KONSEP
DASAR TEORI
A.
Pengertian
Gangguan irama jantung
atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan
bukan strruktur jantung. (Keperawatan
Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, 1997)
B.
Etiologi
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau
gabungan dari kelainan berikut ini dalam sistem
irama-konduksi jantung :
a.
Irama abnormal dari pacu
jantung.
b.
Pergeseran pacu jantung dari
nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c.
Blok pada tempat-tempat yang
berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui jantung.
d.
Jalur hantaran impuls yang
abnormal melalui jantung.
e.
Pembentukan yang spontan dari
impuls abnormal pada hamper semua bagian jantung.
Etiologi
aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a.
Peradangan
jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena
infeksi)
b.
Gangguan
sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya
iskemia miokard, infark miokard.
c.
Karena obat
(intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya
d.
Gangguan
keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e.
Gangguan pada
pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
f.
Ganggguan
psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g.
Gangguan
metabolik (asidosis, alkalosis)
h.
Gangguan
endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i.
Gangguan irama
jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j.
Gangguan
irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).
C.
PATOFISIOLOGI
1. DISRITMIA
NODUS SINUS
a. Bradikardi
Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi
vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intracranial, atau infark
miokard. Bradikardi sinus juga dijumpai pada olahraghawan berat, orang yang
sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propanolol, reserpin,
metildopa), pada keadaan hipoendokrin (miksedema, penyakit adison,
panhipopituitarisme), pada anoreksia nervosa, pada hipotermia, dan setelah
kerusakan bedah nodus SA.
Karakteristik
:
·
Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per
menit
·
Gelombang P : mendahului setiap kompleks
QRS; interval PR normal
·
Kompleks QRS : biasanya normal
·
Hantaran : biasanya normsl
·
Irama : regular
b. Takikardi
Sinus
Takikardi sinus
(denyut jantung cepat) dapat disebablkan oleh demam, kehilangan darah akut,
anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri, keadaan hipermetabolisme,
kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik.
Karakteristik
:
·
Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per
menit
·
Gelombang P : mendahului setiap kompleks
QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
·
Kompleks QRS : biasanya mempunyai durasi
normal
·
Hantaran : biasanya normsl
·
Irama : regular
2. DISRITMIA
ATRIUM
a. Kontraksi
Prematur Atrium
Kontraksi
Prematur Atrium (PAC = premature atrium contraction) dapat disebabakan oleh
iritabilitas otot atrium kerana kafein, alcohol, nikotin, miokardium Atrium
yang teregang seperti pada gagal jantung kongestif, stress atu kecemasan,
hipokalemia (kadar kalium rendah), cedera, infark, atau keadaan hipermetabolik.
Karakteristik
:
·
Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per
menit
·
Gelombang P : biasanya mempunyai
konfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat
lain pada atrium telah menjadi iritabel (peningkatan otomatisasi) dan
melepaskan impuls sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal. Interval PR
dapat berbeda dengan interval PR impuls yang berasal dari nodus SA.
·
Kompleks QRS : bisa normal, menyimpang
atau tidak ada. Bila ventrikel sudah menyelesaikan fase rep[olarisasi, mereka
dapat merespons stimulus atrium ini dari awal.Hantaran : biasanya normsl
·
Irama : regular, kecuali bila terjadi
PAC. Gelombang P akan terjadi lebih awal dalam siklus dan biasanya tidak akan
mempunyai jeda kompensasi yang lengkap.
b. Takikardi
Atrium Paroksismal
Takikardi Atrium
Paoksismal (PAT = paroxysmal atrium tachychardia) adalah takikardi atrium yang
ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat dicetuskan oleh
emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik, atau alcohol.
PAT biasanya tidak berhubungan dengan penyakit jantung organic. Frekuensi yang
sangat tinggfi dapat menyebabkan angina akibat pebnurunan pengisian artei
koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi gagal jantung.
Karakteristik
:
·
Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per
menit
·
Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi
disbanding gelombang P normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval
PR memendek (kurang dari 0,12 detik)
·
Kompleks QR : biasanya normal, tetapi
dapat mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan hantaran
·
Hantaran : biasanya normal
·
Irama : regular
c. Flutter
Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik focus di atrium
yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per
menit. Karakter penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi
pada nodus AV, yang mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls
melalui jantung sebenartnya masih normal, sehingga komp;leks QRS tak
terpengaruh. Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantran 1 :1
impuls atrium yang dilepaskan 250 sampai 400 kali per menit akan mengakibatkan
fibrilasi ventrikel, suatu disritmia yang mengancam jiwa.
Karakteristik
:
·
Frekuensi : frekuensi atrium antara 250
sampai 400 denyut per menit
·
Gelombang P : tidak ada, melainkan
diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh focus di atrium yang
melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini disebut sebagai gelombang F.
·
Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan
waktu hantarannya juga normal.
·
Gelombang T : ada namun bisa tertutup
oleh gelombang fluter
·
Irama : regular atau ireguler,
tergantung jenis penyekatnya (mis., 2:1, 3:1, atau kombinasinya)
d. Fibrilasi
Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak
terorganisasi dan tidak terkoordinasi)biasanya berhubungan dengan penyakit
jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif,
tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung congenital.
3. DISRITMIA
VENTRIKEL
a. Kontraksi
Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC
= premature ventricular contraction) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel
otot ventrikel. PVC biasa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
b. Bigemini
Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya
diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, MI akut, dan
CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di mana setiap denyut adalah
premature.
c. Takikardi
Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh
peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada PVC. Penyakit ini biasanya
berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi
ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai
keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan
sangat cemas.
d. Fibrilasi
Ventrikel
Adalah denyutan ventrikel yang
cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan
tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat
dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas
jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel
tidak segera dikoreksi.
4. ABNORMALITAS
HANTARAN
a. Penyekat
AV Derajat-Satu
Biasanya
berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan pleh efek
digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark miokard dinding
inferior jantung.
b. Penyekat
AV Derajat-Dua
Juga disebabkan
oleh penyakit jantung organic, IM, atau intoksikasi digitalis. Bentuk penyekat
ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah
jantung(curah jantung = volume sekuncup x frekuensi jantung).
c. Penyekat
AV Derajat-Tiga
Juga berhubungan
dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI. frekuensi
jantung berkurang drastis, mengakibatkan penurunan perfusi ke organ vital.
Seperti otak, jantung, paru, dan kulit.
5. ASISTOLE
VENTRIKEL
Tidak akan terjadi kompleks QRS.
Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernafasan. Tanpa penatalaksanaan
segera, asistole ventrikel sangat fatal.
D.
Manifestasi
klinis
1.
Perubahan TD (
hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2.
Sinkop, pusing,
berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3.
Nyeri dada
ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
4.
Nafas pendek,
batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. demam;
kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
E.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
EKG :
menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b.
Monitor Holter :
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia
disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c.
Foto dada : Dapat
menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel
atau katup
d.
Skan pencitraan
miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e.
Tes stres
latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
f.
Elektrolit :
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan
disritmia.
g.
Pemeriksaan obat
: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan
interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h.
Pemeriksaan
tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i.
Laju sedimentasi
: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis
sebagai faktor pencetus disritmia.
j.
GDA/nadi
oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
F.
Penatalaksanaan
Medis
Ø Terapi medis
Obat-obat
antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
§ Anti
aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas
1 A
·
Quinidine adalah
obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
·
Procainamide
untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
·
Dysopiramide
untuk SVT akut dan berulang
2) Kelas
1 B
·
Lignocain untuk
aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
·
Mexiletine
untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas
1 C
Flecainide
untuk ventrikel ektopik dan takikardi
§ Anti
aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
§ Anti
aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone,
indikasi VT, SVT berulang
§ Anti
aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil,
indikasi supraventrikular aritmia
Ø Terapi mekanis
1. Kardioversi
: mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Kardioversi
mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.
2. Defibrilasi
: kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama
jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap
semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh
kembali fungsinya sebagai pacemaker.
3. Defibrilator
kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode
takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel. Adalah suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi
pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan
hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah
jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DISRITMIA
1.
PENGKAJIAN DATA DASAR
Ø
AKTIVITAS /ISTIRAHAT
Gejala
:
·
Kelemahan, kelelahan umum dan
karena kerja.
Tanda
:
·
Perubahan frekwensi jantung/TD
dengan aktivitas/olahraga.
Ø
SIRKULASI
Gejala :
Gejala :
·
Riwatar IM sebelumnya/akut
90%-95% mengalami disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi.
Tanda
:
·
Perubahan TD, contoh hipertensi
atau hipotensi selama periode disritmia.
·
Nadi : mungkin tidak teratur,
contoh denyut kuat, pulsus altenan (denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi
bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
·
Defisit nadi (perbedaan antara
nadi apical dan nadi radial).
·
Bunyi jantung : irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
·
Kulit :
warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal
jantung, syok).
·
Edema : dependen, umum, DVJ (pada
adanya gagal jantung).
·
Haluaran urine : menurun bila
curah jantung menurun berat.
Ø
INTEGRITAS EGO
Gejala
:
·
Perasaan gugup (disertai
takiaritmia), perasaan terancam.
·
Stressor sehubungan dengan
masalah medik.
Tanda
:
·
Cemas, takut, menolak, marah,
gelisah, menangis.
Ø
MAKANAN/CAIRAN
Gejala
:
·
Hilang nafsu makan, anoreksia.
·
Tidak toleran terhadap makanan
(karena adanya obat).
·
Mual/muntah.
·
Perubahan berat badan.
Tanda
:
·
Perubahan berat badan.
·
Edema
·
Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
·
Pernapasan krekels.
Ø
NEURO SENSOR
Gejala
:
·
Pusing, berdenyut, sakit
kepala.
Tanda
:
·
Status mental/sensori berubah,
contoh disorientasi, bingung, kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran,
pingsan, koma.
·
Perubahan perilaku, contoh
menyerang, letargi, halusinasi.
·
Perubahan pupil (kesamaan dan
reaksi terhadap sinar).
·
Kehilangan refleks tendon dalam dengan
disritmia yang mengancam hidup (takikardia ventrikel , bradikardia berat).
Ø
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala
:
·
Nyeri dada, ringan sampai
berat, dimana dapat atau tidak bias hilang oleh obat anti angina.
Tanda
:
·
Perilaku distraksi, contoh
gelisah.
Ø
PERNAPASAN
Gejala
:
·
Penyakit paru kronis.
·
Riwayat atau penggunaan tembakau
berulang.
·
Napas pendek.
·
Batuk (dengan /tanpa produksi
sputum).
Tanda
:
·
Perubahan kecepatan/kedalaman
pernapasan selama episode disritmia.
·
Bunyi napas : bunyi tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
Ø
KEAMANAN
Tanda
:
·
Demam.
·
Kemerahan kulit (reaksi
obat).
·
Inflamasi, eritema, edema
(trombosis superficial).
·
Kehilangan tonus otot/kekuatan.
Ø
PENYULUHAN
Gejala
:
·
Faktor risiko keluarga contoh,
penyakit jantung, stroke.
·
Penggunaan/tak menggunakan obat
yang disresepkan, contoh obat jantung (digitalis); anti koagulan (coumadin)
atau obat lain yang dijual bebas, contoh sirup batuk dan analgesik berisi ASA.
·
Adanya kegagalan untuk
memeprbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat sembuh yang mengancam hidup.
Pertimbangan
:
·
DRG menunjukkan rerata lama di
rawat : 3,2 hari.
Rencana pemulangan :
·
Perubahan penggunaan obat
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Rissiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi eliktrikal;
penurunan kontraktilitas miokardial.
b.
Kurang pengetahuan tentang
penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi;
kurang mengungat
c.
Nyeri berhubungan dengan
iskemia jaringan
d.
Intolerans aktivitas
berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
e.
Risiko terhadap perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
3.
PERENCANAAN DAN RASIONAL
1.
Diagnosa : Risiko tinggi
terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
Ø
Tujuan :
Ø
Kriteria hasil :
1)
Mempertahankan/meningkatkan
curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal,
haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
2)
Menunjukkan penurunan
frekuensi/tak adanya disritmia
3)
Berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan kerja miokardia.
Ø
Perencanaan dan rasional :
a)
Raba nadi (radial, carotid,
femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat)
dan simetris. Catat adanya pulsus alternan, nadi bigeminal, atau deficit nadi.
Rasional : perbedaan
frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah
jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
b)
Auskultasi bunyi jantung, catat
frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional : disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.
Rasional : disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.
c)
Pantau tanda vital dan kaji
keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. Laporkan variasi penting pada
TD/frekuensi nadi, kesamaan, pernafasan, perubahan pada warna kulit/suhu,
tingkat kesadaran/sensori, dan hakuaran urine selama episode disritmia.
Rasional : meskipun tidak
semua disritmia mengancam hidup, penanganan cepat untuk mengakhiri disritmia
diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan.
d)
Berikan lingkungan tenang. Kaji
alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut
Rasional : penurunan
rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin, yang
menyebabkan/meningkatkan disritmia dan vasokonstriksi serta meningkatkan kerja
miokardia.
e)
Demonstrasikan/dorong
pemnggunaan perilaku pengbaturan stress, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi,
nafas lambat/dalam
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam mengekluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam mengekluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
f)
Siapkan/lakukan resusitasi
jantung paru sesuai indikasi
Rasional : terjadinya disritmia yang mengancam, hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia/ kematian.
Rasional : terjadinya disritmia yang mengancam, hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia/ kematian.
g)
Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
Rasional : meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard, yang menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
Rasional : meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk miokard, yang menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh hipoksia.
h)
Siapkan untuk/Bantu penanaman
otomatik kardioverter atau defibrillator (AICD) bila diindikasikan
Rasional : alat ini
melalui pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang yang mengancam
hidup meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.
2.
Nyeri berhubungan dengan iskemia
jaringan
Ø
Tujuan :
Ø
Kriteria
hasil :
1)
Laporkan
mulai berkurangnya nyeri dengan segera
2)
Tampak nyaman
dan bebas nyeri
Ø
Perencanaan dan rasional :
a)
Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan awitan dan factor pemberat dan penurun.Perhatikan petunjuk nonverbal
ketidak nyamanan
Rasional : Nyeri secara
khas terletak subternal dan dapat menyebar keleher dan punggung. Namun ini
berbeda dari iskemia infark miokard. Pada nyeri ini dapat memburuk pada
inspirasi dalam, gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk
b)
Berikan lingkungan yang tenang
dan tindakan kenyamanan mis: perubahan posisi, masasage punggung,kompres hangat
dingin, dukungan emosional
Rasional : untuk
menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
c)
Berikan aktivitas hiburan yang
tepat
Rasional : mengarahkan
perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu
d)
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi nyeri
Rasional : untuk
menghilangkan nyeri dan respon inflamasi
3.
Intolerans aktivitas berhubungan
dengan kelemahan/kelelahan
Ø
Tujuan :
Ø
Perencanaan dan rasional :
a)
Kaji respon pasien terhadap
aktivitas
Rasional : Dapat mempengaruhi
aktivitas curah jantung
b)
Pantau frekuensi jantung,TD,
pernapasan setelah aktivitas
Rasional :Membantu
menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal, penurunan TD,
takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan toleransi
terhadap aktivitas
c)
Pertahankan tirah baring selama
periode demam dan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari perikarditis/endokarditis.
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama faseakut dari perikarditis/endokarditis.
d)
Bantu pasien dalam program latihan
aktivitas
Rasional : Saat inflamasi/
kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang
diinginkan
4.
Kurang pengetahuan tentang
penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi;
kurang mengingat
Ø
Tujuan :
Ø
Kriteria hasil :
1)
menyatakan pemahaman tentang
kondisi, program pengobatan
2)
Menyatakan tindakan yang
diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Ø
Perencanaan dan rasional :
a)
Kaji ulang fungsi jantung
normal/konduksi eliktrikal
Rasional : memeberikan dasar pengetahuan untuk memahami variasi individual dan memahami alasan intervensi terapeutik
Rasional : memeberikan dasar pengetahuan untuk memahami variasi individual dan memahami alasan intervensi terapeutik
b)
Jelaskan/tekankan masalah
disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/orang terdekat
Rasional : informasi
terus-menerus/baru dapat menurunkan cemas sehubungan dnegan ketidaktahuan dan
menyiapkan pasien/orang terdekat. Pendidikan pada orang terdekat mungkin
penting bila pasien lansia, mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran,
atau tak mampu atau tak minat belajar/mengikuti instruksi. Penjelasan berulang
mungkin diperlukan, karena kecemasan dan/atau hambatan informasi baru dapat
menghambat/membatasi belajar.
c)
Bantu pemasangan/mempertahankan
fungsi pacu jantung
Rasional : pacu sementara
mungkin perlu untuk neningkatkan pembentukan impuls atau menghambat
takidisritmia dan aktivitas ektopik supaya mempertahankan fungsi kardiovaskuler
sampai pacu spontan diperbaiki atau pacuan permanent dikakukan.
d)
Dorong rutin, menghindari latihan berlebihan.Øpengembangan latihan Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan
aktivitas cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada.
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktivitas normal harus dilakukan. Program latihan berguna dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskuler.
Rasional : bila disritmia ditangani dengan tepat, aktivitas normal harus dilakukan. Program latihan berguna dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskuler.
5.
Risiko terhadap perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
Ø
Tujuan :
Ø
Perencanaan dan rasional :
a)
Selidiki nyeri dada,dispnea
tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik,sianosis pucat
Rasional : Emboli arteri.
Mempengaruhi jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit katup dan disritmia
kronis.
b)
Observasi ekstremitas terhadap
edema, eroitema
Rasional :
Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan resiko
pembentukan trombosis vena
c)
Observasi hematuri
Rasional : Menandakan
emboli ginjal
d)
Perhatikan nyeri abdomen kiri
atas
Rasional : menandakan
emboli splenik
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,
Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC.
Carpenito
J.L. 1997. Nursing Diagnosis.
Philadelpia: J.B Lippincott.
Carpenito
J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Smeltzer,
Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1.
Jakarta :EGC
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih