Selamat malam sobat blogger yang berbahagia, pada malam yang berbahagia ini saya mau posting tentang artikel Asuhan keperawatan Faringitis pada anak. Rasanya lama sudah tidak update artikel sehubungan dengan kesibukan di RS, sudah tidak jadi mahasiswa lagi., jadi jarang punya waktu buat Online. Langsung saja ke TKP sob....semoga bermanfaat bagi yang sedang membutuhkan.
Bagi sobat yang membutuhkan File Wordnya bisa diunduh DISINI (Lengkap dgn pathwaysnya)
KONSEP DASAR
FARINGTIS
FARINGTIS
A. Pengertian
1. Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005)
2. Faringitis menunjukkan pada semua infeksi akut faring, termasuk tonsilitis dan faringotonsilitis. Ada atau tidak adanya tonsil tidak mempengaruhi kerentanan, frekuensi atau perjalanan atau komplikasi penyakit. (Behrman K, 1999)
3. Faringitis akut adalah menunjukkan pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan. (Behrman K, 1999)
4. Faringitis akut adalah Inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70 % dan sebagian lagi oleh bakteri. Streptokokus group A adalah organisme bakteri paling umum yang menyebabkan faringitis akut. (Smeltzer, 2001)
Penyakit faringitis tidak lazim ada pada anak di bawah 1 tahun. Insidennya lalu naik sampai puncaknya pada 4-7 tahun, tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan kehidupan dewasa. Tenggorok (termasuk tonsil) adalah sisi anatomis yang terpenting dari faringitis (sakit tenggorok).
B. Klasifikasi
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan.
2. Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Luetika
1) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.
2) Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.
3) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi untuk tumuhnya guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.
b. Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.
Sumber: Adams, 1997; 328 & Iskandar, dkk, 1993;170
C. Etiologi
1. Virus
Adenovirus, virus epstein barr, herpes simpleks, virus parainfluenza, enterovirus, v. Sinsitium pernapasan, virus influenza (A & B).
2. Streptokokus-hemolitikus grup A
Adalah satu-satunya agen penyebab infeksi bakteri yang lazim dan kecuali selama epidemi, infeksi ini mungkin meliputi kurang dari 15 % kasus.
3. Mikoplasma dan arcanobacterium hemolytieum.
4. Infeksi gonokokus faring dapat terjadi akibat felasio (hubungan kelamin melalui mulut)
5. Pneumokokus, Basilus influenza
Sumber: Behrman, 1999; 1458
D. Patofisiologi
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.
Sumber: Adams, G.L, 1997: 328
E. Manifestasi Klinis
1. Mengeluh rasa kering / gatal pada tenggorok.
2. Malaise dan sakit kepala
3. Suhu tubuh meningkat
4. Nyeri
5. Disfagia
6. Suara parau à Proses peradangan menyertai laring
7. Batuk
8. Edema Faring
Sumber: Adams, G L, 1997; 328
Berdasarkan besar kecilnya anak makamanifestasi klinis penderita faringitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Anak yang lebih kecil
a. Demam
b. Malaise umum
c. Anoreksia
d. Sakit tenggorok sedang
e. Sakit kepala
f. Hiperemia ringan sampai sedang
2. Anak yang lebih besar
a. Demam(dapat mencapai 400C)
b. Sakit kepala
c. Anoreksia
d. Disfagia
e. Nyeri abdomen
f. Muntah
g. Faring edema, merah ringan
1) Hiperemia tonsil dan faring dapat meluas ke palatum lunak dan uvula
2) Sering menimbulkan eksudat folikuler yang menyebar dan menyatu membentuk pseudomembran pada tonsil
3) Kelenjar servikal membesar dan nyeri tekan
Sumber: Wong, D, 2003; 458
Berdasarkan penyebabnya, manifestasi klinis faringitis dapat dibagi dua, tetapi ada banyak tanda dan gejala yang tumpang tindih dan sulit dibedakan antara satu bentuk faringitis dengan yang lain.
1. Faringtis Virus
a. Tanda awal: Demam, malaise, anoreksia dengan nyeri tenggorokan sedang
b. Suara parau, batuk dan rinitis
c. Pada kasus berat dapat terbentuk ulkus kecil pada palatum lunak dan dinding faring posterior.
d. Eksudat.
2. Faringitis Steptokokus
a. Pada anak umur lebih dari 2 tahun: Nyeri kepala, nyeri perut, muntah.
b. Demam 40oC kadang tidak tampak
c. Pembesaran tonsil dan tampak eksudat dan eritema faring
d. Disfagia
e. Kemerahan difus pada tonsil dan dinding penyangga tonsil dengan bintik-bintik petekie palatum lunak, limfadenitis atau eksudasi folikuler.
Sumber: Behrman, 1999; 1458
F. Komplikasi
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.
G. Penatalaksanaan
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diit ringan
5. Obat kumur hangat (Adams, 1997; 330)
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae diberikan air yang lebihhangat. Anjurkan setiap 2 jam.
Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan (Smeltzer, 2001; 549)
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega tenggorokan bila perlu.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
Nilai Normal
Tipe SDP Dewasa Anak
(sama dengan dewasa kecuali)
% ul
Neutrofil
Eosinofil
Basofil
Monosit
Limfosit 50-70
1-3
0,4-1,0
4-6
25-35 2500-7000
100-300
40-100
200-600
1700-3500 Bayi baru lahir: 61%; 1 th:32%
1- 1 sampai 12 th: 4% - 9%
2- Bayi baru lahir: 34 %; 1 th: 60%;
3- 6 th: 42%; 12 th: 38%
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
Tabel Pengukuran AGD
No Pengukuran Simbol Nilai Normal
1
2
3
4
5 Tekanan Karbon dioksida
Tekanan Oksigen
Prosentase Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi ion Hidrogen
Bikarbonat PaCO2
PaO2
SaO2
pH
HCO3 35-45 mmHg
80-100 mmHg
97
7,35-7,45
22-26 mEq/L
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN FARINGITIS
DENGAN FARINGITIS
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.
3. Observasi
a. Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
b. Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
c. Adanya suara serak, stridor, dan batuk
d. Perilaku: gelisah, takut
e. Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan menelan.
f. Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dispnea
B. Pathway Keperawatan
Virus / Bakteri
Lapisan epitel dinding faring
Faringtis
Malaise Proses Inflamasi Disfagia, Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari keb Tubuh
Bedrest Sakit Tenggorok
Nyeri Akut
Penumpukan Sekret
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Adanya Organisme Infektif
Resiko Tinggi Infeksi
Keterbatasan Informasi
Kurang Pengetahuan
Cemas
Lapisan epitel dinding faring
Faringtis
Malaise Proses Inflamasi Disfagia, Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari keb Tubuh
Bedrest Sakit Tenggorok
Nyeri Akut
Penumpukan Sekret
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Adanya Organisme Infektif
Resiko Tinggi Infeksi
Keterbatasan Informasi
Kurang Pengetahuan
Cemas
Sumber: Adams, G L, 1997; 328
Iskandar, dkk, 1993; 162
Mansjoer, dkk, 2001; 118
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
4. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi
D. Intervensi
1. DX I
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
NOC:
NOC 1: Level Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f. Perubahan TTV
Tabel Skala Nyeri
Skala 0 1 - 3 4 - 6 7 - 9 10
Tingkatan Nyeri Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Tak Tertahankan
NOC 2: Kontrol Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien terkontrol dengan skala hasil 4
Kriteri Hasil:
a. Mengenal faktor penyebab
b. Gunakan tindakan pencegahan
c. Gunakan tindakan non analgetik
d. Gunakan analgetik yang tepat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nyeri
a. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.
b. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
c. Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.
d. Berikan analgetik dengan tepat.
e. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
f. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi musik, distraksi)
2. DX II
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
NOC: Status Pernapasan: Ventilasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien kembali efektif dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Tidak ada dipsneu
c. Sekret dapat keluar
d. Mampu batuk efektif
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Pengelolaan Jalan Napas
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
c. Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
d. Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
e. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
f. Kaji vital sign dan status respirasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen
3. DX III
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan
NOC: Status nutrisi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan pemasukan nutrisi
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d. Daya tahan tubuh adekuat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ketahui makanan kesukaan pasien
c. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
d. Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi
e. Timbang BB pada interval yang tepat
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai
4. DX IV
Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
NOC: Control Cemas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga tidak mengalami kecemasan dengan skala hasil 4.
Kriteria Hasil:
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC: Penurunan Kecemasan
a. Tenangkan Klien
b. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
c. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
d. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.
e. Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.
5. DX V
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder dengan skala hasil 4.
NOC: Pengendalia Resiko
Kriteria Hasil:
a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Pengendalian Infeksi
a. Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan, malaise)
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah, malnutrisi)
c. Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.
d. Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
e. Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
f. Kolaborasi: pemberian antibiotik
6. DX VI
Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi
NOC: Pengetahuan: proses penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan skala hasil 4
Kriteria Hasil:
a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC:
a. NIC 1: Health Care Information exchange
1) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain
2) Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan
3) Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
4) Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.
5) Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan
b. NIC 2: Health Education
1) Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi dalam perilaku kesehatan.
2) Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu, keluarga/lingkungan.
3) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.
4) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat perilaku kondusif.
E. Evaluasi
DX Kriteria Hasil Ket Skala
I NOC 1
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f. Perubahan TTV
NOC 2
a. Mengenal faktor penyebab
b. Gunakan tindakan pencegahan
c. Gunakan tindakan non analgetik
d. Gunakan analgetik yang tepat
II a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Tidak ada dipsneu
c. Sekret dapat keluar
d. Mampu batuk efektif
III a. Mempertahankan pemasukan nutrisi
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d. Daya tahan tubuh adekuat
IV a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
V a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko.
VI a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d. Daya tahan tubuh adekuat
IV a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
V a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko.
VI a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, ed.6. Jakarta: EGC.
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.2, ed.15. Jakarta: EGC.
Iskandar, Nurbaiti, dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, ed.2. Jakarta: Balai penerbit FKUI..
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.
Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 1. Jakarta: Media Ausculapius.
MsCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC. Jakarta: Morsby
NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed.4. Jakarta: EGC.