Home » , , » KARYA TULIS ILMIAH TBC Paru

KARYA TULIS ILMIAH TBC Paru

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus menerus.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain yang ada didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang terjadi melalui aliran darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya.
 Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat, maka penderita akan mengalami gangguan pemenuhan oksigen, kerusakan pada paru yang luas, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai gejala yang membahayakan bagi orang lain yaitu penularan. Penularan bisa melalui bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh Gede Yasmin Asih, keperawatan medidkal bedah. System pernafasan 83, 2004 ). Akhir-akhir ini, insiden tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat mengalami peningkatan.
Saat ini penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pada tahun 1995 penyakit Tuberkulosis pernah menempati urutan ketiga, bahkan pada tahun 1993 ditetapkan WHO sebagai tahun kedaruratan global Tuberkulosis. Masalah Tuberkulosis masih merupakan dilema bagi bangsa ini dengan jumlah penderita tahun 1997 sebanyak + 450.000 orang dan setiap tahunnya penderita TBC akan bertambah sebesar 8 / 10.00 penduduk +150.000 penderita (Profil Kesehatan Indonesia 1997; 118).
 WHO telah memperkenalkan dan mengadopsi strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) sebagai teknologi masyarakat yang terbukti efektif dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis (P2TB) dengan pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) yang dilakukan oleh PMO selama sembilan bulan, namun sayangnya di Indonesia, keberhasilan pengobatan yang dicapai hanya sekitar 50 % (koran BIDI, oleh Dr. Fachmi Idris, Oktober 2003;4). Bukti yang terbaru menjelaskan, dari sekitar 47 % yang mencapai program keberhasilan pengobatan ternyata menunjukan angka kambuh ulang 27 % dan resistensi obat 13 %, jadi angka yang sesungguhnya menunjukan peningkatan penyakit TBC lebih tinggi (kompas 27 januari 2005).
Berdasarkan studi dokumentasi dari bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon - Banten.
TABEL 1
Proporsi Penderita Tuberculosis Paru yang Dirawat
Di RSKM Cilegon Bulan Januari - Desember 2005
No.    Kasus    Jumlah    Persentase
1.
2.
3.
4.
5.    Bronchopneumoni
TBC
Asma
Bronkhitis
Efusi Pleura    423
199
102
20
8    56,26
26,46
13,56
2,65
1
    Total    752    100 %

Berdasarkan kasus dengan sistem pernapasan akibat TBC menunjukan angka cukup tinggi sekali yaitu pada urutan pertama yaitu 79,5 %. Jika tidak segera ditangani dengan baik, penyakit pernafasan TB Paru dapat mengakibatkan gangguan pada system pernafasan yaitu infiltrasi kecil lesi dini pada bidang paru atas,  deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Selain system pernafasan ada banyak system yang terjangkiti seperti  sistem kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, sistem gastrointestinal, sistem persyarapan, dan sistem perkemihan.
 Dari semua system yang ada penyebaran mikroorganisme akan terlihat merata. Cuma yang paling mendominasi adalah system cardioivaskuler. Dimana apabila telah terkena maka akan terjadi insufiensi ataupun stenosis katup yang selanjutnya cardiac output  menurun akibat dari itu akan terjadi kerusakan pada hampir keseluruhan jaringan tubuh. Untuk menghindari komplikasi yang lebih serius dan program pengobatan pada TB Paru yang cukup lama maka perlu adanya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal yang sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan. Pengobatan yaitu dengan penggunaan obat-obatan pencegahan anti tuberculosis seperti INH, rifampisin, etambutol dll. Sedang pencegahan dengan peningkatan bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam kepatuhan terhadap regimen pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dan penyuluhan penderita serta perimbangan perawatan dirumah.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya tulis berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat TBC di ruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon - Banten”

B.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan system pernafasan akibat Tuberculosis Paru.
2.     Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan akibat Tuberkulosis Paru yang meliputi :
a.  Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan masalah berdasarkan prioritas masalah
b.    Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada mencakup penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.
c.    Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah ditetapkan.
d.    Mampu mengevaluasi keberhasilan Askep yang telah dilaksanakan / dilakukan.
e.    Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan tindakan yang sudah dilakukan pada klien.

C.    Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah deskriptif yaitu menggambarkan atau menjelaskan satu keadaan atau kondisi berdasarkan data dan fakta yang diperoleh melalui studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penyusunan asuhan keperawatan ini yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.    Wawancara teknik pengumpulan data dalam komunikasi didapatkan secara langsung dari klien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
2.    Observasi teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pemeriksaan keadaan klien dan keluarga secara langsung sesuai kondisi yang objektif.
3.    Studi kepustakaan (Literatur) teknik pengumpulan data yang didapat melalui referensi (buku sumber) untuk mendapatkan keterangan secara teoritis berkaitan dengan kasus yang disajikan.
4.    Studi dokumentasi teknik pengumpulan data dengan mempelajari data dari status / arsip klien atau catatan-dcatatan yang berkaitan dengan penyakit klien.

D.    Sistem Penulisan
Sistematika penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari empat bab yaitu :
1.    BAB I : Pendahuluan.
      Pada BAB 1 diuraian tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2.    BAB II : Tinjauan Teori
      Menguraikan tentang teori-teori yang meliputi : pengertian penyakit TBC, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien Tn E dengan gangguan sistem pernafasan akibat TBC meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3.    BAB III : Tinjauan Kasus.
      Pada BAB ini diuraikan mengenai pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn E dengan gangguan system system pernafasan akibat TBC meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kenyataan pelaksanaan askep di lapangan.
4.    BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi
5.    DAFTAR PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Konsep Dasar Penyakit Tuberculosis
1.    Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia Anderson, 1995:753).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru (Bruner dan Suddart. 2002 : 584).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme Mycobacterium tuberculosis (Elizabeth J. Corwn, 2001 : 414).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI 2001;472).
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.

2.    Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
a.    Anatomi Pernafasan
-    Hidung
  Hidung terdiri atas bagian internal dan bagian external. Bagian internal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior ( lubang hidung ) merupakan ostium sebelah luar dar4i rongga hidung.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjad rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertical yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, udara tersebut disaring, dilembabkan dan dihangatkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dariepitel thorax bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang disekresi olehsel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-paartikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang tedapat dalam rongga hidung.
Sedang partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia akan mendorong mucus ke posterior ke rongga hidung dan kesuperior lalu ke faring. Dari sini lapisan mucus akan tertelan atau dibatukkan keluar.
-    Faring
Faring adalah rongga dibelakang kavum oral meluas dari dasar tengkorak sampai ke laring. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian : nasofaring, orofaring dan hifofaring.faring dilapisi oleh selaput lender.
Adenoid terletak di nasofaring, tonsil palatina terletak anterior terhadap orofaring dan tonsil lingualis terletak dihipofaring. Adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang membantu menyaring limfe yang berdirkulasi dari bakteri atau benda-benda asing lainnya yang memasuki tubuh, khususnya yang memasuki hidung dan mulut.
-    Laring
Laring membentuk ektremitas dan trakea . kerangka laring tersusun daribeberapa kartilago yang berhubungan dengan ligament-ligamen. Kerangka kartilago melindungi pita suara dan mempertahankan suatu kekakuan yang memungkinkan terbukannya jalan nafas. Kartilago tiroid , Adam Apple`s , merupakan bagian kartilago terbesar pada laring yang melindungi struktur-struktur dalam.
Fungsi utama laring adalah sebagai suatu jalan nafas antara faring dan trakea dan fungsi yang lain adalah sebagai fonasi. Laring menghasilkan suara karena vibrasi pita suara yang dibentuk menjadi pola bicara oleh pergerakan faring , palatum, lidah , gigi dan bibir.
-    Trakea
    Trakea merupakan suatu bagian dari jalan nafas yang disusun oleh cincin tulang rawan yang terbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus yang dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeabronkhial. Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin tulang rawan di situ tidak sempurna), dan letaknya tepat didepan esophagus.
-    Bronkus
    Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, pada pertengahan antara keduanya disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkhospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kanan dan kiri tidak simetris. Bronkus kanan lebih endek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertical. Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomic yang khusus ini mempunyai  implikasi klinis yang penting. 

-    Alveoli
Alveoli dalam kelompok sakus alveoloris yang menyerupai anggur. Berbentuk sakus terminalis dipisahkan dari alveolus disekat oleh dinding tipis atau septum. Alveolus merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Surfaktan, sejenis fosfolipid yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi. Dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.
Faktor yang berperan dalam pembentukan surfaktan adalah kematangan sel-sel alveolus dan sistem enzim biosintetiknya. Kecepatan pergantian yang normal. Ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolis. Definisi surfaktan dianggap sebagai faktor penting pada patogenesis sejumlah penyakit paru-paru (Sylvia A. Price. 1994 :648).

Bagian paru-paru dijelaskan sebagai berikut :
1).    Lobus paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atau lobula. Sebuah bronkhialkecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakinmenjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil yang merupakan kantung udara paru-paru. Jaringan paru-paru bersifat, berpori dan seperti sponBrankhus Pulmonaris
Trakhea terbelah menjadi dua bronkhus utama, bronkhus ini bercabang lagi sebelum masukparu-paru. Bronkhus pulmonaris bercabang-cabang baru kemudian memasuki paru-paru. Saluran yang besar mempertahankan agar struknya tetap serupa dengan yang berbeda di trakhea. Saluran ini berdinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran lain yang disebut vestibulas dan mengalami perubahan pada membran pelapis yaitu sel epitellium pipih.
Vestibula berjalan beberapa infundibula didalam dindingnya dijumpai kantong udara. Kantung udara atau alveolus terdiri atas selapis sel epitelium pipih. Alveolus berungsi sebagai pertukaran gas pada pembuluh kapiler di alveor.
2).    Hilus Paru-paru
Hilus terdiri dari arteri pulmonalis yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru, sedangkan udara pulmonalis yang berfungsi mengembalikan darah berisi oksigen dari paru ke kantung. Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkhial sebagai jalan udara utama. Artri bronkhialis yang menghantarkan darah arteri ke jaringan paru. Vena bronkhialis berfungsi mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava superior. Persyarafan paru adalah saraf vagus.
3).    Pleura
Pleura viseralis melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lobus-lobus dari paru. Membran ini kemudian dilepas ke arah hilus dan membentuk pleura poritalis, dan melapisi bagian dalam dinding. Pleura yang melapisi iga-iga disebut pleura kostatis serta bagian yang terletak di leher dikenal dengan nama pleura servikalis. Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama memberan supra pleuralis (fasio Sibson) dan diatas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara lapisan-lapisan pleura terdapat eksudat yang berfungsi gesekan anara paru-paru dan dinding dada saat bernafas.
-    Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan terletak di dalam ringga toraks. Apex paru terletak di atas klavikula d dalam dasar leher dan basis terletak bagian landai dari toraks di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga. Permukaan dalam yang memuat hilus, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Berikut ini gambar pernafasan bagian atas dan bagian bawah

b.    Vaskularisasi Paru-paru
Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber :
1).    Anteri bronchialis yang membawa zat-zat makanan pada bagian conditioning porhon, bagian paru yang tidak terlihat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena bronchial.
2).    Arteri dan vena pulmonal yang bertanggung jawab pada vaskularisasi. Bagian yang terlihat dalam pertukaran gas yaitu alveolus.


b. Fisiologi pernafasan
Mekanisme Pernafasan
Mekanisme pernafasan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1).    Ventilasi
Ventilasi yaitu proses bergerak masuk dan keluarnya udara dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat diantara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik alat-alat pernafasan. Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir dimungkinkan adanya peristiwa mekanik inspirasi yaitu volume thorax bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi dari beberapa otot m. Sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dan m. sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dserratus, m. scalensus, dan m. intercostal externum berperan mengangkat iga-iga. Thorax membesar ke tiga arah yaitu bagian anterposteior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura dari sekitar – 4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar – 8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal atau tekanan saluran udara menurun sampai -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer.
2).    Difusi
Difusi yaitu kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan persial antara darah dan fase gas. Tekanan parisal oksigen dalam atmosfer pada permukaan Laut besarnya sekitar 149 MM hg (12 % dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus pada tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Dalam keadaan istirahat normal difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Kekebalan  membran
2.    Luas permukaan membran
3.    Koefisien difusi gas dalam substansi membran
4.    Perbedaan takan antara kedua sisi membran
3).    Transfortasi dan perfusi.
Transportasi yaitu ikatan kimia oksigen dengan heamoglobin yang bersifat reversibel. Pada tingkat jaringan oksigen akan berdisosiasi dari haemogglobin dan berdifusi ke dalam plasma, dari plasma oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Transportasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Peningkatan konsentrasi karbondioksida
2.    Peninggian temperatur darah
3.    Peningkatan 2.3 disfosfogliserat (DPG) yaitu senyawa fosfat yang secara normal berada dalam darah tepi konsentrasinya berubah pada kondisi yang berbeda.
Pengaturan Pernafasan
Pernafasan merupakan proses otomatis, tetapi masih dapat diatur secara volunter, atau sendiri yakni walupun manusia tidak harus memikirkan untuk bernafas, namun ia dapat memperlambat atau mempercepat pernafasan sekendaknya. Pengendalian pernafasan di bawah sadar berpusat di medulla oblongata yang dirinya impuls-impuls dikirim ke alat-alat pernafasan yang dipersarafannya.

3.    Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia.
Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predilaksi penyakit tuberkulosis.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis  antara lain ( Elizabeth J powh 2001: 414)
1).    Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2).    Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3).    Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4).    Individu tanpa perawatan yang adekuat
5).    Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan  gizi, by pass gatrektomi.
6).    Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7).    Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8).    Individu yang tinggal di daerah kumuh
9).    Petugas kesehatan

Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk IPD jilid II, 1991) :
a.    Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b.    Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada brinnchus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-pembuluh darah yang pecah.
c.    Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana inflasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d.    Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e.    Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

4.    Patofisiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh lomosit dan limokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersentifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggl atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit atau kembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi nekrosis ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiologi rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus. Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akan mengakibatkan peradangan aktif pada bronkhus.
Penyakit menyebar secara limohematogen melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan secara hemotogen ke seluruh organ tubuh.
Invasi micobacterium Tuberkulose



5.    Klasifikasi Diagnostik TB adalah :
1).    TB Paru
a).    TBA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto thorax menyokong TB, dan gejala klinis sesuai TB.
b).    TBA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen klinis sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial therapy).
2).    TB paru tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskois langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan anti TB harus dimulai.
3).    Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.

6.    Pemeriksaan Diagnostik
1).    Laboratorium darah rutin ditemukan LED meningkat dan Limfositosis.
2).    Foto thorax posterior anterior dan lateral ditemukan :
a).    Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus bawah
b).    Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c).    Adanya kavitas tunggal atau ganda
d).    Kelaian bilateral, terutama di lapangan atas paru
e).    Adanya klasifikasi
f).    Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g).    Bayangan milier
3).    Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek untuk dapat tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2 minggu atau lebih pada suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan berwarna krem dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/mililiter media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteria yang diamati pada media biakan ini sebaiknya dihitung sesuai dengan jumlah koloni yang timbul.
4).    Tes Pap (Peroksidase anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen, munaperoksidase staining untuk menentukan adanya tg 6 spesifik terhadap hasil TB.
5).    Tes Mantoux / Tuberkulin
Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberkulin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian dalam) lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Jarum yang digunakan 26-27 G. interpretasi reaksi tes tuberkulin adalah sebagai berikut :
a).    Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama atau baru terhadap mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini pada umumnya menunjukkan sensitivitas spesifik. Pada keadaan normal, tes dengan hasil diatas tidak perlu diulang untuk mendapatkan kepastian, keculai bila ada alasan untuk mempertanyakan validitas tes ini.
b).    Indurasi kurang dari 10 mm (reaksi tidak bermakna)
Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang kontak dekat dengan penderita yang sputumnya positif atau belum lama positif terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orang-orang semacam ini tes tidak perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan penderita tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut sesuai dengan prosedur rutin untuk orang yang pernah kontak.
6).    Teknik Polymerase (Chain Reaction)
Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
7).    Baction Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam oleh Mycobacterium tuberculosa.
8).    Enzyme Linted Immunosorbent Assoy
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Pelaksanaan rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah.
9).    Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat anti bodi spesifik dalam jumlah memadai maka sisir akan berubah.
10).    Pewarnaan Zeihl-Neilsen
Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-Neilsen dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal diagnosis, namun sediaan negatifpun tidak menolak kemungkinan infeksi.

7.    Penatalaksanaan
a).    Medik
Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi.
Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah ioniazid (hidradzid asam isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang biasanya 5 – 10 mg/kg berat badan atau sekitar 300/mg/hari, EMB, 25mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF, 600 mg sekali sehati. Efek samping Etambutol adalah neuritis retrobular disertai penurunan ketajaman penglihatan, uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi, komplikasi yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum amino transferase, ditemukan pada 10 – 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu msih harus dianjurkan terapi dengan INH saja selama satu tahun
Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau kanker.
Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen harian yang terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan, obat-obat ini dapat juga ditambah dengan streptomisin atau EMB bila diduga terdapat resistensi terhadap INH. Pada fase kedua diberikan INH dan RIF setiap hari dua kali seminggu dalam 4 bulan.
Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari selama 1 atau 2 bulan, diikuti pemberian INH dan RIF tiap hari atau dua kali seminggu selama 9 bulan. Seperti rejimen 6 bulan, streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan bila diduga ada resistensi terhadap INH.
Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg INH dan 600 mg RIF. Setelah fase permulaan dengan komoterapi yang berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan, dokter dapat memberikan pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali seminggu adalah 15 mg/kg berat badan, sedangkan dosis RIF tetap 600 mg.
Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk anak-anak, tetapi data-data pemakaian RIF pada anak-anak masih sangat terbatas. Pengurangan dosis INH sampai 10 mg/kg dan RIF sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hepatotoksik.
b).    Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif.
a.    Indikasi mutlak pembedahan
-    Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat sputum tetap (+)
-    Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
-    Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat diatasi secara konservatif
b.    Indikasi relatif pembedahan
-    Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
-    Kerusakan 1 paru atau lubus dengan keluhan
-    Sisa kavitas menetap
c.    Prinsip Perawatan TBC Secara Umum
-    Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah kecuali jika sudah terjadi komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, pleuritis, dan sebagainya.
-    Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan dalam pemberian obat, perlu juga memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan makanan yang cukup bergizi.
-    Klien harus cukup istirahat / bedrest
-    Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah harus cakup agar pertukaran udara berjalan dengan baik. Lebih baik jika sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah, karena akan membantu membasmi kuman. Perlengkapan tempat tidur sebaiknya seminggu sekali dijemur dan alat tenunnya dicuci.

8.    Pencegahan Transmisi dalam Lingkungan Perawatan
a.    Indentifikasi dan pengobatan dini individu dengan tuberculosis aktif (TB)
-    Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk mengidentifikasi kasus dengan cepat
-    Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti TB berdasarkan pada data klinis dan surveilensi obat.
b.    Pencegahan penyebaran nuklei droplet infeksius dengan metoda mengontrol sumber dan  mengurangi kontaminasi mikroba diudara dalam ruangan.
-    Lakukan tindakan isolasi basil than asam (BTA) harus menggunakan respiratoir partikulat disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah.
-    Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius.
-    Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus menggunakan respirator partikulat disponsibel yang menempel dengan sangat pas diwajah
-    Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius yaitu batuk berkurang secara substansial dan jumlah organisme pada smear sputum berikut berkurang. Jika diduga dinyatakan adanya resistensi obat, lanjutkan tindak kewaspadaan isolasi sampai smear sputum menunjukkan negatif terhadap BTA.
-    Gunakan tindakan pencegahan khusus selama prosedur yang merangsang batuk.

9.    Komplikasi Tuberkulosis
Penyebaran ineksi tuberkulosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal sebagai TB miliaris. TB ini diakibatkan oleh invasi ini terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman dalam paru atau di tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya. Basil yang memasuki aliran darah dapat berasal dari fokus kronis yang mengalami ulserasi ke dalam pembuluh darah atau pembesaran tuerkel yang melapisi permukaan dalam duktus torakik. Organisme bermigrasi dari fokus infeksi ke dalam aliran darah, terbawa ke seluruh tubuh, dan berdiseminasi melalui semua jaringan, dengan tuberkel miliaris kecil yang berkembang dalam paru-paru, limpa, hepar, meningen dan organ lainnya.
Perjalanan klinis tuberkulosis miliaris dapat beragam dari infeksi akut, berkembang secara progresif dengan demam tinggi sampai proses indolen dengan emam tingkat rendah, anemia dan perlemahan tubuh secara keseluruhan. Pada awalnya mungkin tidak terdapat tanda lokalisasi kecuali pembesaran limpa dan menurunnya jumlah leukosit. Namun demikian dalam beberapa minggu rontgen dada menunjukkan ketebalan kecil menyebar secara difu ke seluruh bidang paru yang kemudian semakin meningkat jumlahnya.
Penyebaran TB pada ginjal mengakibatkan perubahan fungsi ginjal hingga terjadi gagal ginjal. Pada meningan menyebabkan kerusakan sel otak dan berakibat gangguan kesadaran. Penyebaran pada muskuloskeletal berakibat kerusakan pada tulang dan kemungkinan fraktur spontan akibat osteomielitis dari infeksi TB.
Efusi plura dapat terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks pimer, kompikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan penyebaran bronchogen dalam 6 bulan dan tuberkulosis tulang dalam 1 – 5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer.

10.    Dampak Tuberkulosis Paru Terhadap Sistem-sistem Tubuh Lain
a.    Sistem Pernafasan
Mycobacterium tuberculosa masuk ke dalam paru-paru dan membentuk tuberkulosa sehingga terjadi penebalan membran paru yang mengakibatkan difusi oksigen terganggu sehingga intake oksigen ke dalam paru tidak kuat. Proses peradangan dapat meningkatkan sekresi mukus dalam bentuk sputum yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi pulmonal terganggu. Proses peradangan mengakibatkan jaringan paru mati dan berongga, kemudian pembuluh darah pecah dan terjadilah hemaptoe.
b.    Sistem Cardiovaskular
Proses peradangan pada paru menyebabkan perubahan pada jaringan paru sehingga menghambat sirkulasi pulmonal sehingga tekanan pada area pulmonal menignkat dan hal ini berpengaruh pada peningkatan tekanan ventilasi kanan sehingga menyebabkan terjadinya pleura pulmonal. Gangguan difusi oksigen menyebabkan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya cyanosis pada beberapa bagian tubuh, tekanan darah menurun, nadi lemah.
c.    Sistem pencernaan
Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga supply oksigen ke otak pun menurun dan mempengaruhi hypothalamus untuk merangsang nervus vagus mengeluarkan HCL yang berlebihan yang menimbulkan mual dan anorexia, sehingga menyebabkan penurunan berat badan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun menyebabkan supply oksigen ke sel dan jaringan menurun, maka terjadi penurunan proses metabolisme.
Disamping itupada klien TBC paru yang sudah lama mendapat pengobatan spesifik therapi, efek samping dari pemberian INH dan Ethambutol yang lama akan meningkatkan yang lama akan meningkatkan sekresi HCL sehingga menimbulkan mual dan anorexia.
d.    Sistem Persyarafan
Penurunan kadar oksigen menyebabkan kadar CO2 dalam darah yang merangsang pusat syaraf di medula oblongata dan pons untuk meningkatkan kerja otot pernafasan sehingga merangsang RAS menyebabkan klien terjaga. Proses peradangan juga menimbulkan batuk yang lama, sehingga seringkali timbul nyeri dada. Rangsangan nyeri dan merangsang hypothalamus sehingga nyeri dipersepsikan. Proses peradangan menyebabkan kompensasi tubuh untuk meningkatkan metabilisme sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
e.    Sistem muskuloskeletel
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan supply oksigen ke jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP terhambat, akibatnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan klien merasa lelah dan lemah.

B.    Konsep Dasar Asuhan keperawatan TB Paru
1.    Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan
a.    Pengumpulan data
1).    Identitas
a).    Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama hubungan dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit orang-orang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien tinggal dilingkungan kumuh dan rumah ventilasi kurang.
b).    Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2).    Riwayat Kesehatan
a).    Keluhan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas disertai batuk-batuk dan nyeri dadRiwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya.
c)    Riwayat kesehatan dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan hygiene


d)    Riwayat Kesehatan keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya.
3).    Pola Aktivitas sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.
4).    Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a).    Keadaan Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan, perubahan suhu, bradikardi, labilitas emosional.
b).    Sistem kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi, peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup.
c).    Sistem Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi hipersonar, suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau kering.
d).    Sistem Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah terjadi komplikasi.
e).    Sistem Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih dan keluhan klien.
f).    Sistem Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat.
g).    Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien dan keluarga.
h).    Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
i).    Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai antisipasi dari dekubitus.
5).    Data Psikososial
a).    Status emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kesetabilan emosi.
b).    Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
c).    Gaya komunikasi : cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk berespon, komunikasi non verbal, kecocokan bahasa verbal dan nonverbal.
d).    Pola interaksi, kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan dengan lawan jenis.
e).    Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah tindakan mamadaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah
f).    Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup
6).    Data Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan kematian.
7).    Data Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik : thorax foto, sputum dan bila perlu pemeriksaan LCS.
Data penunjang untuk klien dengan TB paru yaitu :
a).    Pemeriksaan darah
-    Anemia terutama bila periode akut
-    Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
-    LED meningkat terutama fase akut
-    AGD menunjukkan peninggian kadar CO2.
b).    Pemeriksaan radiologik
Karakteristik radiologik yang menunjang diagnosis antara lain :
-    Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru
-    Bayangan yang berawan atau berbercak
-    Adanya klasifikasi
-    Kelainan yang bilateral
-    Bayangan menetap atau relatif menetap beberapa minggu
-    Bayangan milier
c).    Pemeriksaan Bakteriologi
Ditemukannya kuman mycobacterium tuberculosis dari dahak penderita TB
d).    Uji Tuberkulin (Mantoux tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila uji tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB paru.
8).    Therapi
-    Agen anti infeksi
Obat primer : isoniazid (INH), ethambutol, rifampycin, streptomycin
-    Diet TKTP
-    Cairan rehidrasi RL
b.    Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pada perawatan klien
c.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu respon individu pada masalah kesehatan yang aktual maupun potensial
Dalam buku diagnosa keperawatan menurut Doenges (1999:119-123)
1.    Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun
2.    Resiko infeksi berulang berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun
3.    Tidak efektifnya bbersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental di jalan napas
4.    Resiko kerusakan gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru
5.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
6.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

1.    Tidak efktifnya bersihan nafas berhubungan dengan skret kental di jalan nafas
Tupan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria evaluasi :
-    Klien dapat mengeluarkan sekret
-    Frekuensi dan irama pernafasan normal
2.    Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru
Tupan : tidak terjadi kerusakan perukaran gas
Kriteria evaluasi :
-    GDA normal
-    Tidak terdapat sianosis
-    Tidak terdapat tanda distres pernafasan
3.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia
Tupan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi :
-    Terdapat peningkatan berat badan
-    Nilai laboratorium normal

4.    Kurangnya pengetahuan tentang kondisi kondisi aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Tupan : Pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan bertambah
Kriteria evaluasi :
-    Terdapat perubahan peilaku kesehatan menuju lebih baik
-    Klien paham tentang pengobatan
-    Klien berpartisipasi aktif dalam pengobatan
5.    Pelaksanaan
Pelaksanaan  adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
6.    Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir (Hidayat, A Aziz, 2002 : 46)
S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien
O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain
A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru
P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.
I : Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
E : Evaluasi berisi penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah pasien teratasi.
R : Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data subjektif, data objektif dan proses analisisnya.


BAB III
TINJAUAN KASUS

1.    Pengkajian
a.    Pengumpulan Data
1.    Identitas Klien
Nama             : Tn. E
Umur             : 32 th
Jenis Kelamin         : Laki-laki
Pendidikan         : SMA
Pekerjaan         : TNT
Agama             : Islam
Alamat             : Leweng Sawo Kota Bumi Cilegon
Tgl. Masuk         : 22.04.2006
Tgl. Pengkajian         : 29.04.2006
No. Medrek         : 158.02.2006
Diagnosa Medis         : TBC (Paru)

2.    Identitas Penanggung Jawab
Nama             : Ny. E
Umur             : 31 th
Jenis Kelamin         : Perempuan
Pendidikan         : SMA
Agama             : Islam
Alamat             : Leweng Sawo Kota Bumi Cilegon
Hubungan dengan Klien     : Istri

3.    Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat Kesehatan Sekarang
1.    Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak enak badan ,lemas disertai panas badan dan menggigil, serta keluar keringat banyak setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien merasakan nafsu makan turun, kadang-kadang klien batuk berdahak dengan lendir kekuningan. Satu bulan sebelum klien masuk rumah sakit,klien merasakan badannya lemas mual ,muntah sehinhgga klien dibawa oleh keluarga ke RSKM (UGD). Selanjutnya diruangan mawar dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa denoopati pada daerah leher pinggang dan lipatan paha.
2.    Keluhan utama saat dikaji
 Pada saat dilakukan  pengkajian klien mengeluh sesak nafas. Sesak dirasakan ketika klien banyak beraktifitas dan berkurang ketika klien beristirahat, sesak dirasakan pada daerah dada ( kedua lapang paru ) dan tidak menyebar, sesak dirasakan oleh klien seperti diikat oleh tali yang keras, klien merasakan nyeri sepanjang hari.
                   b.   Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di RS KM pada tahun 2005 dengan gastritis selama 3 hari, klien juga mengatakan punya penyakit TBC ini sudah sejak tahun 2003 sampai sekarang dan pernah berobat selama 6 bulan, setelah itu tidak berobat lagi dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga / dialihkan kepentingan keluarga.
b.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tinggal bersama dengan keluarga istrinya, Menurut klien dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti jantung, hypertensi, dan yang lain, namun dikeluarga pihak perempuan ada yang menderita penyakit menular seperti TBC  sedangkan mertua laki-laki mempunyai penyakit TBC.


GENOGRAM












Ket. :
        : Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit

Pola Aktivitas

No.    Aktivitas    Sebelum sakit     Sesudah sakit
1


















2




3




4







5



    Nutrisi
    Makan
-    jenis makanan


-    Frekuensi

-    keluahan



    Minum


Jenis
keluhan



Pola Eliminasi
a.  BAB
b  BAK


Pola
Istirahat



 Personal hygiene
    Kebersihan kulit
    Kebersihan gigi
    Kebersihan rambut

Aktivitas
   

Nasi, sayur lauk pauk kadang-kadang buah –buahan.
2-3 x / hari, habis ¾ porsi.

Klien mengatakan tidak ada keluhan apapun.
.

3 botol aqua besar dan paling sedikit 6 - 8 gelas hari (1500 – 2000 cc)
Air putih dan air teh
Tidak ada keluhan




2 x/ hari, konsistensi lembek
5 x / hari
Kuning jernih

Siang jam 14.00-17.00 WIB malam hari jam 22.00-05.00 WIB.



Klien mengatakan mandi 2x/hari
Klien gosok gigi 2x / hari

Klien mencuci rambut 2x / minggu

Klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain.klien juga seorang karyawan dari PT TNT   
Nasi, sayur, buah-buahan.
3x/hari, habis ½  porsi

3 – 6 gelas / hari

klien mengatakan nafsu makan berkurang karena sering mual.dan nyeri pada daerah perut kiri.
3-6 gelas /hari


air putih
klien mengatakan jarang minum



3 x / hari
3x / hari
kuning jernih

klien mengatakan tidur tidak tentu selama 1-2 jam perhari pada malam hari dan pada siang hari sekitar 2 jam tidak tentu.

Klien mengatakan hanya dilap dengan air hangat 1x/hari.
Klien gosok gigi 2x / hari

Klien mengatakan selama dirawat belum pernah dicuci rambut.

Klien melakukan aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga termasuk ketika hendak BAB.


4.    Pemeriksaan Fisik
a.    Keadaan umum : Compos mentis GCS 15
b.    Tanda-Tanda Vital
TD : 100 / 70 mmhg           N : 100 x / menit
S : 37ْ0C            R : 24 x / menit
c.    System Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat secret, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, patensi hidung kuat, tidak terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostalis, vertebrate lurus, tidak terdapat masa dan tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan kiri simetris, pengembangan paru saat bernafas simetris, pada perkusi suara paru resonan, suara psru terdengar vesikuler.respirasi 24 x/ menit.
      d.   Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan  JVP ( Jugularis Vena Pressur ), CRT ( Cafilrary Refilling Time ) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat, ictus kordis teraba pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler, pulsasi denyut nadi teraba lemah dengan irama teratur, frekwensi nadi  100 x / menit. TD : 100 / 70 mmHg.
d.    Sistem Pencernaan
Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada bentuk bibir, gigi jumlah 32 buah, pergerakan lidah bebas, tidak terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat nyeri tekan, terdapat reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan kwadran kanan bawah, dan tidak teraba pembesaran hepar dan limpa, BU 8x/menit, BB 48 kg
e.    Sistem Persyarafan
Kesadaran compos mentis dengan nilai GCS = 15
Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien dapat menyebutkan dimana klien sekarang berada serta keluarga yang menunggunya. Klien dapat mengingat kejadian masa lampau dan kejadian yang baru saja terjadi.
Test Nervus Cranial
(1). Nervus Olfaktorius
 Klien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih
(2). Nervus  Optikus
 Klien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm
(3). Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen
 Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan  samping mengedip spontan, pupil osokov simetris dan kontraksi saat diberi cahaya.
(4). Nervus Trigeminus
Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat menggerakkan rahangnya, klien mampu mengedip
(5). Nervus Fasialis.
Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin, manis, pada lidahnya, tidak terdapat parese
(6). Nervus Auditorius
Klien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab semua pertanyaan.
(7). Nervus Glosofaringeus dan Vagus
klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah.
Klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan kata “Ach “.
            (8). Nervus Acessorius
Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi tekanan pada dagu disaat klien menoleh, klien dapat mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan yang diberikan.
(9). Nervus Hipoglosus
kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan dapat menariknya dengan baik dan pergerakan terkontrol.

f.    Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri terdapat bekas opersi lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hormonal seperti moonface ataupun exopthalmus, tidak terdapat tremori pada kedua belah tangan.

g.    Sistem Genetourinaria
Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar KGB + 5 cm yang masih basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi tidak terdapat pembesaran ginjal, blas terasa kosong.

h.    Sistem Muskoloskeletal
-    Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat menahan pada saat dagu diberi tahanan.
-    Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral kidanka 45o, dan rotasi 360o.
-    Extermitas Atas
Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC rotasi  360o,  pergelangan tangan dapat di extensikan , fleksi, rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari tangan dapat di abduksikan, reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem terpasang infus RL 20 tpm pada tangalo kanan.
-    Extermitas bawah
Pada kaki kiri panggul extensi 90o, fleksi, abduks 20o abduksi 45o, extensi lutut 120o, pergelangan kaki dapat difleksikan, extensi dan jari-jari kaki dapat diversikan, inversi, abduksi, abduksi, reflek fatella (++/++), kekuatan otot       5   5
                5   5
i.    Sistem Integumen
Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe, tugor kulit baik) S . 376C., terdapat luka operasi pada daerah lipatan paha pinggang
j.    Sistem penglihatan dan pendengaran dan wicara
Klien dapat membaca dengan baik, klien dapat menjawab pertanyaan bila diajukan perawat dengan benar klien dapat bicara dengan arti kulasi yang jelas

5.    Data Psikologis
a.    Status Emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada rendah
b.    Kecemasan
Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang penyakitnya dan cara perawatannya.
c.    Pola koping
Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka bercerita padaGaya Komunikasi
Klien berbicara cukup jelas, expressi muka sesuatu yang klien rasakan
d.    Konsep Diri
-    Gambaran diri / body image
Klien merasa tidak puas pada kondisi badannya karena menderita sakit TBC.
-    Identitas Diri
Klien sebagai seorang laki-laki yang telah menikah pegawai PT TNT, dan klien adalah seorang ayah yang memiliki seorang anak.
 Peran
Klien berperan suami dan tidak dapat melaksanakan perannya karena sakit
-    Idiel Diri
Harapan klien ingin cepat sembuh dan lekas pulang, sehingga ia dapat beraktivitas sebagaimana sebelum sakit
-    Harga Diri
Klien merasa bangga dengan dirinya, klien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini
6.    Data Sosial
Klien dimasyarakat sebagai seorang pekerjaan buruh di PT. TNT, dan klien sehari-hari berhubungan baik dengan tetangga-tetangganya. Di RS komunikasi dengan perawat baik, hubungan dengan keluarga baik dan keluarga mau untuk di ajak kerja sama.
7.    Data Spiritual
Falsafah Hidup
Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan jika sakit akan sembuh dengan pengobatan yang teratur disertai do’a kepada Tuhan YME. Selama di RS klien tidak dapat menjalankan ibadahnya seperti biasa.

8.    Data Penunjang
(1).    Laboratorium
Tanggal 26 – 04 – 2006
HAEMATOLOGI I
Haemoglobin
Leukosit
Haematokrit
JUmlah Trombosit     : 9.1
: 4300
: 29.8
: 261.00    G / DL
/ **3
%
/**3    13-16 (lk), 12-14 (*)
5000 – 10000
40-48 (lk), 37-46 (*)
150.000 – 400.000

(2).    Hasil pemeriksaan sputum
Tgl 24 – 04 – 2006 BTA +
Tgl 26 – 04 – 2006 BTA +
Tgl 30 – 04 – 2006 BTA +
Photo thorax : kesan thorax kusam TB paru duplex Aktif
9.    Therapy
-    Anadex 3 x 1 tablet        Broxed 1 x 2 gr
-    Santibi 2 H                    Rantin     2 x 1 amp
-    Rifamficin 1 x 1                  Cedantron 3 x 1 amp
-    Inoxin 1 x 1 tablet
-    Dumin 3 x 1 tablet
-    Tusilan 3 x 1 tablet

Analisa Data
No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah
1.    2.    3.    4.
1.    Ds :
-    Klien mengeluh sesak nafas dan batuk
Do :
-    Klien tampak sesak
-    Klien batuk
-    Ro : thorax kusam Tb paru duplex aktif
-    Terdengar suara ronchi
-    Nadi 100 x / mnt
-    Respirasai 28x/mnt
-    Sputum kental warna kuning    Invasi mycobacterium tuberculosa

terbentuk tuberkel pada paru

keruakan jaringan alveoli

pertukaran gas pada alveoli terhambat

Gangguan oxigenasi difusi

    Gangguan oksigenasi : diffusi






No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah
1.    2.    3.    4.
2.    Ds :
-    Klien mengatakan badan klien lemah dan lemah.
-     Klien merasa mudah lelah.
Do :
-    Klien tampak lemas
-    Hb 9,1 gr/dl dari nilai normal 13-16 gr/dl.
-    Klien terlihat pucat.
-    TD : 100/70 mmHg.
-    Nadi : 100x/menit.
-    Resp : 28x/menit.
-    Suhu : 37 0c
-    Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat     Infeksi kuman TBC pada paru

inflamasi / peradangan pada paru-paru

penyekatan membrane respirasi

oksigenasi kurang

metabolisme menurun

energi yang dihasilkan menurun

lemah

aktifitas intolerans    Gangguan intoleransi aktivitas















No
Data    Penyebab dan Dampak    Masalah
1.    2.    3.    4.
3.    Ds :
-    Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
-    Mual
Do :
-    Porsi makan tidak habis, hanya ¼ setiap kali makan
-    BB: 48 KG
-    Hb : 9,1 mg/dl
-    Klien tampak lemas
-    Konjungtiva pucat    Masuknya Mikroorganisme TBC

terjadi reaksi antigen dan antibodi

kerusakan jaringan paru-paru

suplai 02 kejaringan berkuang



















    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah
1.    2.    3.    4.
4.    Ds :
Klien menanyakan terus keadaan penyakit nya dan menanyakan apa pantangannya
Do :
Ekspresi wajah agak tegang,  klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada pemeriksa klien terlihat murung    Kurangnya pengetahuan pasien tentang keadaan penyakitnya

Salah persepsi

merupakan stressor psikologis

Menyebabkan klien cemas    Gangguan rasa aman cemas
5.    Ds :
Klien mengatakan susah tidur
Do :
-    Wajah lesu
-    Mata merah
-    Frekwensi nafas meningkat
-    Tidur malam 1-2 jam sering terjaga    Reaksi imflamasi pada paru

Peningkatan metabolisme dan oxigenasi di paru-paru

Respon saraf simpatis

Keringat meningkat

RAS teraktivasi untuk mengaktifkan kerja organ tubuh

Rem menurun

Klien terjaga    Gangguan pemenuhan istirahat tidur








No    Data    Penyebab dan Dampak    Masalah
1.    2.    3.    4.
6.    Ds :
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
Do :
Klien sering bertanya apakah penyakitnya bisa kambuh lagi
    Kurangnya informasi

Kurangnya pengetahuan pasien tentang keadaan penyakitnya



    Kurangnya pengetahuan perawatan di rumah
7.    DS :
Klien mangatakan ada luka bekas insisi pada daerah leher, lipatan paha.
DO :
Terdapat luka bekas insisi pada leher, lipatan paha
- luka sepanjang 3 cm     Adanya luka insisi pada leher dan paha

port of entry bagi m.o untuk  menginvasi

resiko infeksi    Resiko infeksi
           
           








C.    Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
Tanggal 29-04-2006
-    Gangguan oxigenasi : difusi berhubungan dengan kerusakan membran alveoli.
-    Resiko infeksi pada luka insisi b.d post op limfadenopati
-    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d anoreksia akibat sesak nafas
-    Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan RAS yang teraktivasi akibat sesak dan nyeri dada
-    Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik
-    Resiko kambuh ulang b.d kurangnya pengetahuan klien tantang perawatan dirumah.







B.    PERENANCAAN KEPERAWATAN

Nama         : Tn. E                                        Diagnosa         : TB Paru Aktif
Umur         : 30 Tahun                                         Ruang             : Mawar
No. Medrec     : 58-02-83                                         Tgl. Pengkajian     : 29-04-2006

No    Diagnosa Keperawatan    Perencanan
        Tujuan    Intervensi    Rasional
(1)    (2)    (3)    (4)    (5)
1.    Gangguan oksigenasi : diffusi b.d kerusakan membran alveoli. Ditandai dengan :
Ds :
-    Klien mengeluh sesak nafas dan batuk
Do :
-    Klien tampak sesak
-    Klien batuk
-    Ro : tharox kusam Tb paru duplex akitf
-    Terdengar suara ronchi
-    Nadi 100 x / mnt
-    Respirasai 28x/mnt
Sekret kental warna kuning    Tupan :
Tidak terjadi gangguan oksigenasi : diffuse.
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, akumulasi secret berkurang dengan kriteria :
-    Ronchi berkurang
-    Frekuensi nafas dalam batas-batas normal 18-24 x/mnt
-    Klien tidak terlihat sesak    1.    Atur dan pertahankan posisi tidur klien dalam semi fowler.

2.    Observasi status pernafasan setiap 8 jam sekali termasuk frekuensi nafas, kedalaman dan bunyi nafas





3.    Kolaborasi pemberian O2 lembab sesuai dengan kebutuhan klien

4.    Ajarkan metode dalam dan batuk efektif 2-3 kali sehari

5.    Laksanakan program media
Mucos 3 x 1 tab
1.    Brodxed 3 x 26 mg. Lanjutkan therapi antibiotik
-    Rifampisin 450gr 1 x 1 tab
-    INH 100mg 3 x 1 tab
-    Etambutol 500mg 2x2 tab
-    Pirazinamid 500mg 2 x 1 tab


6.  Anjurkan klien untuk banyak minum ± 1600-2000 ml/ hari    1.    posisi membantu memaksi malkan ekspansi paru dan menurunkan upaya per napasan.
2.    Untuk mengetahui efekti vitas jalan nafas serta kondisi tubuh akibat jalan nafas yang tidak efektif. 8 jam ditentukan dari pergerakan mukus di saluran nafas yang di dorong oleh silia (1cm/ment)
3.    Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi
4.    Metode ini memudahkan ekspansi maksimum paru sehingga dahak akan terdorong keluar.
5.    Agen mukolik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret dan mencegah penyebaran kuman lebih lanjut.
6.    dengan minum banyak air membantu klien untuk mengeluarkan secret.       
(1)    (2)    (3)    (4)    (5)
2.






















3.
    Resiko infeksi pada luka insisi b.d post op lympadenopati
Ditandai dengan :
DS :
Klien mangatakan ada luka bekas insisi pada daerah leher, lipatan paha.
DO :
Terdapat luka bekas insisi pada leher, lipatan paha
- luka sepanjang 3 cm




Gangguan pemenuhan kebutuh an nutrisi b.d anorexsia akibat mual, ditandai dengan :
Ds :
-    Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
-    Mual
Do :
-    Porsi makan tidak habis, hanya ¼ setiap kali makan
-    BB: 48 KG
-    Hb : 9,1 mg/dl
-    Klien tampak lemas
-    Konjungtiva pucat    Tupan :
Tidak terjadi infeksi.
Tupaen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 3 hari tanda-tanda infeksi tidak terjadi. Dengan kriteria :
Tanda-tanda infeksi tidak ada.
Luka insisi tidak menunjukan adanya infeksi.




Tupan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama lima hari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria :
-    Mual berkurang
-    Porsi makan habis
-    Nafsu makan meningkat
-    BB naik 0.5 kg    1.    kaji keadaan luka bekas insisi.

2.    kaji tanda-tanda vital


3.    lakuikan perawatan luka insisi.

















1.    Tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuhnya serta diit yang di butuhkan


2.    Anjurkan minum air hangat sebelum makan dan anjurkan klien untuk memakan makanan dalam keadaan hangat.
3. Atur pola makan dengan porsi kecil tapi sering atau makanan yang disukai klien, roti, nasi atau susu.
4.    Motivasi keluarga untuk memenuhi klien saat makan
5.    Cegah/atasi penurunan selera makan klien dengan cara meningkatkan oral hygiene klien dan beri motivasi.
6.    Berikan rantin 3 x 1 ampul sesuai instruksi.
7.    Berikan ATP 3 x 1 tab sesuai instruksi
8.    Timbang BB secara rutin




    1.    untuk mengetahui apakah luka dalam keadaan baik.
2.    untuk mengetahui adanya infeksi melalui peningkatan suhu tubuh.
3.    untuk mencegah infeksi.

















1. Pemahamanan yang baik tentang pentingnya nutrisi terhadap kondisinya akan meningkatnya motivasi klien dalam memenuhi kebutuhan nya.
2.    Makanan/minuman dalam keadaan hangat akan menam bah menetralisiri asam lambung.
3.    Porsi kecil akan mengurangi mual dan kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi
4 Dukungan keluarga terdekt diharapkan membangkitkan semangat klien untuk makan.
8.    Oral hygeine yang kurang akan menimbulkan bau mulut yangkurang sedap sehingga akan menurunkan selera makan klien.
9.    Antiemetik dapat mengu rangi mual.
10.    Vitamian bisa membantu mengembalikan atau meningkatkan daya tahan tubuh.
11.    Untuk mengetahui perkemba ngan klien.


(1)    (2)    (3)    (4)    (5)
4.    Gangguan pemenuhan kebutuh an istrirahat tidur berhubungan dengan RAS yang teraktivitas akibat sesak dan nyeri dada, ditandai dengan :
Ds :
-    Klien mengatakan susah tidur
-    Tidur malam 1-2 jam sering terjaga
Do :
-    Wajah lesu
-    Mata merah
-    Frekwensi nafas meningkat     Tupan
Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama tiga hari tidur klien bertambah dengan kriteria :
-    Klien tampak segar
-    Klien tidak sering menguap
-    Jam tidur menjadi tujuh jam     1.    Pertahankan upaya untuk mengurangi sesak dan nyeri dengan tidur klien dalam semi fowler.
2.    Bereskan tempat tidur dan lingkungan tempat tidur.


3.    Anjurkan klien dan keluarga untuk membatasi pengunjung dan penunggu hanya boleh dua orang.
4.    Anjurkan keluarga klien untuk mematikan atau meredupkan lampu ketika klien mau tidur.


5.    Anjurkan klien untuk minum susu hangat ketika akan tidur.


6.    Anjurkan untuk selalu berdo’a menjelang tidur.     1.    Untuk mencegah kehilangan oksigen.


2.    Memberikan rasa nyaman dan diharapkan klien dapat beristirahat.

3.    Pengunjung yang banyak akan menganggu klien untuk istirahat

4.    Lampu yang redup akan mengendorkan syarat-syaraf yang ada pada pola mata sehingga klien akan tidur.

5.    Asam tritokan yang terkandung dalam susu di harapkan akan membuat klien mengantuk dan tertidur
6.    Berdo’a dapat menenangkan jiwa klien.








(1)    (2)    (3)    (4)    (5)
5.    Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik akibat tidak seimbangnya antara demand dan supply 02, ditandai dengan:
Ds :
-    Klien mengatakan badan klien lemah dan lemah.
-     Klien merasa mudah lelah.
Do :
-    Klien tampak lemas
-    Hb 9,1 gr/dl dari nilai normal 13-16 gr/dl.
-    Klien terlihat pucat.
-    TD : 100/70 mmHg.
-    Nadi : 100x/menit.
-    Resp : 28x/menit.
-    Suhu : 37 0c
-    Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat    Tupan
Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitas secara bertahap
Tupan
Aktivitas klien terpenuhi dalam 4 hari dengan kriteria
-    Lemas berkurang
-    Klien dapat beraktivitas secara bertahap
-    Kulit bersih
-    Rambut dan kulit kepala bersih     2.    Jelaskan pada klien untuk melakukan aktivitas



3.    Siapkan dan dekatkan peralatan untuk memenuhi kebutuhan ADLnya

4.    Ajarkan pada klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
5.    Bantu klien memenuhi kebutuhan personal hygiene

6.    Berikan waktu istirahat setelah klien melakukan aktivitas.

7.    Libatkan anggota keluarga untuk melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya

8.    Hitung denyut nabi dan RR setelah klien melakukan aktivitas    1.    Menambah pengetahuan pada klien tentang penting nya melakukan aktivitas secara bertahap.

2.    Menyiapkan dan mendekat kan semua peralatan akan memudahkan klien untuk memenuhi ADLnya.
3.    Agar energi tidak terbuang sehingga mengurangi kelelah an.
4.    Menjaga kebersihan klien dan memberikan rasa nyaman.
5.    Memberikan kesempatan pada tubuh untuk mengum pulkan tenaga baru.
6.    Agar keluarga tidak ber gantung pada perawat untuk pemenuhan kebutuhan ADL klien.
7.    Untuk mengetahui keadaan umum klien setelah melakukan aktivitas.






(1)    (2)    (3)    (4)    (5)
6.    Gangguan rasa aman cemas sedang b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pencegahan dan perawatan, ditandai dengan :
Ds :
Klien menanyakan terus keadaan penyakit nya dan menanyakan apa pantangannya
Do :
Ekspresi wajah agak tegang,  klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada pemeriksa klien terlihat murung    Tupan
Raman aman cemas teratasi
Tupen
Rasa aman cemas terpenuhi dengan kriteria :
-    Cemas berkurang
-    Klien mengerti pencegahan dan perawatan
-    Klien mengerti tentang kondisi dan proses terjadinya penyakit     1.    Bina hubungan saling percaya




2.    Berikan penjelasan tentang pengetian, pencegahan, pera watan dan pengobatan (satpel terlampir)

3.    Libatkan keluarga dalam  memberikan support sistem    1.    Dengan hubungan saling percaya diri meningkatkan keyakinan klien terhadap perawat.

2.    Menambah pengetahuan sehingga klien merasa nyaman


3.    Dukungan keluarga terdekat diharapkan membangkitkan semangat klien untuk sembuh
7.    Resiko kambuh ulang berhubungan dengan ketidak teraturannya klien minum obat.
DS :
-    Klien mengatakan dahulu tidak teratur minum obat.
-    klien mengatakan tidak minum obat karena terdorong oleh kebutuhan ekonomi.
DO :
Klien terlihat serius menceritakan kisahnya .
Klien
-        Tupan :
Tidak terjadi kambuh ulang
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 hari pengetahuan klien tentang perawatan di rumah meningkat dengan kriteria :
-    Klien mengetahui tentang penyakit TBC, penyebab, cara penularan dan perawatan di rumah
-    Keluarga dapat bekerjasama untuk mengawasi klien minum obat secara teratur
-    Klien minum obat secara teratur      1.    Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya kesehatan.

2.    berikan pendidikan kesehatan tentang manfaat obat.


3.    libatkan keluarga untuk turut mendukung kesehatan klien

4.    Libatkan keluarga menjadi pengawas obat klien

    1.    Menambahkan pengetahuan klien tentang pentingnya kesehatan bagi klien.
2.    dengan diberikannya pendkesh obat klien  diharapkan mengetahui tentang pentingnya obat.
3.    dukungan keluaraga turut mendukung kesehatan klien.

4.    keluarga adalah yang pertama berhubungan dengan klien.





C.    Pelayanan
Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD
    2    3        4
29-04-2006    07.30    Membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Hasil : Respon
Terbina hubungan baik antara klien dan perawat terbukti dari klien mau berbicara dan mengungkapkan perasaannya.    1,2,3,4,5,6   
29-04-2006    08.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien
Hasil : Respon
-    Klien mengatakan merasa nyaman
-    Tempat tidur klien terlihat rapi
-    Klien terlihat sedikit tenang    1   
29-04-2006     08. 30    Mengatur posisi klien senyaman mungkin (semi fowler) dan mengganti balutan
Hasil : Respon
Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik, klien merasa lemah    3   
29-04-2006    09.0    -    Memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
-    menemani klien saat makan siang menganjurkan klien untuk untuk mengonsumsi makanan lain seperti roti, nasi, susu sebagai pengganti makanan yang tidak habis menganjurkan klien untuk memakan makanan.
-    Dalam keadaan masih hangat
Hasil : Respon
Klien mengatakan nafsu makan biasa saja.    3   
30-04-2006    09. 10    -    Memandikan klien dengan cara di lapangan menggunakan sabun.
-    Memberikan penjelasan pada klien
-    Tentang pentingnya mandi bagi tubuh
-    Menganjurkan untuk meningkatkan oral hygiene klien
Hasil : Respon
Klien mengatakan badan terasa segar
Klien terlihat bersih     5   




Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD
    2    3        4
10 juni 2006    07.00    Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas pemberian oksigen, lembab sesuai dengan kebutuhan klien.
Hasil : Respon
Klien terpasang O2 2lt/menit    2.4   
    07.00    Memberikan obat sesuai dan ganti balutan obat diberikan pad klien
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1
Hasil : Respon
Klien minum obat dan ganti balutan sudah diberikan.
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1    2.4   
    10.30    Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Respon
TD =     110/80 mmHg
N = 100x/menit
S =  376C
R = 24 x menit    1   
    10.25    Menganjurkan kepada keluarga agar membatasi pengunjung dan mengajurkan kepada klien agar minum susu dan berdo’a sebelum tidur
Hasil : Respon
-    Yang menunggu klien istirahat keluarga yang lain menunggu diluar.
-    Klien akan mencobanya.     3   
    11.00    Memberikan pendidikan kesehatan kesehatan pada klien pentingnya pengobatan secara teratur dan perawatan di rumah    5.6   




Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD
    2    3        4
        Hasil : Respon
Klien dan keluarga mengatkan mengerti apa yang dijelaskan perawat terbukti klien dapat mengulangi apa telah perawat katakan       
01-05-2006    07.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien
Hasil : Respon
-    Klien mengatakan merasa nyaman
-    Tempat tidur klien terlihat rapi
-    Klien terlihat sedikit tenang    1   
    07.05    -    Pertahankan posisi tidur setengah duduk
-    Menciptakan lingkungan yang tenang
-    Menganjurkan keluarga membatasi pengunjung
Hasil : Respon
Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik     1.2   
    08.00    -    Memandikan klien dengan cara dilap menggunakan sabun
-    Memberikan penjelasan pada klien tentang pentingnya mandi bagi tubuh
Hasil : Respon
S     : Klien mengatakan badan teras   
              segar
O    : Klien terlihat bersih    3   
    08.00    Memberikan obat sesuai terapi dan ganti balutan (up jahitan) obat diberikan pada klien.
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1
Hasil : Respon
Klien minum obat sudah dilaksanakan
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1    1.2   

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD
    2    3        4
    08.30    Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Respon
O :     TD     = 100/80mmHg
N     = 100 x menit
S     = 376 oC
R     = 24 x menit    1.6.5   
    10.00    -    Mengajarkan klien batuk efektif
-    Menganjurkan klien selalu mengeluar kan saat batuk
Hasil : Respon
-    Klien masih batuk-batuk disertai dahak
-    Sesak nafas mulai berkurang       
02-05-2006    07.00    Merapikan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien
Hasil : Respon
-    Klien mengatakan merasa nyaman
-    Tempat tidur klien terlihat rapi
-    Klien terlihat sedikit tenang       
    07.05    Mengatur posisi klien senyaman mungkin (semi fowler)
Hasil : Respon
Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik        
    08.00    Memberikan obat sesuai terapi obat diberikan pada klien dan ganti balutan (angka jahitan)
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1
Hasil : Respon
Klien sudah diganti balutan dan nyaman
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1       
02-05-2006    07.00    Merapihkan tempat tidur dan lingkungan disekitar klien
Hasil : Respon
-    Klien mengatakan merasa nyaman
-    Tempat tidur terlihat rapi
-    Klien terlihat sedikit tenang    1.2.4   

Tgl    Waktu    Implementasi     DP     TTD
    2    3        4
03-05-2006    07.30    -    Mengkaji kekuatan otot
-    Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan secara mandiri
Hasil : Respon
Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan sendiri    1.2.4   
        Memberikan obat sesuai terapi obat diberikan pada klien
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1
Hasil : Respon
Klien minum obat
-    Anadex 3 x 1
-    Santibi 2 H
-    Rifamficin 1 x 1
-    Inoxin 1 x 1
-    Dumin 3 x 1
-    Tusilan 3 x 1       
    08.45    Memberikan makanan dalam keadaan hangat sesuai dietnya
Hasil : Respon
Klien mengatakan nafsu makan ada
Porsi makan habis setengah porsi       
    10.00    Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : Respon
O :     TD     = Ganti 100/gr
N    = 100 x menit
S     = 326 oC
R    = 24 oC       






   
C.    Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan pendekatan catatan perkembangan dibawah ini :
Tgl    DP    Catatan perkembangan    Perawat
1    2    3    4
30-04-2006    1    S :
-    Klien mengatakan batuk dan sesak nafas
-    Klien mengatakan keluar dahak hanya sedikit
O :
-    Klien tampak batuk-batuk dan sesak nafas
-    Pada auskultasi masih terdengar ronchi
-    Pernafasan 24 x menit
A :
-    Masalah belum teratasi
P :
-    Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :
1.    Mempertahankan posisi tidur semifowler
2.    Mengobservasi frekuensi nafas kedalaman dan bunyi nafas
3.    Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas pemberian oksigen,  lembab sesuai dengan kebutuhan klien.
4.    Menganjurkan klien selalu mengeluarkan dahak saat batuk
5.    Memberikan obat sesuai program Broxed 1 x 2 Gr IV
E :
-    Klien masih batuk-batuk disertai dahak
-    Ronchi +/+
-    Respirasi 25 x /menit   

Tgl    DP    Soapier     Perawat
1    2    3    4
        R :
-    Ulang tingkat keefektivitan pola nafas   
01-05-2006    2    S :
-    Klien mengatakan mual berkurang dan nafsu makan ada
O :
-    Klien belum makan
-    BB tidak ada kenaikan
A :
-    Masalah teratasi
P :
-    Lanjutkan intervensi
I :
1.    Memberikan makanan dalam keadaan hangat
2.    Membrikan rantin I ampul per IV
E :
-    Klien menghabiskan makanan setengah porsi
R :
-    Kaji ulang pemberian nutrisi   
30-04-2006    3    S :
-    Klien mengatakan sudah bisa tidur
-    Klien mengatakan tidur 7 jam sehari
A :
-    Masalah teratasi
P  :
-    Lanjutkan intervensi
I :
-    Pertahankan posisi tidur setengah duduk
-    Menciptakan lingkungan yang tenang
-    Menganjurkan keluarga membatasi pengunjung    

Tgl    DP    Soapier     Perawat
1    2    3    4
        E :
-    Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur tanpa terjaga   
30-04-2006    4    S :
-    Klien mengatakan lemas berkurang
O :
-    Masalah teratasi
P :
-    Lanjutkan intervensi
I :
-    Memfasilitasi alat-alat mandi
-    Menghitung denyut nadi setelah klien melakukan aktivitas
E :
-    Kulit bersih dan rambut dan kulit kepala bersih
N : 90 x/menit   
02-05-2006    5    S :
-    Klien mengatakan mengerti pencegahan dan perawatan penyakit TBC
-    Klien mengerti tentang kondisi dan proses terjadinya
 O :
-    Klien tidak terlihat murung lagi.   










Tgl    DP    Soapier     Perawat
1    2    3    4
05-05-2006    6    S :
-    Klien mengantakan sudah tidak lemas
O :
-    Klien kelihatan segar
 A :
-    Masalah teratasi
P :
-    Klien sudah pulang   
   

B.    Pembahasan
Setelah melakukan asuhan keperawatan TNE dengan gangguan sistem pernafasan akibat Tuberculosis paru akibat diruang Mawar RSKM Cilegon yang dilaksanakan selama lima hari yaitu pada tanggal 29 – 04 – 2006 s/d 05 – 05  – 2006  dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Selama pelaksanaan, penulis mendapat hambatan, kemudahan dan faktor pendukung yang mendukung kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada TNE disamping itu penulis juga melihat ada kesenjangan antara konsep teori dengan kasus yang dihadapi. Pada pembahasan kali ini penulis akan mengemukakan hambatan, kemudian faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang ada, serta alasan kesenjangan itu terjadi, adapun hambatan, kemudahan, faktor pendukung dan kesenjangan itu adalah sebagai berikut :
1.    Pengkajian
Penulis tidak mendapat dalam proses pengumpulan data pada TNE hal ini disebabkan karena kesadaran TNE yang compos menitis, selain itu TNE dan keluarganya menerima kehadiran penulis dan bersifat kooperatif dalam memberikan informasi mengenai riwayat kesehatan TNE.
b.    Identitas klien
Secara teori lingkungan yang kumuh beresiko tinggi terhadap terjadinya TBC, sedangkan lingkungan tempat tinggal klien bersih jauh dari pabrik. Kesenjangan ini terjadi karena faktor predisposisi TBC bukan hanya faktor lingkungan, tapi bisa juga karena klien kontak langsung dengan penderita TB tanpa disadari.
c.    Riwayat kesehatan sekarang
1).    Keluhan utama masuk Rumah Sakit
Klien dengan TBC sesuai teori masuk Rumah Sakit dengan keluhan berupa sesak nafas, batuk-batuk dan nyeri dada. Hal ini sesuai dengan kasus TNE dimana alasan masuk Rumah Sakit TNE adalah karena sesak nafas, batuk dan nyeri dada sesak 9 bulan sebelum masuk RS klien pernah berobat dengan keluhan yang sama karena tidak ada perubahan kemudian dirujuk RSKM Cilegon diruang Mawar.
2).    Keluhan saat pengkajian
Secara teori keluhan utam saat dikaji pada klien TBC dapat berupa sesak nafas, batuk nyeri dada. Hal ini sesuai dengan keluhan TNE keluhan utama saat dikao yaitu sesak nafas, batuk dan nyeri dada.
d.    Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat dahulu pada TNE didapatkan data bahwa TNE mempunyai riwayat penyakit TBC. Hal ini sesuai dengan teori
e.    Riwayat kesehatan keluarga
Menurut teori TBC dapat ditularkan melalui droplet infection sedangkan pada semua anggota yang tinggal dalam satu rumah, tidak ada yang menderita seperti. Hal ini sesuai dengan teori.
f.    Pemeriksaan fisik
Pada teori dengan TBC dapat menyebabkan dampak terhadap sistem tubuh yang lain terhadap sistem pernafasan akan ditemukan pola nafas yang terganggu, nyeri dada, suara nafas terdengar ronchi, penggunaan otot-otot pernafasan, frekuensi nafas cepat, kemudian sistem kardiovaskuler penurun tekanan darah, pucat, konjungtiva anemia, tachikardi, perubahan jumlah leukosit. Selanjutnya terhadap sistem gastrointestinal akan didapatkan mual dan anoreksia, genitourinaria terjadi pada eliminasi BAK, jumlah urine output menurun. Sistem muskuloskeletal akan ditemukan nyeri sendi, nyeri pada tulang sistem persyarafan akan terjadi meningitis akibat penurunan kesadaran dan pada sistem integumen ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari. Kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit.
Sedangkan pada TNE mengalami peningkatan suhu tubuh karena keadaan ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Pada data psikologis, sosial dan spiritual timbul suatu kesenjangan dimana didalam teori keadaan emosi klien tidak stabil. Penolakan untuk berespon, bingung cara mengatasi masalah sedangkan pada TNE tampak murug dan tenang klien terkontrol, klien sering menanyakan penyakitnya.
2.    Diagnosa Keperawatan
Pada kasua TNE beberapa diagnosa keperawatan yang tidak muncul dan ada pula diagnosa keperawatan yang tidak muncul juga ada diagnosa yang tidak sesuai dengan teori.
Diagnosa yang tidak muncul sesuai dengan pada kasus TNE adalah sebagai berikut :
a.    Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret. Diagnosa ini tidak muncul karena tidak ada data-data yang mendukung untuk ditegakannya diagnosa ini seperti tidak ditemukan peristiwa mekanik insipirasi yaitu volume thorak bertambah besar karena diafragman turun dan iga terangkat akibat kontraksi dari otor muskulus skernoleidomastoidius.
b.    Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penuruan luas permukaan paru. Diagnosa ini tidak muncul karena pengembangan paru kiri dan kanan maksimla dan intervensi dari masalah ini sudah tercantum pada diagnosa tidak efektifnya bersihan jalan nafas, walaupun klien ini adanya sesak nafas karena infiltrasi sudah ½ bagian paru-paru, vokal premitis kiri, jelas, suara dinding dada kiri redup, adanya ronchi pada kedua paru, BTA (+) hasil foto rongen Cor : Borderline Pulomo : bercak Fibro pada lapangan

Paru kiri atas, tengah, ilu kasar, gambaran yang menyerupai sarang tawon daerah paru cardiaal kanan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. E tetapi dalam teori tidak ada adalah :
a.    Gangguan isntirahat tidur berhubungan dengan teraktivasinya RAS diagnosa ini muncul karena ditermukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada pemenuhan istirahat tidur pada klien seperti klien tampak lemah dan lesu, mata merah, frekuensi nafas meningkat, tidur malam 5 jam sering terjaga. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya sesak nafas, batuk yang dirasakan klien.
b.    Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan fisik. Diagnosa ini muncul karena ditemukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada aktivitas intoleransi seperti klien mengeluh cepat lelah.

3.Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan yang disusun pada Tn. E berdasarkan kepada masalah yang didapatkan dari hasil analisa data. Rencana tersebut disesuaikan dengan keadaan klien dan keluarganya serta disusun berdasarkan prioritas. Rencana tindakan keperawatan yang disusun diprioritaskan untuk mengatasi :
a.    Tidak efektifnya bersihan jalan nafas dengan rencana tindakan yang berupa  atur dan pertahankan posisi semi powler, observasi frekuensi nafas dan bunyi nafas, observasi pemberian oksigen lembab, ajarkan batuk efektif, laksanakan program medis untuk pemberian terapi sedangkan menurut teori intervensi pada diagnosa keperawatan ini ada 3 intervensi yang tidak dilakukan seperti intubasi darurat karena akumulasi sekret tidak terjadi penurunan dirongga pleura tetapi sekret terakumulasi di jalan nafas.
b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia akibat mual, rencana tindakan yang berupa, tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi, anjurkan minum air hangat sebelum makan dan berikan makan dalam keadaan hangat porsi kecil tapi sering, berikan perawatan mulut sebelum makan, beri anti emetik. Sedangkan dalam teori intervensi pada diagnosa keperawatan ada 8 intervensi yang tidak direncanakan karena keterbatasan alat dan biaya klien.
c.    Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dantidur dengan rencana tindakan berupa : pertahanan posisi semipowler, bereskan tempat tidur dan lingkungan, batasi pengunjung, anjurkan keluarga untuk mematikan lampu, anjurkan klien untuk minum susu hangat, anjurkan klien untuk berod’a sebelum tidur. Sedangkan dalam teori ada 6 intervensi sesuai dengan rencana yang ada
d.    Ganguan rasa aman cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dengan rencana tindakan 3 sedangkan dalam teori ada 4 intervensi karena kurangnya informasi dan pengetahuan klien tentang penyakit TBC.
e.    Resiko terjadi penyebaran infeksi dengan rencana tindakan ada 5 sedangkan dalam teori ada 7 karena kurangnya pengetahuan klien tentang penyebaran penyakit TBC dan disesuaikan dengan keadaan konsisi klien.

4.Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, namun tidak mendapat  hambatan dalam pelaksanaan keperawatan karena faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan adalah kooperatifnya klien, kerjasama keluarga selama implementasi, ketersediaannya sarana dan prasarana yang lengkap dari ruangan dan dukungan penuh dari pembimbing dan perawat ruangan.

5.Evaluasi
Pada tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap selesai memberikan tindakan keperawatan. Hasil dari evaluasi formatif menunjukkan bahwa semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat mengurangi ataumengatasi masalah klien saat ini, sedangkan untuk evaluasi sumatif, penulis melakukan pada hari kelima setelah memberikan asuhan keperawatan pada Tn. E.
Pada evaluasi suamtif hari kelima ditemukan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. E dapat terselesaikan semuanya dengan baik, hal disebabkan karena klien dan keluarga klien yang kooperatif, bekerjasama dengan perawat ruangan yang baik,kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatanhampir seluruhnya berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan.
Adapun data yang dipeeroleh dari evaluasi terkahir adalah :
a.    Klien mengatakan batuk dan sesak nafas berkurang
b.    Klien mengatakan mual berkurang dan nafsu makan bertambah
c.    Klien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak
d.    Klien mengatakan lemas berkurang
e.    Klien mengatakan mengerti cara mencegah dan perawatan TBC
f.    Klien mengatakan sudah mengetahui tentang panyakit dan penyebaran penyakitnya.







BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem pernafasan akibat TB paru aktif di ruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon-Banten, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
2.    Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada Tn E dengan TN paru aktif keadaan didalam keluarga tidak ada yang menderita TBC tetapi di keluarga mertua laki-laki yang mempunyai riwayat penyakit TBC selama 4 bulan dan pernah mendapatkan pengobatan TB.
Pada pemeriksaan fisik terdapat kesenjangan / perbedaan antara teori dan kasus dilapangan terutama pada sistem pernafasan, hal ini kemungkinan penyebabnya adalah respon dari setiap individu yang unik dan jenis TB paru yang terjadi pada Tn E. yaitu TB paru aktif dan gangguan yang terjadi mengenai parenkhim paru sehingga sesak nafas
g.    Diagnosa keperawatan
Dari hasil analisa data, masalah keperawatan yang terjadi pada klien Tn. E adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas, aktifitas intoleran, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman cemas, gangguan pemenuhan istirahat tidur, ganguan aluimita sehari-hari.
3.    Perencanaan
Pada perencanaan sesuai dengan diagnosa yang muncul, maka fokus intervensi diarahkan untuk mengatasi gangguan tidak efektifnya bersihan jalan nafas, aktivitas intoleran, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman, cemas sedang gangguan pemenuhan istirahat tidur, resiko terjadinya penyebaran infeksi, pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti karena berbagai faktor yang mendukung yaitu keluarga yang kooperatif dan banyaknya literatur yang dapat penulis gunakan.
4.    Pelaksanaan
Seluruh tindakan keperawatan (implementasi) dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Diantaranya mempertahankan posisi semifowler, pemberian O2 lembap, mengobservasi frekuensi dan bunyi nafas. Mengajarkan batuk efektif, memberikan obat sesuai program medis, Anadex 3 x 1,Santibi 2 H, Rifamficin 1 x 1, Inoxin 1 x 1, Dumin 3 x 1, Tusilan 3 x 1 memberikan penekes tentang pengertian pencegahan, perawatan dan pengobatan, bantu aktivitas sepereti personal hygiene.
5.    Evaluasi
Pada tahap evaluasi semua diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan. Dimana pada pelaksanaan asuhan keperawatan ini ada dua diagnosa keperawatan yang belum teratasi secara tuntas yaitu :
a.    Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas, hal ini karena keterbatasan kemampuan penulis dan waktu asuhan keperawatan dimana perkembangan gangguan masih harus terus dilakukan observasi dan dilakukan implementasi
b.    Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini terjadi karena sifat kuman dan efektif dari pengobatan TB paru aktif dapat mempengaruhi sistem gastrointestinal sehingga klien masih merasa mual

B.    Rekomendasi
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem pernafasan : TB paru aktif diruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon – Banten, kiranya penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut :
a.    Sebaiknya pada saat melakukan pengkajian klien dengan TB paru aktif, perawat dalam mendpatkan data dari klien mengunakan teknik komunikasi dengan pertanyaan terbuka, suara yang jelas dan bekerjasama dengan keluarga klien dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia, guna mendapatkan data yang subjektif serta terus,  meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan yang profesional
b.    Menginggat efek samping dan pengobatan TB paru aktif ketajaman penglihatan, berkurang kemampuan untuk membedakan warna merah dan hijau sehingga dapat menghambat klien kembali ke khidupan normal maka sebaiknya perawat dapat mempersiapkan keluarga dalam menerima keadaan klien dengan pengetahuan tentang perawat klien dirumah dan menjadi pengawas minum obat.
c.    Sebaiknya petugas selalu mendokumentasikan tindakan yang diberikan kepada klien sebagai aspek legal tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart ,2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,Vol I dan II, Jakarta : EGC.
Carpanito ,Lynda juall, 2000, Alih Bahasa Tim Program Studi Ilmu Keperawatan UNPAD-PSIK, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6, Jakarta :EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Kee, Joyce Lefever. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan.  Edisi ke-2, Jakarta : EGC, 1997
Keliat, Budi anna, 1994, Proses Keperawatan, Jakarta : EGC.
Kozier, ERB, Olivieri, 1999, Fundamental of Nurshing, Edisi ke-5, Philadelphia : W. B Saunders Company.
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan : Balai Penerbit FKUI.
Monahan, Frances Donovan, Neighbors, Mariene, 1998, Medical Surgical Nurshing, 2nd Edition, Philadelphia : W. B. Saunders Company.
Potter, Patricia A, 1996, Pengkajian Kesehatan, Jakarta : EGC.
Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson, 1994, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ,Jakarta : EGC.
Soemanto, Wasty, 1996, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta : Bumi Aksara.











Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di My Documentku

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih

 
© 2010-2012 My Documentku