenit
dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai0
-
Perhatikan tanda vital: denyut,
nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
-
Perhatikan frekuensi buang iar
besar anak apakah masih sering, encer/sudah berubah konsistensinya.
-
Beri minuman teh/oralit 1-2
sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir kering.
-
Jika rehidrasi telah terjadi,
infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.
2)
Kebutuhan nutrisi
-
Beri makanan mengandung cukup
kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.
-
Beri ASI terus bagi bayi yang
masih minum ASI.
-
Bila bayi tidak minum ASI
diberi susu yang cocok.
-
Bagi anak di atas 1 tahun dan
sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari
keesokannya jika membaik boleh diberi wortel daging tidak berlemak.
3)
Risiko terjadi komplikasi
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis,
dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan sebagai berikut:
-
Infeksi terjadi hematom,
flebitis
-
Kelebihan cairan terjadi
sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak seluruh wajah, jika berlanjut
edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak, kejang, sehinga terutama untuk
bayi tetesannya harus tepat.
-
Kulit iritasi dan lecet pada
anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas yang dibasahi minyak sayur,
jangan sesekali beri bedak.
-
Kejang-kejang karena
hipoglikemia atau kelebihan cairan.
-
Malnutrisi energi protein.
4)
Gangguan rasa aman dan nyaman
- Karena sering buang air sehingga melelahkan
dapat dirawat di atas eltor bed.
- Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu
diberi penjelasan dan motivasi, karena posisinya miring 2 – 3 jam.
5)
Kurang pengetahuan orang tua
mengenai penyakit
-
Beri penyuluhan, seperti
penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan fly) yaitu:
·
Mencuci tangah
·
Membiasakan defekasi di jamban
·
Kebersihan lingkungan
menghindari lalat
·
Makanan selalu tertutup dan air
minum yang di masak.
- Jangan
lupa memberikan oralit, dan ini hanya
untuk pencegahan.
· CARA PEMBUATAN ORALIT
a.
Bahan dan Peralatan
1.
Satu gelas belimbing air matang
hangat 200 cc
2.
Satu sendok makan gula pasir
3.
Satu jimp[it atau sepucuk
sendok the garam dapur
b.
Cara membuat
Masukan gula dan garam ke dalam gelasd
yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga rata kemudian minumkan kkepada
penderita
Pathways Diare
|
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
- Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan
berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi
lactase, sindrom kolon iritatif.
- Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke
hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah
makan
- Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
- Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada
usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel
- Data Subyektif
1)
Keluhan utama : BAB cair ,
lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas.
2)
Frekuensi BAB cair dalam sehari
lebih dari 3x
3)
Adanya riwayat reaksi alergi
terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau lingkungan.
4)
Pengobatan diare telah
dilakukan dan efektifitasnya
5)
Kebiasaan dan pola makan anak
seperti makan makanan terbuka, suka makan makanan pedas.
- Data Obyektif
1)
Mata cekung
2)
Ubun – ubun besar dan cekung
3)
Turgor kulit kurang dan kering
4)
Lidah, bibir dan mukosa kering
5)
Konsistensi feses cair
6)
Peningkatann suhu tubuh
7)
Penurunan BB
8)
Pasien tampak lemah dan lemas
- Pemeriksaan fisik
kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis,
somnolen, kadaang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign :
ü pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
Ø TD menurun ( missal 90/40
mmHg )
Ø Nadi sepat sekali (tachikardi )
Ø Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena
adanya infeksi dalam usus
Ø Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi
umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani (
kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah
yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus
>30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah
sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 –
2 detik
e. Pemeriksaan
Penunjang
1. Data Laboratorium
a)
Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang
lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari 2.
mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 –
105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,
HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.
b)
PH dan kadar gula dapat
diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja + : 0.5 %
++ : 0.75 %
+++ : 1 %
++++ : 2 %
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c)
Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan dilakukan pemeriksaan
analisa gas darah
Pemeriksaan
|
BE
|
CO2
|
PH
|
Nilai normal
|
48 mEq/l
|
27 mEq/l
|
7,4
|
Alkalosis
metabolic
|
+
|
|
|
Alkalosis
respiratorik
|
-
|
|
|
Asidosis
metabolic
|
-
|
|
|
Asidosis
respiratorik
|
+
|
|
|
d. Pemeriksaan kadar urin dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
1. urin : normalnya 20 –
40 mg / dl, jika terjadi peningkatan maka
menunjukan terjadi dehidrasi
2. kreatinin : normalnya
0.5 – 1.5 mg/dl
e. Pemeriksaan Darah
Darah
lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya dehidrasi,
hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan pada diare akut
f. Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diare kronik.
2. Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu
lebih dari 10 hari tidak berhenti /
cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare
berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.
3. Foto sinar X (
Rontgen )
foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare
akur peranan
Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare
kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan endoskopi.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kurang
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi
berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
C. INTERVENSI
1. Kurang
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan
cairan dan elektrolit terpenuhi.
NOC : Fluid
balance
KH :
1.
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
Umur
|
O (ml)
|
1 – thn
3 – 5 thn
5 – 8 thn
8 – 14 thn
14 – 18 thn
|
500 – 600
600 – 700
700 – 1000
800 – 1400
1500
|
-
Bj urine normal 20 – 40 mg/dl
-
HT normal
-
Pada laki-laki : 40 – 48%
-
Wanita : 37 – 43%
2. Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh dalam batas normal
§ Tekanan darah
1 thn 95/65
mmHg
6 thn 05/65
mmHg
10 – 13 thn 110/65 mmHg
14 – 17 thn 120/75 mmHg
§ Nadi
Umur Bangun tidur
1 – 2 thn 80
– 150 70 – 120
2 thn – 10 thn 70
– 110 60 – 90
10 thn – 18 thn 55 – 90 50
– 90
§ Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 – 5 thn 37,2oC
6 – 18 thn 37oC
3. Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa lembato,
tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
NIC : Fluid manajement
1.
Timbang pokok/pembalut jika
diperlukan
2.
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat.
3.
Monitor status hidrasi
(kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)
4.
Monitor vital sign
5.
Monitor cairan/makanan dan
hitung intake kalon harian
6.
Kolaborasikan pemberian cairan
IV
7.
Masukkan oral
8.
Keluarga untuk membantu pasien
maka
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi
NOC : Nutritional
status food and fluid intake
KH : 1. Adanya peningkatan BB
sesuai tujuan (BB dan TB ideal)
2.
BB ideal sesuai dengan tinggi
badan
3.
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi (pasien mengerti jadwal makanan dan jenis makanan)
4.
Tidak ada tanda-tanda mal
nutrisi (tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-pecah kulit,
rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
5.
Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)
6.
Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti (BB normal)
Keterangan skala:
1. Tidak
pernah menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
NIC : Nutrition management
Intervensi : -
Kolaborasi dengan gahli gizi untuk
menentukan nurisi yang dibutuhkan pasien.
-
Berikan makanan yang terpilih
udah dikonsultasikan dengan ahli gizi.
-
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kolaborasi.
-
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi : -
BB pasien dalam batas normal
-
Monitor adanya penurunan BB
pasien.
-
Monitor interaksi anak/orang
tua selama makan.
-
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
-
Monitor turgor kulit
-
Monitor makanan kesukaan
-
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jangan konjungtiva.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri berkurang
NOC : Control
nyeri
KH : - Mengenal faktor
penyebab (makanan dan frekuensi BAB)
-
Menggunakan metode pencegahan
non analget (ditraksi, relaksasi)
-
Mengenali gejala-gejala nyeri
(mules, cengeng, gelisah, eksprewi wajah merintih, memegangi perut)
Keterangan skala:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
NIC : Pain management
Intervensi : 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri
meliputi lokasi, karakteristik dan durasi frekuensi, kualitas/ beratnya nyeri.
2.
Observasi, isyarat-isyarat non
verbal dari ketidak-nyamanan, khususnya dalam ketidakmampuan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3.
Gunakan komunikasi terapeutik
agar pasien dapat mengekspresikan nyeri.
4.
Evaluasi tentang keefektifan
dan tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.
5.
Kontrol faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
6.
Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup.
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas
kulit kembali normal.
NOC : Tissue
integrty: skind and mucous membranes.
KH : - Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit
elastis, tidak.
-
Tidak ada luka (lesi pada kulit
pada kemerahan, kulit tidak kering).
-
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembahan kulit dan perawat alami (pemberian baby oil/lotioon,
tidak diberikan bedak)
Keterangan : - Tidak pernah menunjukkan
-
Jarang menunjukkan
-
Kadang menunjukkan
-
Sering menunjukkan
-
Selalu menunjukkan
NIC : Pressure management
Intervensi : - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang normal
-
Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
-
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
-
Oleskan lotion/minyak/baby oil
pada daerah yang tertekan
-
Memandikan pasien dengan sabun
dan air hangat
5. Dx : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindak akun keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu
tubuh dalam rentang normal (36,5o C)
NOC : Thermoregulation
KH : - Suhu tumbuh dalam
rentang normal (36,5o C)
-
Nadi dan RR dalam rentan normal
(nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 – 20 x/mnt).
-
Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing.
NIC : Fever treatment
Intervensi : - Monitor suhu sesering mungkin
-
Monitor IWL
-
Beri cairan intravena (infus RL
20 tetes/mm)
-
Beri anti piretik
-
Beri kompres pada lipat paha
dan aksila
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
6. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan/selama proses keperawatan diharapkan pengetahuan
pasien betambah.
NOC : Knowledge:
disease proces
KH : - Pasien dan keluarga
mengatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, program pengobatan.
-
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
-
Pasien dan keluarga ampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
sss5. Selalu
menunjukkan
NIC : Teaching: disease process
Intervensi : - Jelaskan patofisiologi, dan penyakit.
-
Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit dengan cari yang benar.
-
Gambarkan proses penyakit
dengan cara yang tepat.
-
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi dengan cara yang tepat.
-
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
EVALUASI
1. Kurang
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
1.Mempertahankan urine
output sesuai dengan usia (skala
4)
Umur
|
O (ml)
|
1 – thn
3 – 5 thn
5 – 8 thn
8 – 14 thn
14 – 18 thn
|
500 – 600
600 – 700
700 – 1000
800 – 1400
1500
|
Bj
urine normal 20 – 40 mg/dl
HT
normal
Pada laki-laki : 40 – 48% Wanita
: 37 – 43%
2.Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas normal (skala
4)
Tekanan
darah
1
thn 95/65 mmHg
6
thn 105/65 mmHg
10
– 13 thn 110/65 mmHg
14
– 17 thn 120/75 mmHg
Nadi
Umur Bangun tidur
1
– 2 thn 80 – 150 70 – 120
2
thn – 10 thn 70 – 110 60 – 90
10
thn – 18 thn 55 – 90 50
– 90
Suhu
tubuh
1
thn 37,7oC
2
– 5 thn 37,2oC
6
– 18 thn 37oC
3.Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik (skala 4)
Membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi.
- Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal) (skala 4)
- BB ideal sesuai dengan tinggi badan (skala 4)
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (skala 4)
(pasien mengerti jadwal makanan dan
jenis makanan)
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (skala 4)
(tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir
pecah-pecah
kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan (skala 4)
menelan (pasien mau makan, porsi
makan habis)
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (skala 4)
(BB normal)
3. Nyeri
akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus
1.
Mengenal faktor penyebab
(makanan dan frekuensi BAB) (skala 4)
2.
Menggunakan metode pencegahan
non analget (skala 4)
(ditraksi, relaksasi)
3.
Mengenali gejala-gejala nyeri
(mules, cengeng, gelisah, (skala
4)
eksprewi wajah merintih
memegangi perut)
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
1.
Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit
elastis. (skala 4)
2.
Tidak ada luka (lesi pada kulit
pada kemerahan, (skala
4)
kulit tidak kering).
3.
Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan (skala
4)
kelembahan kulit dan perawat alami (pemberian
baby oil/lotion, tidak diberikan bedak)
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
1.
Suhu tumbuh dalam rentang
normal (36,5o C) (skala
4)
2.
Nadi dan RR dalam rentan normal (skala
4)
(nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 – 20
x/mnt).
3.
Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing. (skala 4)
6. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
1.
Pasien dan keluarga mengatakan
pemahaman (skala
4)
tentang penyakit, kondisi, prognosis,
program pengobatan.
2.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur (skala 4)
yang dijelaskan secara benar.
3.
Pasien dan keluarga ampu
menjelaskan kembali apa (skala
4)
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya.
Ket
skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
I. Jakarta:
Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya
Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006.
Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Prima
Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih