Buli
merupakan suatu organ berongga yang terletak dibelakang tulang simfisis
pubis dan menempati sebagian besar rongga pelvic. Dalam keadaan buli
penuh, letaknya lebih tinggi dari tulang simpisis pubis sehingga dapat
diraba atau diperkusi dari luar. Bila isi buli melebihi kapasitas buli over distensi,
baik akut maupun kronis, maka usus akan terdorong ke atas dan benjolan
dapat terlihat dari luar. Berdasarkan topografinya pada laki-laki di
bagian posterior buli terdapat vesika seminalis, vasdeferen, ureter dan
rectum. Daerah fundus dan posterior dilapisi oleh peritoneum. Secara
garis besar dibagi atas dua komponen yaitu : korpus yang terletak diatas
orifisium ureter, dan dasar buli yang terdiri dari trigonum posterior deep destrusor dan dinding anterior buli. Secara histologis otot longitudinal dari dasar buli meluas kearah distal kedalam uretra membentuk lapisan longitudinal yang melingkari leher buli. (Harrison Simon CW, 1994 & Tanagho E.A ,1992)
Dinding buli terdiri dari 3 lapisan otot detrusor yang arah seratnya
saling menyilang sedemikian rupa sehingga kontraksi otot-otot tersebut
menyebabkan buli mengkerut, dengan demikian terjadi pengosongan isi
rongga. Ureter bermuara pada trigonum buli dengan menembus otot detrusor
secara oblig. Perjalanan ureter yang seperti ini dapat memberikan suatu
mekanisme katup untuk mencegah kembalinya urin dari buli ke ginjal.(
Steer W.D.,1998)
Ada tiga fungsi utama buli yaitu : sebagai reservoir urin, fungsi
ekpulsi urin, dan anti refluk. Sebagai reservoir buli-buli berkapasitas
200-400 cc. Fase pengisian buli ditandai dengan penyesuaian volume
buli-buli terhadap peningkatan jumlah urin pada suatu tekanan yang
rendah, kurang 20 cm H2O. Dengan penuhnya volume buli-buli akan
menyebabkan peregangan dinding yang dapat merangsang reseptor sehingga
otot buli berkontraksi, tekanan dalam buli meningkat dan uretra
posterior membuka. Keadaan ini dirasakan sebagai perasaan ingin kemih,
namun masih dapat diatur secara volunter oleh spingter eksterna.
Pada waktu ekpulsi tekanan buli meningkat 70-100 cmH2O. Kegagalan pada mekanisme penyimpanan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau inkontinensia (Tanagho E.A. ,J.W. McAninch,1992)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih