ANAMNESA
Anamnesa
merupakan bagian yang paling penting pada proses pemeriksaan pasien.
Keluhan
utama penyakit pada sistem kardiovaskuler adalah sesak napas, nyeri dada,
palpitasi
dan claudication.
SESAK
NAPAS
Pasien
dengan penyakit jantung biasanya merasa sesak napas pada saat melakukan
aktifitas
fisik (exertional dyspnoea) dan kadang-kadang timbul sesak pada saat berbaring
(positional
dyspnoea atau orthopnoea). Patofisiologi orthopnoea adalah sebagai berikut :
pada
waktu pasien berbaring, terjadi redistribusi cairan dari jaringan perifer ke
paru-paru
sehingga
terjadi peningkatan tekanan kapiler pulmonary. Hal ini kemudian men-stimulasi
ujung
saraf pada paru-paru sehingga terjadilah orthopnoea. Kadang-kadang pasien
mendadak
terbangun dari tidurnya, megap-megap, sesak napas. Jadi pasien lebih baik tidur
dalam
posisi setengah duduk atau dengan beberapa bantal. Gejala ini biasanya disertai
dengan
batuk yang berdahak putih berbusa (paroxysmal nocturnal dyspnoea).
Mekanisme
dyspnoea karena aktifitas fisik masih kontroversial. Ada pendapat bahwa
mekanismenya
sama dengan orthopnoea, yaitu terjadi peningkatan venous return dari otot
pada
saat aktifitas fisik, sehingga meningkatkan tekanan atrium kiri. Padahal, sesak
napas
pada
saat aktifitas fisik tidak selalu berhubungan langsung dengan tekanan atrium
kiri. Ada
faktor-faktor
lain seperti penurunan kadar oksigen pada darah di arteri dan perubahan
fungsi
otot jantung pada payah jantung kronis.
Sesak
napas yang disertai wheezing kadang-kadang disebabkan karena penyakit
jantung,
tetapi terlebih dahulu harus disingkirkan adanya obstruksi jalan napas.
Pasien
yang merasa tiba-tiba harus menarik napas dalam-dalam, yang tidak ada
hubungannya
dengan aktifitas fisik, yang sering mengeluh sesak napas atau yang merasa
terus
menerus tidak dapat bernapas dengan baik, bukan gejala dari penyakit jantung,
tetapi
merupakan gejala kecemasan.
Kadang-kadang
sulit untuk membedakan sesak napas yang disebabkan karena
penyakit
paru-paru atau jantung. Paroxysmal nocturnal dyspnoea atau orthopnoea
merupakan
gejala penyakit jantung, sedangkan wheezing merupakan gejala penyakit paruparu.
2
Diagnosa
banding dyspnoea
Payah
jantung
Penyakit
jantung iskemi (atypical angina)
Emboli paru
Penyakit
paru
Anemia berat
Anamnesa
sesak napas
Apakah
sebelumnya pernah sesak napas ?
Apakah sesak
napas terjadi waktu beraktifitas fisik ?
Aktifitas
fisik seperti apa yang menimbulkan sesak napas seperti ini ?
Apakah
pernah mendadak terbangun dari tidur karena sesak napas ?
Pada waktu
tidur menggunakan berapa bantal ?
Apakah sesak
napas disertai dengan batuk atau wheezing ?
Klasifikasi
Payah Jantung
Grade
I :
Tidak
ada keluhan pada waktu istirahat. Timbul dyspnoea pada aktifitas fisik berat.
Grade
II :
Tidak
ada keluhan pada waktu istirahat. Timbul dyspnoea pada aktifitas fisik sedang.
Grade
III :
dyspnoea
berat pada aktifitas sedang.
Grade
IV :
Dyspnoea
pada waktu istirahat, dyspnoea berat pada aktifitas fisik sangat ringan. Pasien
harus
tirah baring.
3
NYERI
DADA
Nyeri
dada yang disebabkan karena iskemi myocardial
Sekitar
50% pasien yang datang ke klinik kardio mengeluh nyeri dada. Nyeri dada karena
penyakit
jantung disebut dengan angina pectoris, penyebabnya adalah karena suplai darah
ke
otot jantung tidak mencukupi kebutuhan metabolisme jantung normal. Pasien
dengan
angina
pada umumnya mengalami penyempitan atau stenosis pada satu atau lebih arteri
coronaria.
Nyeri timbul karena peningkatan metabolisme jantung pada waktu peningkatan
aktifitas
fisik atau emosional pasien. Sebagian kecil angina disebabkan karena stenosis
aorta
atau
hypertrophy cardiomyopathy. Sifat khas angina adalah nyeri dada yang timbul pada
waktu
beraktifitas fisik dan menghilang bila aktifitas dihentikan. Nyeri seperti
terbakar,
tertusuk,
terhimpit atau tercekik.
Nyeri
yang mirip dengan angina, tetapi timbul pada waktu istirahat dapat
disebabkan
karena unstable angina atau infark myocard. Nyeri pada infark myocard
sifatnya
berat, persisten dan sering disertai mual.
Gambar
1. Distribusi nyeri angina
Penyebab
nyeri dada pada waktu aktifitas
Angina
karena atheroma koroner
Aortic
stenosis
Hypertrophic
cardiomyopathy
4
Ciri-ciri
nyeri angina
Disebabkan
karena aktifitas fisik dan emosi
Nyeri
berkurang dengan istirahat
Nyeri
seperti terbakar, tertekan, terhimpit, tercekik
Lokasi nyeri
retrosternal
Nyeri
bertambah parah setelah makan atau udara dingin
Nyeri
berkurang dengan pemberian nitrat
Anamnesa
angina
Apakah nyeri
timbul pada waktu beraktifitas fisik ? (misalnya naik tangga)
Nyeri di
dada sebelah mana ?
Apakah nyeri
bertambah bila udara dingin ?
Apakah nyeri
bertambah pada waktu beraktifitas fisik setelah makan ?
Apakah nyeri
berkurang setelah beristirahat ?
Apakah nyeri
terjadi bila merasa terlalu gembira atau terlalu sedih ?
Penyebab
nyeri dada waktu istirahat
Infark
myocard
Unstable
angina
Dissecting
aortic aneurysm
Nyeri
esophagus
Pericarditis
Nyeri
pleuritik
Nyeri
musculoskeletal
Herpes
zoster (shingles)
Pericarditis
Pericarditis
adalah inflamasi pericardium (selaput serous yang membungkus jantung).
Pericarditis
merupakan komplikasi infark myocard. Dapat juga disebabkan karena infeksi
virus
atau bakteri, atau karena uraemia. Nyerinya berupa nyeri konstan di belakang
tulang
dada
dan makin nyeri pada waktu napas dalam. Nyeri pericarditis berhubungan dengan
pergerakan
tubuh (mis, perubahan posisi berbaring) tetapi tidak berhubungan dengan
aktifitas
fisik seperti nyeri angina atau infark myocard. Kadang-kadang menjalar ke ujung
bahu
kiri.
Nyeri
musculoskeletal
Nyeri
pada dinding dada atau spine thoracic sering dikira penyakit jantung. Nyeri ini
terasa
sakit
dan berhubungan dengan pergerakan tubuh tertentu dan nyeri tetap timbul pada
waktu
istirahat. Sekitar cartilage costal biasanya terasa lunak.
5
Nyeri
dada lainnya
Nyeri
dada lainnya yang sering dikira nyeri jantung adalah nyeri pleurisy, yaitu
pneumothorax
akut atau shingles.
PALPITASI
Palpitasi
adalah denyut jantung yang abnormal. Jantung berdenyut sangat cepat atau tidak
teratur
(aritmia). Dapat juga karena impuls cardiac terlalu kuat yang disebabkan
vasodilatasi
berlebihan.
Pada
saat anamnesa, tanyakan apakah aritmia hanya terjadi sementara atau
sampai
menyebabkan pasien tidak dapat bekerja dan harus berbaring. Kadang-kadang
aritmia
dapat menyebabkan pingsan.
Pada
pasien tertentu, palpitasi dicetuskan oleh makanan tertentu, teh, kopi, anggur
dan
coklat. Perlu ditanyakan tentang obat-obat yang biasanya diminum, terutama
decongestan
dan obat flu yang mengandung senyawa simpatomimetik.
Penyebab
palpitasi
Ekstrasistole
Paroxysmal
atrial fibrillation
Paroxysmal
supraventricular tachycardia
Thyrotoxicosis
Perimenopausal
Anamnesa
palpitasi
Coba tirukan
bunyi denyut jantung anda pada waktu terjadi palpitasi
Apakah
denyut jantung teratur atau tidak teratur ?
Apakah ada
hal-hal tertentu yang dapat meredakan gejala palpitasi ?
Apa yang
anda lakukan pada waktu timbul gejala palpitasi ?
Apakah ada
makanan tertentu yang menimbulkan palpitasi ?
Obat-obat
apa yang sekarang digunakan ?
Syncope
(pingsan, semaput)
Syncope
adalah hilangnya kesadaran sementara karena berkurangnya suplai darah ke otak.
Diagnosa
banding utamanya adalah epilepsi. Bila suplai darah ke otak berhenti agak lama,
dapat
timbul kejang. Penyebab syncope antara lain : simple fainting (vasovagal
syncope),
micturition
syncope, hipotensi postural, vertebrobasilar insufficiency dan aritmia jantung,
terutama
intermittent heart block. Simple fainting disebabkan karena respons vagal yang
menyebabkan
denyut jantung melambat dengan reflex vasodilatasi. Biasanya disebabkan
karena
kombinasi hilangnya venous return (misalnya berdiri pada saat upacara) dengan
peningkatan
efek simpatik (terlalu gembira, takut, jijik). Micturition syncope biasanya
terjadi
waktu
malam hari pada laki-laki lanjut usia dengan obstruksi prostat.
6
Pada
saat pingsan, hilangnya kesadaran tidak terjadi mendadak; pasien tampak
pucat
atau ‘agak hijau’, baik sebelum atau sesudah pingsan. Penanganannya adalah
dengan
menaikkan tungkai. Sebaliknya syncope karena heart block, terjadinya tiba-tiba,
tanpa
tanda-tanda sebelumnya. Pasien tampak pucat pada waktu pingsan, dan bila sadar
(biasanya
juga tiba-tiba) wajahnya berwarna agak kemerahan. Vertebro-basilar insufisiensi
biasanya
terjadi pada lanjut usia. Gejala yang timbul karena pergerakan leher terganggu.
Hipotensi
postural biasanya pada lanjut usia dan dicetuskan oleh obat antihipertensi.
Anamnesa
syncope
Apabila
memungkinkan, anamnesa diambil dari keluarga atau orang sekitar yang tahu
kejadiannya.
Situasi
apakah yang menyebabkan syncope ?
Apakah
sebelumnya ada gejala-gejala tertentu ?
Berapa lama
pasien sadar kembali ?
Apakah wajah
terlihat pucat saat syncope dan setelah sadar ?
Obat-obat
apa yang sekarang diminum ?
Claudication
Claudication
adalah kata Latin yang berarti berjalan pincang. Intermittent claudication
merupakan
suatu keadaan dimana pasien merasa nyeri pada satu atau kedua tungkai
pada
waktu berjalan dan nyeri berkurang bila pasien istirahat. Seperti angina yang
merupakan
gejala awal suatu penyakit atheroma yang mempengaruhi arteri koroner, maka
intermittent
claudication biasanya merupakan gejala awal penyempitan arteri yang mensuplai
tungkai.
Nyeri berapa rasa sakit pada betis, paha atau pantat. Intermittent
claudication
lebih banyak mengenai laki-laki dan perokok dari pada bukan perokok.
Pekerjaan
dan riwayat keluarga
Riwayat
keluarga sangat penting pada anamnesa penyakit jantung karena berbagai
penyakit
jantung mempunyai predisposisi genetik (mis, hiperlipidemia). Tanyakan apakah
orang
tua masih hidup, dan bila sudah meninggal, tanyakan penyebab kematiannya.
Misalnya
kematian karena stroke mendadak menunjukkan adanya hipertensi dalam
keluarga.
Pekerjaan pasien juga dapat berhubungan dengan penyakit jantung : misalnya
bila
timbul aritmia atau penyakit jantung koroner, maka pasien tidak dapat bekerja
sebagai
pilot atau sopir truk.
Jangan
lupa menanyakan kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obat yang
sekarang
dikonsumsi.
7
Anamnesa
riwayat keluarga
Apakah ada
keturunan penyakit jantung ?
Apakah kedua
orang tua masih hidup ?
Berapa usia
kedua orang tua ? Apakah sehat atau sedang menderita suatu penyakit?
Apa penyebab
kematian kedua orang tua ?
Apakah
saudara ada yang menderita penyakit jantung ?
PEMERIKSAAN
FISIK PADA SISTEM KARDIOVASKULER
mahasiswa
melakukan pemeriksaan rutin yang meliputi semua aspek penting system
kardiovaskuler.
Pemeriksaan secara seksama, efisien dan urut, sehingga tidak ada yang
terlupa.
Kedua, perhatikan hal-hal pokok yang utama untuk menentukan diagnose kerja
berdasarkan
pada anamnesa. Ketiga, pada saat pemeriksaan fisik sering didapatkan gejala
yang
tidak diduga sebelumnya, seperti adanya bising jantung, sehingga harus dibuat
diagnose
banding.
Kerangka
pemeriksaan fisik system kardiovaskuler
1.
Pada waktu anamnesa, perhatikan wajah pasien, apakah terlihat cemas, tertekan,
sesak
napas atau tanda-tanda khas penyakit tertentu.
2.
Periksalah tangan pasien, apakah terasa hangat, berkeringat atau cyanosis
perifer;
periksalah
adanya clubbing atau splinter haemorrhages pada kuku .
3.
Palpasi arteri radialis, hitung frekwensi denyut dan tentukan iramanya.
4.
Tentukan lokasi dan palpasi arteri brachialis, tentukan sifatnya. Ukur tekanan
darah.
Bila
ada kecurigaan ada masalah pada arcus aorta, maka bandingkan denyutnya
pada
kedua lengan.
5.
Pasien berbaring 45°, tentukan tekanan vena jugularis dan bentuk denyut-nya.
6.
Perhatikan wajah pasien, periksa konjunctiva, lidah dan mulut.
7.
Palpasi arteri carotis dan tentukan sifatnya.
8.
Perhatikan dada pasien, inspeksi pericardium dan tentukan jenis pernapasannya,
serta
perhatikan apakah ada pulsasi yang abnormal
9.
Palpasi precordium, tentukan lokasi denyut apex dan sifatnya. Perhatikan
precordium
saat istirahat, apakah ada vibrilasi atau trill yang abnormal.
8
10.
Dengarkan dengan stethoschope dan periksalah suara jantung, apakah ada murmur.
Bila
memungkinkan, dengarkan arteri carotis untuk mencari radiasi murmur atau
bruit.
11.
Perkusi dan auskultasi dada di depan dan belakang, carilah apakah ada efusi
pleura.
Dengarkan,
apakah ada krepitasi pada dasar paru.
12.
Baringkan pasien di tempat datar dan lakukan palpasi pada abdomen, apakah liver
teraba
? Apakah ada dilatasi aorta abdomen ?
13.
Periksalah denyut femoralis, popliteal dan kaki. Apakah ada edema sakral ?
14.
Bila memungkinkan, periksalah kemampuan aktifitas fisik, dengan meminta pasien
untuk
berjalan.
15.
Lakukan test urine.
TANGAN
PADA PENYAKIT JANTUNG
Tangan
yang hangat menandakan adanya vasodilatasi perifer. Pasien dengan payah
jantung
biasanya terjadi vasokonstriksi, sehingga tangannya terasa dingin dan
kadangkadang
berkeringat
akibat peningkatan sekresi adrenaline. Pada pasien subacut infective
endocarditis
terdapat splinter haemorrhages (Gambar 2) dan pada pasien endocarditis atau
cyanotic
congenital heart disease terdapat jari-jari clubbing.
Gambar
2. Splinter haemorrhage pada pasien endocarditis.
MEMERIKSA
DENYUT PERIFER
Denyut
arteri radialis kanan sebaiknya diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa (Gambar
3).
Dari
pemeriksaan ini didapatkan denyut dan irama jantung. Karena arteri radialis
relatif
jauh
dari jantung, maka kurang baik untuk menentukan sifat denyut jantung. Bila ada
kecurigaan
ada abnormalitas pada arcus aorta atau abnormalitas pada arteri brachialis di
sisi
tubuh sebelahnya, maka periksalah kedua denyut radialis, serta bandingkan
volume dan
waktunya.
Pada pasien dengan suspek coarctation aorta, periksalah arteri radialis dan
9
femoralis.
Bila ada coarctation, maka volume arteri femoralis menurun dan lebih lambat
dibandingkan
dengan denyut arteri radialis (Gambar 4).
Gambar
3. Memeriksa denyut arteri radialis
Gambar
4. Palpasi arteri radialis dan arteri femoralis bersamaan.
Denyut
femoralis yang lebih lambat menunjukkan adanya aortic
coarctation
Denyut
arteri brachialis
Cara
terbaik untuk memeriksa denyut arteri brachialis kanan adalah dengan
menggunakan
ibu
jari tangan kanan, di depan siku, agak medial tendon biceps, sedangkan
jari-jari lainnya
memegang
siku (Gambar 5). Sifat denyut arteri brachialis berhubungan dengan berbagai
penyakit
(Gambar 6).
10
Gambar
5. Memeriksa denyut arteri
brachialis
menggunakan ibu jari. Arteri
terletak
di sebelah medial insersi tendon
muskulus
biceps dan di sebelah dalam
insersi
fascia muskulus ini.
Gambar
6. Berbagai bentuk denyut nadi
berhubungan
dengan berbagai penyakit
jantung
atau abnormalitas vaskuler
Denyut
arteri carotis
Arteri
carotis letaknya lebih dekat dengan jantung dari pada arteri brachialis,
sehingga lebih
baik
untuk menilai ventrikel kiri. Cara memeriksa arteri carotis sebelah kanan :
letakkan
ujung
ibu jari di sebelah larynx, tekan secara lembut ke belakang ke arah otot
precervical
sampai
denyut arteri carotis terasa (Gambar 7). Cara lain : arteri carotis dapat
dirasakan dari
belakang
dengan cara jari-jari menyusuri leher (Gambar 8). Pada aortic stenosis yang
berat,
terjadi
peningkatan denyut carotis. Bila denyut carotis pasien sukar ditemukan,
sedangkan
denyut
radialis dan brachialisnya mudah ditemukan, maka berarti terjadi aortic
stenosis
karena
denyut menjadi lebih ‘normal’ pada denyut nadi yang lebih perifer (Gambar 9).
Denyut
carotis yang tersentak-sentak merupakan suatu hypertrophic cardiomyopathy.
11
Aliran
darah ke ventrikel kiri mula-mula normal, kemudian mendadak terjadi obstruksi
(Gambar
10).
Gambar
7. Palpasi arteri carotis menggunakan ibu jari
Gambar
8. Palpasi arteri carotis dengan cara lain
Gambar
9. Perubahan gelombang
denyut
nadi pada aortic stenosis
12
Gambar
10. Hypertrophy cardiomyopathy.
Denyut
carotis yang
‘jerky’
disebabkan karena
obstruksi
outflow ventrikel kiri.
Denyut
arteri femoralis
Denyut
arteri femoralis dapat digunakan untuk menilai kerja jantung, seperti arteri
carotis.
Pada
pasien dengan kelainan aorta atau arteri iliaca, denyutnya lemah atau tidak
ada.
Cara
pemeriksaannya adalah : pasien membuka pakaian, berbaring di tempat datar,
letakkan
ibu jari atau jari-jari pemeriksa langsung di atas superior pubic ramus dan
pertengahan
dan diantara pubic tubical dan anterior superior iliac spine (Gambar 11).
Metode
pemeriksaan denyut popliteal dan kaki digunakan untuk pemeriksaan
penyakit
arterial perifer.
Gambar
11. Palpasi arteri femoralis
13
Denyut
arteri popliteal
Arteri
popliteal berada di dalam fossa popliteal tetapi denyutnya dapat dirasakan di
permukaan
posterior ujung distal femur. Pasien berbaring di tempat datar, lutut agak
fleksi.
Jari-jari
digunakan untuk menekan ujung jari-jari tangan yang lain pada fossa popliteal
dan
rasakan
denyut arteri popliteal di belakang persendian lutut (Gambar 12). Palpasi
arteri
popliteal
digunakan untuk evaluasi pasien dengan penyakit vaskuler perifer, yaitu
intermittent
claudication.
Gambar
12. Palpasi arteri popliteal
Denyut
arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior
Palpasi
arteri-arteri ini digunakan untuk memeriksa adanya penyakit vaskuler perifer,
selain
itu
juga dapat digunakan untuk monitor frekwensi denyut dan irama nadi pada saat
anaesthesia
atau recovery. Denyut arteri dorsalis pedis dapat dirasakan dengan jari-jari
menekan
dorsum kaki lateral terhadap tendon extensor hallucis longus (Gambar 13);
arteri
tibialis
posterior dapat dirasakan dengan jari-jari melingkupi pergelangan kaki di
sebelah
posterior
menuju malleolus medialis (Gambar 14).
Gambar
13. Palpasi arteri dorsalis pedis
14
Gambar
14. Palpasi arteri tibialis posterior
PENGUKURAN
TEKANAN DARAH
Alat
untuk mengukur tekanan darah adalah stethoscope dan sphygmomanometer.
Sphygmomanometer
diletakkan di lengan atas (Gambar 15) kemudian dipompa. Apabila
tekanan
pada cuff sphygmomanometer meningkat sampai di atas tekanan sistolik pada
arteri
brachialis, maka arteri tertekan dan arteri radialis menjadi tidak teraba lagi.
Bila
tekanan
cuff diturunkan perlahan, darah memaksa masuk melalui obstruksi untuk
kemudian
ikut siklus jantung, hal ini menghasilkan bunyi yang dapat didengarkan pada
stethoscope
yang diletakkan pada arteri brachialis di siku. Suara ini disebut dengan
Korotkoff
sound.
Apabila tekanan pada cuff terus menurun, Korotkoff sound menjadi lebih keras
dan
beberapa
saat kemudian suaranya mendadak menjadi kecil (Fase 4), selanjutnya semua
suara-suara
menghilang (Fase 5). Fase 4 dan 5 digunakan untuk menentukan tekanan
diastolik.
Terjadinya Korotkoff sounds dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar
15. Mengukur tekanan darah
menggunakan
sphygmomanometer dan
stethoscope.
Cuff sphygmomanometer
dipasang
pada lengan atas yang bebas
dari
pakaian. Letak lengan atas sejajar
dengan
letak jantung
15
Gambar
16. Hubungan antara tekanan cuff, Korotkoff sound dan tekanan arterial
Cara
memeriksa tekanan darah : lepaskan pakaian pada lengan, kemudian pasang
cuff
sphygmomanometer. Lengan pasien harus sejajar dengan jantung. Terlebih dahulu
tentukan
tekanan sistolik dengan palpasi arteri radialis sebelum mendengarkan dengan
stethoscope.
Hal ini dilakukan karena kadang-kadang pada pasien dengan tekanan darah
yang
sangat tinggi, Korotkoff sounds dapat hilang dan timbul kembali pada saat
tekanan
cuff
menurun. Fenomena ini disebut dengan auscultatory gap. Agar pemeriksaan
ini akurat,
tekanan
pada cuff harus diturunkan perlahan-lahan, sekitar 1 mmHg/detik. Manometer
Mercury
harus diletakkan tegak, jangan miring. Manometer Aneroid lama-lama menjadi
tidak
akurat, sehingga harus di-kalibrasi dengan standard manometer Mercury.
Pasien
dengan tekanan darah yang sangat tinggi biasanya juga disertai gejala lain,
yaitu
perubahan pada retina, hipertrofi ventrikel kiri dan proteinuria. Bila
gejala-gejala ini
tidak
ada, maka jangan dulu membuat diagnosa hipertensi hanya berdasarkan pengukuran
tekanan
darah sesaat. Lakukan pemeriksaan tekanan darah berulang. Pasien yang bila
diperiksa
tekanan darahnya di rumah sakit hasilnya tinggi, bila diperiksa dirumah,
tekanan
darahnya
dapat normal. Semakin lanjut usia, tekanan darah dapat semakin meningkat.
Kebalikan
hipertensi adalah hipotensi atau tekanan darah rendah. Kadang-kadang
tekanan
darah sistolik kurang dari 100 mmHg dapat menyebabkan syok. Hipotensi biasanya
dikaitkan
dengan konsekwensinya (mis, kegagalan fungsi otak atau ginjal, bukan pada nilai
tekanan
darahnya). Pasien dengan hipotensi postural, gejalanya adalah pusing bila
mendadak
berdiri dari keadaan duduk atau berbaring. Diagnosanya ditegakkan dengan
mengukur
tekanan darah pasien pada saat berbaring dan berdiri.
16
Penyebab
Hipertensi Sistemik
Primary
‘essential’ hypertension
Secondary :
Aortic co-arctation
Hormonal :
o Congenital
adrenal
hyperplasia
11
hydroxylase deficiency
o Acquired
phaeochromocytoma
Conn 's
syndrome
Cushing's
syndrome
Renal :
o Polycystic
kidneys
o Renal
artery stenosis
o Acute
glomerulonephritis
o Chronic
renal disease
Obat-obat :
o Steroids
o Contraceptive
pill
o Nonsteroidal
anti-inflammatory drugs
o Cyclosporin
Hal-hal
penting pada pengukuran tekanan darah
Lepaskan
pakaian pada lengan
Letakkan
lengan sejajar dengan jantung
Gunakan
ukuran cuff yang sesuai : gunakan cuff yang lebar pada pasien obesitas.
Untuk
anak-anak gunakan cuff khusus anak-anak
Periksa
tekanan sistolik dengan palpitasi
Lepaskan
tekanan, tidak lebih dari 1 mmHg/detik
Untuk tekanan
diastolik, gunakan fase 5 (pada saat suara menghilang)
Cek
manometer aneroid secara teratur dengan standard manometer mercury
Bila
menggunakan manometer mercury, letakknya harus tegak
Penyebab
Hipotensi
Cardiac
output yang menurun
o Myocardial
infection
o Pericardial
tamponade
o Emboli
paru masif
o Acute
valve incompetence
17
Hypovolaemia
o Haemorrhage
o Diabetic
pre-coma
o Dehidrasi
karena diare atau muntah
Vasodilatasi
berlebihan
o Anaphylaxis
o Gram
negative septicaemia
o Obat
o Autonomic
failure
PEMERIKSAAN
JUGULAR VENOUS PULSE (JVP)
Pemeriksaan
JVP menunjukkan keadaan ‘input’ jantung. Vena jugular interna berhubungan
langsung
dengan vena cava superior dan atrium kanan. Tekanan normal pada atrium
kanan
equivalent dengan tekanan kolom darah setinggi 10-12 cm. Jadi bila pasien
berdiri
atau
duduk tegak, vena jugularis interna akan kolaps dan bila pasien berbaring, vena
terisi
penuh.
Bila pasien berbaring sekitar 45°, maka pulsasi vena jugularis akan tampak
tepat di
atas
clavicula; maka posisi ini digunakan untuk pemeriksaan denyut vena jugularis
(JVP)
(Gambar
17). Kepala pasien diletakkan pada bantal, dengan leher fleksi dan pandangan
lurus
ke depan. Jangan menegangkan muskulus sternomastoid, karena vena jugularis
interna
tepat
berada di bawahnya.
Gambar
17. Pemeriksaan JVP. Pasien
berbaring
supinasi 45°, pulsasi jugularis
terlihat
tepat di atas clavicula
Perbedaan
antara denyut vena jugularis dengan arteri carotis
Venous
Berdenyut ke
dalam
Dua puncak
dalam satu siklus (pada irama sinus)
Dipengaruhi
oleh kompresi abdomen
Dapat
menggeser earlobes (bila tekanan vena meningkat)
18
Arterial
Berdenyut
keluar
Satu puncak
dalam satu siklus
Tidak
dipengaruhi oleh kompresi abdomen
Tidak
menggeser earlobes
Bila
denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas
level
atrial
dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin dapat melihat
atrium
kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut
manubriosternal
(Gambar 18). Tinggi sudut manubriosternal di atas mid-right atrium selalu
konstan,
walaupun pasien dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal
adalah
kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal.
Gambar
18. Hubungan antara JVP,
atrium
kanan dan manubriosternal
angle
Pada
pasien dengan JVP yang sangat tinggi (mis, pada pericardial tamponade atau
constrictive
pericarditis), vena jugularis interna dapat terisi penuh saat pasien berbaring
45°,
sehingga
pasien perlu didudukkan untuk dapat melihat ujung pulsasi. Bila JVP terlihat di
atas
clavicula pada saat pasien duduk tegak, maka artinya tekanan JVP meningkat.
Pada
saat pasien duduk tegak, kadang-kadang tidak adekuat untuk memeriksa
tekanan
vena yang sangat tinggi. Maka pasien diminta untuk menaikkan tangan sampai
vena
di belakang tangan kolaps dan periksalah perbedaan tinggi tangan dengan atrium
kanan
atau sudut sternum.
Contoh
bentuk gelombang tekanan jugular dapat dilihat pada Gambar 19. Bentuk
gelombang
yang abnormal terjadi pada tricuspid regurgitation, yaitu gelombang sistoliknya
besar
sehingga dapat teraba dan tidak dapat hilang bila ditekan dengan jari. Penyebab
peningkatan
tekanan JVP adalah payah jantung kongestif, dimana peningkatan tekanan
vena
menunjukkan kegagalan ventrikel kanan. Peningkatan JVP yang tidak pulsatif,
menunjukkan
kemungkinan adanya obstruksi vena kava superior.
19
Gambar
19. Berbagai jenis gelombang JVP
Penyebab
peningkatan JVP
Payah
jantung kongestif atau payah jantung kanan
Tricuspid
reflux
Pericardial
tamponade
Pulmonary
embolism
Overload
cairan iatrogenic
Obstruksi
vena cava superior
Penyebab
dan ciri-ciri peningkatan JVP
Sering
Payah
jantung kongestif
Tricuspid
regurgitation
Bentuk
gelombang normal
Gelombang
‘V’ yang besar
20
Agak
jarang
Pericardial
tamponade
Massive
pulmonary embolism
Peningkatan
tekanan vena, pola gelombang sulit ditentukan karena pasien menjadi
hipotensi
bila duduk
Jarang
Superior
caval obstruction
Constrictive
pericarditis
Tricuspid
stenosis
PALPASI
PRECORDIUM
Palpasi
precordium dilakukan dengan cara meletakkan telapak tangan pada dinding dada
di
sebelah kiri sternum (Gambar 20). Pertama kali, tentukan letak ‘apex’. Yaitu tempat
pulsasi
yang paling luar dan paling bawah. Biasanya tempatnya ditentukan dari
intercostal,
clavicula
dan axilla. Apex orang dewasa normal yang berbaring 45°, berada diantara
intercostal
ke 5 dan 6, di midclavicular line. Kadang-kadang jantung dapat bergeser, bila
pasien
miring ke kiri, maka apex akan bergeser keluar. Pada pasien obesitas atau
pasien
emfisema,
pasien diminta miring ke kiri pada saat pemeriksaan prekordium. Pada pasien ini
posisi
apex tidak dapat ditentukan, jadi hanya untuk memeriksa kualitas denyut apex
(Gambar
21). Kualitas denyut apex yang normal dan yang tidak, hanya bisa didapatkan
dengan
banyak latihan. Apex yang berdenyut keras menunjukkan adanya peningkatan
cardiac
output (misalnya pada pasien yang demam atau setelah olah raga). Apex yang
difus
menandakan
adanya kerusakan muskulus ventrikel, yang biasanya disebabkan karena
inkark
myocard atau cardiomyopathy. Impuls difus ini dapat dilihat dengan inspeksi
precordium.
Sifat impuls jantung pada hipertrofi ventrikel kiri sangat khas, yaitu sangat
kuat
dan
menetap, bukan impuls tajam dan pendek. Pada stenosis mitral, apex jantung
berupa
tepukan
(tapping). Hal ini disebabkan ventrikel kiri membesar sehingga bergeser menjadi
lebih
dekat ke dinding dada. Selain itu suara jantung pertama menjadi keras, sehingga
dapat
dipalpasi. Hipertrofi ventrikel kanan atau dilatasi, dirasakan dekat dengan
garis
sternal
kiri.
Gambar
20. Palpasi precordium. Untuk
menentukan
letak apex, pasien berbaring
terlentang,
sedangkan untuk memeriksa
kualitas
impuls, pasien miring ke kiri
21
Gambar
21. Jenis Impuls apical
Selain
palpasi jantung, pemeriksaan dengan tangan juga dapat digunakan untuk
menentukan
suatu vibralation atau ‘thrill’. Thrills adalah ‘murmur yang dapat dipalpasi’
dan
selalu
dapat dengan mudah didengarkan waktu auskultasi. Diastolic thrill (yang
bunyinya
seperti
‘stroking a purring cat’) kadang-kadang didapatkan pada pasien mitral stenosis.
Systolic
thrills didapatkan pada aortic stenosis, ventricular septal defect atau mitral
reflux.
Penyakit
yang menyebabkan hipertrofi ventrikel
Hipertensi
Aortic
stenosis
Hypertrophic
cardiomyopathy
AUSKULTASI
JANTUNG
Auskultasi
jantung yang baik adalah dengan menggunakan stethoscope yang mutunya baik
pula.
Ada 2 fungsi
utama stethoscope. Pertama, mengantarkan suara dari dada pasien dan
membantu
mengurangi suara dari luar. Kedua, secara selektif mengantarkan suara pada
frekwensi
tertentu.
Stethoscope
terdiri dari dua bagian telinga yang disambungkan dengan selang ke
dada
dan mempunyai bagian diaphragma dan bell. Bell
dan diaphragma memperkuat
suara
dari berbagai frekwensi. Bell
digunakan untuk mendengarkan low-pitched sound
seperti
mid-diastolic murmur pada mitral stenosis atau suara jantung ketiga pada payah
22
jantung.
Sebaliknya, filter diaphragma meniadakan low pithched sound dan memperjelas
high
pitched sound. Diaphragma baik untuk menganalisa suara jantung kedua, untuk
ejeksi
dan
mid-systolic click dan untuk early diastolic murmur pada aortic regurgitation
yang high
pitched
sound tetapi pelan.
Gambar
22. Auskultasi jantung. Untuk mendengarkan suara jantung dan murmur, tentukan
asal
suara dan radiasi turbulen aliran darahnya.
Daerah
tempat auskultasi jantung antara lain : pada apex, dasar (bagian jantung
antara
apex dan sternum) dan pada daerah aortic dan pulmonary di sebelah kiri dan
kanan
sternum
(Gambar 22). Apabila mendengar suara yang abnormal, maka pindahkan
stethoscope
sehingga suara tersebut terdengar dengan jelas. Dengarkan suara tersebut
bersamaan
dengan palpasi arteri carotis (Gambar 23).
Gambar
23. Auskultasi jantung
bersamaan
dengan palpasi
arteri
carotis
23
SUARA
JANTUNG
Suara
jantung pertama dan kedua
Mekanisme
suara jantung pertama dan kedua serta mekanisme dan fisiologi splitting suara
jantung
kedua telah dijelaskan sebelumnya. Suara jantung pertama dapat didengarkan
dengan
mudah menggunakan bell dan diaphragma, tetapi diaphragma tidak dapat untuk
meng-analisa
suara jantung kedua. Stethoscope diletakkan pada ujung kiri sternal. Suara
jantung
dapat direkam menggunakan phonocardiography (Gambar 24).
Gambar
24. Suara jantung dari phonocardiography
Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas suara jantung
Suara
jantung pertama yang keras
Sirkulasi
hiperdinamik (demam, olah raga)
Mitral
stenosis
Atrial
myxoma (jarang)
Suara
jantung pertama yang pelan
Cardiac
output rendah (istirahat, payah jantung)
Takikardi
Mitral
reflux yang berat (disebabkan karena destruksi katub)
24
Suara
jantung pertama yang bervariasi
Atrial
fibrillation
Complete
heart block
Komponen
aortic suara jantung kedua yang keras
Hipertensi
sistemik
Dilated
aortic root
Komponen
aortic suara jantung kedua yang lambat
Calcific
aortic stenosis
Komponen
pulmonary suara jantung kedua yang keras
Pulmonary
hypertension
Penyebab
suara jantung pertama yang keras adalah peningkatan cardiac output atau
mitral
stenosis. Penyebab suara jantung pertama menjadi pelan adalah penurunan cardiac
output
dan dinding dada yang tebal atau emfisema. Suara jantung kedua yang keras
menunjukkan
hipertensi sistemik atau pulmonary hypertension.
Suara
jantung ketiga dan keempat
Suara
jantung abnormal ini terdengar disamping suara jantung normal pada pasien
dengan
keadaan
tertentu. Suara jantung ketiga bersifat low-pitched, terdengar pada saat
diastole
dan
bertepatan dengan akhir fase cepat pengisian ventrikel. Suara ini dapat timbul
pada
keadaan
fisiologis dan patologis. Suara jantung ketiga yang fisiologis timbul pada
dewasa
muda
yang cardiac output-nya meningkat (misalnya pada atlit, demam dan hamil). Suara
jantung
ketiga yang patologis biasanya disebabkan karena kerusakan fungsi ventrikel
kiri
yang
berat. Dapat pula timbul pada cardiomyopathy dilatasi, setelah infark myocard
akut
atau
pada emboli paru masif akut (dari ventrikel kanan). Pada pasien dengan suara
jantung
ketiga yang patologis, selalu terjadi takikardi dan suara jantung pertama dan
kedua
lebih
pelan. Irama suara jantung pertama, kedua dan ketiga disebut dengan irama gallop.
Gambar
25. Suara jantung keempat
25
Suara
jantung ke-4 merupakan suara jantung ekstra yang bersamaan dengan
kontraksi
atrium. Terdengar dengan jelas pada pasien dengan hipertrofi atrium kiri (mis,
adanya
hipertensi sistemik atau hypertrophic cardiomyopathy). Tidak terdengar pada
mitral
stenosis
(Gambar 25).
Suara
jantung ekstra yang lain
Ejection
click
Merupakan
suara high-pitched yang mengikuti suara jantung pertama (Gambar 26).
Menunjukkan
suatu aortic atau pulmonary valve stenosis, yang disebabkan karena
pembukaan
mendadak katub yang rusak. Kadang-kadang pada pasien dilated pulmonary
artery
atau suatu ascending aorta dapat timbul ejection click tanpa stenotic valve.
Gambar
26. Suara jantung ekstra
Opening
snap
Merupakan
suara diastolik yang terdengar pada mitral stenosis dan disertai dengan
pembentukan
diaphragma oleh stenosed mitral valve. Paling baik didengarkan pada kiri
sternum
dan bunyinya seperti bagian kedua split suara jantung kedua.
Mid-systolic
clicks
Biasanya
disertai dengan prolaps katub mitral dan disebabkan karena pemanjangan katub.
Clicks
ini dapat disertai dengan late systolic murmur (Gambar 27 dan 28).
26
Gambar
27
Gambar
28
Suara
dari katub jantung artifisial
Bola,
lempengan atau poppet pada katub jantung artifisial dapat menimbulkan suara
pada
saat
katub membuka dan menutup. Penutupan katub lebih keras dari pada pembukaan
katub.
Jadi, pada aortic prosthesis akan terdengar pembukaan click yang pelan segera
setelah
suara jantung pertama dan penutupan click yang keras pada suara jantung kedua.
Sebaliknya,
pada katub mitral akan terdengar pembukaan click yang pelan pada posisi
yang
sama dengan opening snap mitral stenosis dan penutupan click yang keras pada
suara
jantung
kedua.
27
Murmur
Murmur
adalah suara jantung musikal yang timbul pada saat tertentu siklus jantung,
akibat
aliran
darah turbulen. Hal penting untuk analisa murmur adalah saat terjadinya pada
siklus
jantung,
suara seperti apa, kapan terdengar jelas, radiasi-nya kemana dan bagaimana pada
saat
manuver dengan menarik napas dalam.
Murmur
sistolik
Murmur
sistolik disebabkan karena salah satu dari 3 hal berikut ini : kebocoran darah
melalui
struktur
yang secara normal tertutup pada saat sistole (katub mitral atau tricuspid atau
interventricular
septum), aliran darah melalui katub yang normal terbuka pada saat sistole
tetapi
menjadi menyempit (mis, aortic atau pulmonary stenosis) atau peningkatan aliran
darah
melalui katub normal (flow murmur).
Murmur
yang disebabkan karena kebocoran darah melalui katub mitral atau
tricuspid
yang tidak kompeten atau ventricular septal defect, intensitasnya sama
sepanjang
sistolik.
Hal ini disebut dengan pansystolic atau holosystolic murmur (Gambar 27). Pada
prolaps
katub mitral, saat sistole mula-mula katub kompeten, tetapi kemudian terjadi
kebocoran,
akibatnya terjadi murmur pada mid- atau akhir sistole dan disebut dengan
midsystolic
murmur
atau late systolic murmur (Gambar 26).
Murmur
yang disebabkan karena darah yang mengalir pada katub aortic atau
pulmonary
yang menyempit atau peningkatan aliran darah melalui katub aortic atau
pulmonary
yang normal, mulainya tepat pada awal sistole, kemudian meningkat menjadi
crescendo
pada midsystole dan selanjutnya tenang kembali pada akhir sistole. Murmur ini
disebut
dengan ejection systolic murmur (Gambar 28).
Penyebab
murmur sistolik
Ejection
systolic
Innocent
systolic murmur
Aortic
stenosis
Pulmonary
stenosis
Hypertrophy
cardiomyopathy
Flow murmur
o Atrial
septal defect
o Demam
o Jantung
atlit
Pansystolic
Tricuspid
reflux
Mitral
reflux
Ventricular
septal defect
28
Innocent
murmur
Innocent
murmur adalah murmur yang tidak ada hubungannya dengan struktur yang
abnormal
pada jantung atau dengan gangguan hemodinamik. Biasanya terjadi pada anakanak
dan
dewasa muda. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : selalu pada sistolik dan
pelan
(di
bawah grade 3), terdengar di ujung sternal kiri, tidak berhubungan dengan
ventricular
hypertrophy.
Denyut jantung, denyut nadi, foto thorax dan EKG normal semua.
Murmur
diastolik
Murmur
diastolik dapat dibagi 2 : yaitu early diastolic murmur dan mid-diastolic
murmur.
Early
diastolic murmur disebabkan karena katub aortic atau pulmonary yang tidak
kompeten.
Suaranya maksimal pada awal diastolik pada saat tekanan aortic atau
pulmonary
paling tinggi dan cepat menjadi pelan (decrescendo) apabila tekanan menurun.
Suara
aortic diastolic murmur seperti bisikan huruf ‘r’ (Gambar 29).
Mid-diastolic
murmur disebabkan karena aliran darah katub mitral atau tricuspid
yang
menyempit, atau kadang-kadang karena peningkatan aliran darah pada salah satu
katub
ini (mis, anak-anak dengan atrial septal defect). Sifat murmur mitral stenosis
adalah
low-pitched,
murmur yang bergemuruh terdengar di sepanjang diastole (Gambar 30).
Kadang-kadang,
pasien dengan sinus rhythm, suaranya menjadi keras persis sebelum onset
sistole,
akibat kontraksi atrium meningkatkan aliran darah melalui katub yang sempit.
Kadang-kadang
pada pasien aortic reflux terdengar mid-diastolic murmur. Hal ini
29
disebabkan
karena regurgitasi darah dari katub aortic yang tidak kompeten membentuk
vibrasi
anterior katub mitral (Austin Flint murmur).
Gambar
29. Contoh early diastolic murmur
Gambar
30. Contoh mid-diastolic murmur
Murmur
paling baik didengarkan pada lokasi lesi yang menyebabkannya dan pada arah
turbulen
aliran darah yang menimbulkan suara murmur. Murmur mitral stenosis paling baik
terdengar
bila pasien miring ke kiri dan auskultasi dengan bell stethoscope di apex
jantung
(Gambar
31). Murmur aortic reflux lebih mudah didengarkan bila pasien duduk agak
condong
ke depan dan ekspirasi, sedangkan stethoscope diletakkan di sebelah kiri
sternum
(Gambar
32).
30
Gambar
31. Murmur diastolic mitral
sebaiknya
didengarkan dengan bell, dan
posisi
pasien miring ke kiri
Gambar
32. Aortic diastolic
murmur,
mudah didengarkan
pada
pasien yang duduk agak
condong
ke depan, menahan
napas
saat ekspirasi
Murmur
pada saat respirasi menunjukkan sifatnya. Murmur sistolik timbul pada
katub
pulmonary (yaitu, pulmonary stenosis flow murmur) terdengar lebih keras saat
inspirasi
dan
hilang saat ekspirasi. Sebaliknya, murmur pada kiri jantung hilang saat
inspirasi. Pasien
diminta
untuk melakukan Valsalva maneouvre (ekspirasi kuat melalui glottis yang
tertutup)
membuat
murmur hilang. Pada saat tidak ada cardiac output, pada murmur hypertrophic
obstructive
cardiomyopathy (ejection systolic murmur timbul dari ventrikel kiri) menjadi
lebih
keras
apabila obstruksi meningkat. Murmur mitral stenosis lebih mudah terdengar pada
pasien
yang sebelumnya ber-olah raga.
31
Intensitas
murmur
Grade
1 : hanya terdengar dengan stethoscope pada ruangan yang tenang
Grade
2 : pelan, tetapi dapat didengarkan dengan stethoscope
Grade
3 : terdengar mudah dengan stethoscope
Grade
4 : murmur keras dan jelas
Grade
5 : murmur sangat keras, tidak hanya terdengar pada precordium, tetapi juga di
seluruh
tubuh
Suara
murmur pada saat respirasi
Keras
pada saat inspirasi
Pulmonary
stenosis
Pulmonary
valve flow murmurs
Pelan
pada awal inspirasi (keras pada akhir inspirasi)
Mitral
regurgitation
Aortic
stenosis
Keras
pada Valsalva manoeuvre
Hypertrophic
obstructive cardiomyopathy
Murmur
mitral prolapse dapat keras atau pelan saat inspirasi
SISTEM
KARDIOVASKULER DAN PEMERIKSAAN DADA
Pada
pasien dengan penyakit jantung, periksalah apakah ada krepitasi di dasar paru.
Terdengarnya
suara crackling saat inspirasi menunjukkan gejala awal edema paru. Pada
payah
jantung ringan, krepitasi berada di dasar paru, sedangkan pada payah jantung
berat,
krepitasi
terdengar di seluruh dada. Pasien dengan payah jantung berat dan edema perifer,
biasanya
terjadi efusi pleura.
SISTEM
KARDIOVASKULER DAN PEMERIKSAAN ABDOMEN
Pemeriksaan
abdomen juga penting pada pasien penyakit kardiovaskuler. Periksalah
apakah
ada asites, pembesaran liver, aneurysma aorta, pembesaran ginjal atau renal
artery
bruit.
Liver
adalah organ yang sangat vaskuler dan akan membesar bila terjadi
peningkatan
tekanan atrium kanan. Pembesaran liver yang terjadinya cepat, menyebabkan
rasa
tidak enak pada kuadran atas kanan abdomen. Ujung liver teraba tumpul. Pada
pasien
dengan tricuspid reflux, terdapat pulsasi hepatik pada saat gelombang
regurgitasi JVP
sesuai
denyut arteri.
32
Pada
payah jantung berat, limpa juga membesar, tetapi lebih jarang dibandingkan
dengan
pembesaran liver. Pembesaran limpa merupakan fungsi sistem imun pada subacute
bacterial
endocarditis.
Aneurysma
aorta abdominalis terutama terjadi pada laki-laki usia di atas 60 tahun.
Ciri
khasnya adalah adanya pulsasi di sekitar umbilicus. Dibandingkan dengan aorta
yang
normal,
pulsasi aneurysma lebih lebar (Gambar 33). Diagnosa pasti aneurysma aorta
ditegakkan
dengan pemeriksaan USG abdomen.
Gambar
33. Aneurysma aorta abdominalis
Polycystic
disease menyebabkan pembesaran ginjal, gejalanya berupa hipertensi,
sampai
payah jantung. Penyebab lain hipertensi adalah renal artery stenosis. Pada
keadaan
ini,
kadang-kadang dapat terdengar murmur atau bruit saat stethoscope diletakkan di
sekitar
umbilicus.
SISTEM
VASKULER PERIFER
Periksa
suhu kulit pada kaki dan palpasi arteri popliteal dan dorsalis pedis. Carilah
apakah
ada
varicose vein dan venous ulcer dan edema.
EDEMA
Edema
adalah kumpulan cairan jaringan yang abnormal. Cairan ini berakumulasi di ruang
ekstraseluler
antara sel dan menimbulkan pembengkakan lokal. Cairan jaringan sifatnya
normal
pada keseimbangan dinamik plasma, jadi jumlah cairan yang keluar dari pembuluh
darah
adalah normal, bila seimbang dengan jumlah cairan yang masuk kembali (Gambar
34).
Selain itu ada pula cairan yang keluar melalui pembuluh limfe. Payah jantung
menyebabkan
edema. Selain disebabkan karena peningkatan tekanan venous, edema pada
payah
jantung juga disebabkan karena faktor-faktor lain, seperti penurunan kadar
albumin
plasma
dan permeabilitas kapiler yang abnormal.
33
Gambar
34. Diagram faktor-faktor yang menimbulkan oedema
Edema
pada payah jantung ada 2 jenis, yaitu edema pulmonary dan edema perifer.
Edema
perifer adalah tanda dari payah jantung kanan atau payah jantung kongestif.
Gejalanya
berupa akumulasi cairan di bagian tubuh paling bawah (‘dependent oedema’),
yaitu
pada pasien yang dapat bergerak, terjadi edema pada kaki dan tungkai, sedangkan
pada
pasien yang hanya dapat terbaring di tempat tidur, edema terjadi di sacrum.
Makin
parah
edema, kaki menjadi semakin besar. Bila dibiarkan, tidak diterapi, maka edema
bisa
sampai
paha, scrotum dan bagian bawah dinding abdomen. Edema parah sering disertai
peningkatan
kebocoran cairan ke kavitas serous sehingga timbul asites dan efusi pleura.
Edema
jantung tidak pernah sampai ke wajah.
Secara
klinis, edema pada jaringan perifer bila ditekan dengan jari akan terlihat
lubang
yang tidak kembali bila jari dilepaskan. Diagnosa banding edema jantung adalah
stasis
edema pada lanjut usia atau pasien yang berbaring di tempat tidur. Hal ini
disebabkan
karena
otot tidak ber-aktifitas, selain itu juga terdapat kerusakan kronis pada katub
venous
dan
obstruksi limfe. Untuk membedakannya, carilah tanda-tanda penyakit payah
jantung
yang
lain. Pada pasien dengan JVP perifer yang normal, payah jantung jarang
menyebabkan
edema.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda Copy-paste di blog or web teman-teman semua, Jangan Lupa di Like or commentnya ya...
Terima kasih