1. Pengertian
“Trauma merupakan penyebab utama kematian
pada populasi dibawah umur 45 tahun dan merupakan penyebab kematian no. 4 pada
seluruh populasi. Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cidera kepala.
Kecelakaan kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera kepala pada lebih dari
2 juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari
100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent” (York, 2000).
Cedera tulang belakang adalah cedera
mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari
ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat,
1997).
2. Etiologi
1.
Akibat suatu trauma mengenai
tulang belakang
a.
Jatuh dari ketinggian,
kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga Mengakibatkan patah tulang
belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis
Fraktur dapat
berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif Dan dislokasi, sedangkan
sumsum tulang belakang dapat berupa memar, Kontusio, kerusakan melintang,
laserasi dengan atau tanpa gangguanPeredaran darah
Blok syaraf
parasimpatis pelepasan mediator kimia kelumpuhan
Kelumpuhan
otot pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi
Iskemia dan
hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum, kandung kemih
Gangguan kebutuhan oksigen gangguan rasa nyaman nyeri nyeri terus, dan potensial komplikasi hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi
Gangguan kebutuhan oksigen gangguan rasa nyaman nyeri nyeri terus, dan potensial komplikasi hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi
3. Patofisiologis dikaitkan dengan KDM
Akibat
suatu trauma mengenai tulang belakang
Jatuh
dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga
Mengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak
cervicalis dan lumbalis
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi,
kominutif
Dan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat
berupa memar,
Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau
tanpa gangguan
Peredaran darah
Blok syaraf parasimpatis pelepasan mediator kimia kelumpuhan
Kelumpuhan otot pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi
Iskemia dan hipoksemia syok
spinal gangguan
fungsi rek-
Tum,
kandung kemih
Gangguan kebutuhan oksigen gangguan rasa nyaman nyeri nyeri terus,
Dan
potensial komplikasi
Hipotensi,
bradikardia gangguan
eliminasi
4. Data fokus.
Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot
terjadi kelemahan selama syok spinal
Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat
melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau
pucat
Eliminasi : inkontenensia defekasi dan
berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik usus hilang
Integritas ego : menyangkal, tidak percaya,
sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri.
Pola makan : mengalami distensi perut,
peristaltik usus hilang
Pola kebersihan diri : sangat
ketergantungan dalam melakukan ADL
Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar
pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus
otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis.
Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot,
hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada derah
trauma.
Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi,
pucat, sianosis
Keamanan : suhu yang naik turun
5. Pemeriksaan diagnostik
Sinar x spinal : menentukan lokasi dan
jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)
CT scan : untuk menentukan tempat
luka/jejas
MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan
syaraf spinal
Foto rongent thorak : mengetahui keadaan
paru
AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran
gas dan upaya ventilasi
6. Diagnosa keperawatan
6.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kelumpuhan otot diafragma
Tujuan perawatan : pola nafas efektif
setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil : ventilasi adekuat, PaO2
> 80, PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis –
Intervensi keperawatan :
- Pertahankan
jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera
cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/
mempertahankan jalan nafas.
- Lakukan
penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik
sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk
mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
- Kaji
fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya
fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami
kelumpuhan.
- Auskultasi
suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan
akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.
- Observasi
warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang
memerlukan tindakan segera
- Kaji
distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut
disebabkan karena kelumpuhan diafragma
- Anjurkan
pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan
sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
- Lakukan
pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional
: menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk
mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
- Pantau
analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi
pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2
meningkat.
- Berikan
oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan
isufisiensi pernapasan.
- Lakukan
fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan
6.2 Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dng kelumpuhan
Tujuan perawatan : selama perawatan
gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan
pembedahan.
Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur,
kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.
Intervensi keperawatan :
- Kaji
secara teratur fungsi motorik. Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
- Instruksikan
pasien untuk memanggil bila minta pertolongan. Rasional memberikan rasa
aman
- Lakukan
log rolling. Rasional : membantu ROM secara pasif
- Pertahankan
sendi 90 derajad terhadap papan kaki. Rasional mencegah footdrop
- Ukur
tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling. Rasional : mengetahui
adanya hipotensi ortostatik
- Inspeksi
kulit setiap hari. Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai
resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
- Berikan
relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam. Rasional : berguna untuk
membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.
6.3 Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan adanya cedera
Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi
setelah diberikan perawatan dan pengobatan
Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya
berkurang
Intervensi keperawatan :
- Kaji
terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional : pasien melaporkan nyeri
biasanya diatas tingkat cedera.
- Bantu
pasien dalam identifikasi faktor pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi
oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring
lama.
- Berikan
tindakan kenyamanan. Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara
membantu mengontrol nyeri.
- Dorong
pasien menggunakan tehnik relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
- Berikan
obat antinyeri sesuai pesanan. Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot
atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.
5.4 Diagnosa keperawatan : gangguan eliminasi
alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum.
Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan
adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi
Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara
teratur sehari 1 kali
Intervensi keperawatan :
1. Auskultasi bising usus, catat lokasi dan
karakteristiknya.Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
2. Observasi adanya distensi perut.
3. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah,
pasang NGT. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi
akibat trauma dan stress.
4. Berikan diet seimbang TKTP cair :
meningkatkan konsistensi feces
5. Berikan obat pencahar sesuai pesanan. Rasional:
merangsang kerja usus
5.5 Diagnosa keperawatan : perubahan pola
eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan.
Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali
normal selama perawatan
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam,
keluhan eliminasi uirine tidak ada
Intervensi keperawatan:
1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi
urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung
kemih.
3. Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
4. Pasang dower kateter. Rasional membantu
proses pengeluaran urine
5.6 Diagnosa keperawatan : gangguan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan
keperawatan : tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan
Kriteria
hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering
Intervensi keperawatan :
1. Inspeksi seluruh lapisan kulit. Rasional :
kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.
2. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan:
untuk mengurangi penekanan kulit
3. Bersihkan dan keringkan kulit. Rasional:
meningkatkan integritas kulit
4. Jagalah tenun tetap kering. Rasional:
mengurangi resiko kelembaban kulit
5. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan :
Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan
pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.
Daftar kepustakaan :
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach,
JB Lippincott company, Philadelpia.
Marilynn E Doengoes, et
all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto,
(1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Suddarth Doris Smith,
(1991), The lippincott Manual of Nursing
Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih