Film Tentang Kesehatan Golden Time (2012)

Download Golden Time (2012) HDTV 720p [Episode 1 2] Ganool

Info : http://wiki.d-addicts.com/Golden_Time
Release Date : 2012
Genre : Medical | Romance
Cast : Lee Sun Gyun as Lee Min Woo,Hwang Jung Eum as Kang Jae In,Lee Sung Min as Choi In Hyuk And Song Sun Mi as Shin Eun Ah
Quality : HDTV 720p
Encoder : ShahaBct@Ganool
Source : Thanks To KOR And Hanrel
Total Ep : 20
Size : 600MB Per EP

Dimalam yang cerah ini ane mau share Film tentang kesehatan "Golden Time" apa bila teman-teman tahu keperawatan kegawatdaruratan dan kedokteran pasti tahu arti "golden Time" dalam Pertolongan pertama.

Description:
Satu jam Anda harus menyelamatkan kehidupan seorang pasien setelah cedera traumatik dalam ilmu kegawatdaruratan yaitu "Golden Time" atau waktu emas. Dr Lee Min Woo belajar ini semua terlalu cepat karena ia mulai bekerja sebagai seorang dokter gawat darurat di rumah sakit perkotaan. Dr Kang Jae In adalah penduduk pertama yang menemukan bahwa dia adalah pewaris sebuah yayasan yang memiliki rumah sakit. Dapatkah mereka belajar untuk menjadi dokter besar dari Dr Choi Dalam Hyuk, seorang ahli bedah trauma ternama yang menempatkan pasien sebelum segala sesuatu yang lain dalam hidupnya?




Download Filmnya Dibawah ini:

Via Mediafire

Single Link Via Jumbofiles
 





Sumber: Ganool.com

 


Download Kamus Istilah Keperawatan gratis

Pada sore nan cerah di langit Purwokerto, saya akan sharing tentang Ebook Keperawatan yang pertama saya buat dari pada Stress mikirin UAP yang bikin Otak syok berat, akral dingin, sampai peningkatan Tekanan Darah. Ebook ini masih jauh dari kesempurnaan dan saya menyarankan hanya untuk tambahan materi atau pedoman kuliah teman-teman jangan samakan dengan Dorland.hehehe

Tapi bila teman-teman minat bisa sedot aja langsung ke TKP

Tunggu 5 detik klik Skip di pojok kanan atas

WOW!!! KAMUS KEDOKTERAN GRATIS KLIK DISINI


Buli

Buli merupakan suatu organ berongga yang terletak dibelakang tulang simfisis pubis dan menempati sebagian besar rongga pelvic. Dalam keadaan buli penuh, letaknya lebih tinggi dari tulang simpisis pubis sehingga dapat diraba atau diperkusi dari luar. Bila isi buli melebihi kapasitas buli over distensi, baik akut maupun kronis, maka usus akan terdorong ke atas dan benjolan dapat terlihat dari luar. Berdasarkan topografinya pada laki-laki di bagian posterior buli terdapat vesika seminalis, vasdeferen, ureter dan rectum. Daerah fundus dan posterior dilapisi oleh peritoneum. Secara garis besar dibagi atas dua komponen yaitu : korpus yang terletak diatas orifisium ureter, dan dasar buli yang terdiri dari trigonum posterior deep destrusor dan dinding anterior buli. Secara histologis otot longitudinal dari dasar buli meluas kearah distal kedalam uretra membentuk lapisan longitudinal yang melingkari leher buli. (Harrison Simon CW, 1994 & Tanagho E.A ,1992)
Buli
Buli
Dinding buli terdiri dari 3 lapisan otot detrusor yang arah seratnya saling menyilang sedemikian rupa sehingga kontraksi otot-otot tersebut menyebabkan buli mengkerut, dengan demikian terjadi pengosongan isi rongga. Ureter bermuara pada trigonum buli dengan menembus otot detrusor secara oblig. Perjalanan ureter yang seperti ini dapat memberikan suatu mekanisme katup untuk mencegah kembalinya urin dari buli ke ginjal.( Steer W.D.,1998)
Ada tiga fungsi utama buli yaitu : sebagai reservoir urin, fungsi ekpulsi urin, dan anti refluk. Sebagai reservoir buli-buli berkapasitas 200-400 cc. Fase pengisian buli ditandai dengan penyesuaian volume buli-buli terhadap peningkatan jumlah urin pada suatu tekanan yang rendah,  kurang 20 cm H2O. Dengan penuhnya volume buli-buli akan menyebabkan peregangan dinding yang dapat merangsang reseptor sehingga otot buli berkontraksi, tekanan dalam buli meningkat dan uretra posterior membuka. Keadaan ini dirasakan sebagai perasaan ingin kemih, namun masih dapat diatur secara volunter oleh spingter eksterna.
Pada waktu ekpulsi tekanan buli meningkat 70-100 cmH2O. Kegagalan pada mekanisme penyimpanan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal atau inkontinensia (Tanagho E.A. ,J.W. McAninch,1992)


Ginjal

Anatomi Ginjal

1.  Makroskopis
Ginjal
terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa  berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.
Ginjal
Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam.  Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan  ginjal kiri untuk memberi tempat  lobus hepatis dexter yang besar.  Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores.
Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773).
2. Mikroskopis
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995)
Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
3.  Vaskularisasi ginjal

Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995).
Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995).
4. Persarafan Pada Ginjal

Menurut Price (1995) “Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal”.

Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal adalah
a)      memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b)      mempertahankan  keseimbangan cairan tubuh,
c)      mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
d)     mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
e)     Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
f)     Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
g)    Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
Tahap Pembentukan Urine :
1. Filtrasi Glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
pembentukan-urine
2.  Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3.  Sekresi

Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

Bahan Bacaan
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC


Anatomi Fisiologi Airway Breathing

Anatomi Dan Fisiologi Airway Dan Breathing. Pengelolaan airway dan breathing berfungsi untuk mempertahankan oksigenasi otak dan bagian tubuh lainnya, merupakan  hal yang penting dalam penanganan penderita , jika tidak maka penderita akan meninggal dengan cepat.
Sistem respirasi memiliki dua fungsi utama, yaitu :
  1. Berfungsi menyediakan oksigen bagi sel darah merah yang kemudian akan membawa oksigen tersebut ke seluruh tubuh. Dalam proses metabolisme aerobik, sel tubuh menggunakan oksigen sebagai bahan bakar dan akan memproduksi karbon dioksida sebagai hasil sampingan.
  2. Pelepasan karbon dioksida dari tubuh merupakan tugas kedua dari sistem respirasi. Ketidakmampuan sistem respiratorik dalam menyediakan oksigen bagi sel atau melepaskan karbondioksida, akan menimbulkan kematian.
Kematian oleh karena masalah airway pada trauma disebabkan oleh :
  • Kegagalan dalam mengenal airway yang tersumbat sebagian atau ketidakmampuan penderita untuk melakukan ventilasi dengan cukup. Gabungan obstruksi jalan nafas dengan ketidak cukupan ventilasi dapat menyebabkan hipoksia sehingga akan mengancam nyawa. Keadaan seperti ini mungkin terlupakan bila ditemukan perlukaan yang nampaknya lebih serius.
  • Adanya kesulitan teknis dalam menjaga jalan nafas dan teknis membantu ventilasi. Intubasi yang salah akan memperburuk ventilasi dan dengan cepat dapat mengakibatkan kematian bila tidak dikenali secara dini.
  • Aspirasi isi gaster.
Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari jalan nafas atas, jalan nafas bawah dan paru. Setiap bagian sistem ini memainkan peran yang penting dalam proses pernafasan, yaitu dimana oksigen dapat masuk ke aliran darah dan karbon dioksida dilepaskan.
Jalan Nafas Atas
Jalan nafas atas merupakan suatu saluran terbuka yang memungkinkan udara atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke alveoli. Jalan nafas atas terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, laring, trakea. Udara yang masuk dari rongga hidung akan mengalami proses penghangatan, pelembaban dan penyaringan dari segala kotoran. Setelah rongga hidung dapat dijumpai daerah faring, mulai dari bagian belakang palatum mole sampai ujung bagian atas esofagus.
Faring terdiri atas tiga bagian, yaitu:
  1. Naso faring  (bagian atas) di belakang hidung.
  2. Orofaring (bagian tengah) dapat dilihat saat membuka mulut.
  3. Hipofaring (bagian akhir), sebelum menjadi laring.
Di bawah faring terdapat esofagus dan laring yang merupakan permulaan jalan nafas bawah. Di dalam laring terdapat pita suara dan otot-otot yang dapat membuatnya bekerja, serta terdiri dari tulang rawan yang kuat. Pita suara merupakan suatu lipatan jaringan yang mendekat di garis tengah.
Tepat diatas laring, terdapat struktur yang berbentuk daun yang disebut epiglotis. Epiglotis berfungsi sebagai pintu gerbang yang akan mengantarkan udara yang menuju trakea, sedangkan benda padat dan cair akan dihantarkan menuju esofagus. Dibawah laring, jalan nafas akan menjadi trakea yang terdiri dari cincin-cincin tulang rawan.
Jalan Nafas Bagian Bawah
Terdiri dari bronkus dan percabangannya serta paru-paru. Pada saat inspirasi udara masuk melalui jalan nafas atas menuju jalan nafas bawah sebelum mencapai paru-paru. Trakea terbagi menjadi dua cabang, yaitu bronkus utama kanan dan bronkus utama kiri. Masing-masing bronkus utama terbagi lagi menjadi beberapa bronkus primer dan kemudian terbagi lagi menjadi bronkiolus.
Fisiologi Sistem Pernafasan
Ketika udara atmosfer mencapai alveoli, oksigen akan bergerak dari alveoli melintasi membran alveolar kapiler dan menuju sel darah merah. Sistem sirkulasi kemudian akan membawa oksigen yang telah berikatan dengan sel darah merah menuju jaringan tubuh, dimana oksigen akan digunakan sebagai bahan bakar dalam proses metabolisme.
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada membran alveolar kapiler dikenal dengan istilah difusi pulmonal. Setelah proses pertukaran gas selesai (kadar karbondioksida yang rendah) akan menuju sisi kiri jantung, dan akan dipompakan ke seluruh sel dalam tubuh.
Saat mencapai jaringan, sel darah merah yang teroksigenasi ini akan melepaskan ikatannya dengan oksigen dan oksigen tersebut digunakan untuk bahan bakar metabolisme. Juga karbondioksida akan masuk sel darah merah. Sel darah merah yang rendah oksigen dan tinggi karbondioksida akan menuju sisi kanan jantung untuk kemudian dipompakan ke paru-paru.
Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah bahwa alveoli harus terus menerus mengalami pengisian dengan udara segar yang mengandung oksigen dalam jumlah yang cukup.
Proses pernafasan sendiri ada dua yaitu inspirasi (menghirup) dan ekspirasi (mengeluarkan nafas).
Inspirasi dilakukan oleh dua jenis otot:
  1. Otot interkostal, antara iga-iga. Pernafasan ini dikenal sebagai pernafasan torakal. Otot dipersarafi oleh nervus interkostalis (torakall 1 – 12)
  2. Otot diafragma, bila berkontraksi diafragma akan menurun. Hal ini dikenal sebagai pernafasan abdominal, dan persarafan melalui nerfus frenikus yang berasal dari cervikal 3-4-5.

Pusat pernafasan ada di batang otak, yang mendapat rangsangan melalui baro reseptor  yang terdapat di aorta dan arteri karotis. Melalui nervus frenikus dan nervus interkostalis akan menjadi pernafasan abdomino-torakal (pada bayi disebut torako-abdominal).
Dalam keadaan normal volume udara yang kita hirup saat bernafas  dikenal sebagai tidal volume. Bila membutuhkan oksigen lebih banyak maka akan dilakukan penambahan volume pernafasan melalui pemakaian otot-otot pernafasan tambahan.
Jika tidal volume adalah 7 cc/kg Berat Badan, maka pada penderita dengan berat 70 kg, tidal volumenya 500 cc. Dengan frekuensi nafas 14 kali / menit, maka volume permenit 500 × 14 = 7000 cc / menit.
Bila pernafasan lebih dari 40 kali / menit, maka penderita harus dianggap mengalami hipoventilasi (nafas dangkal). Baik frekuensi nafas maupun kedalaman nafas harus dipertimbangkan saat mengevaluasi pernafasan. Kesalahan yang sering terjadi adalah anggapan bahwa penderita dengan frekuensi nafas yang cepat berarti mengalami hiperventilasi.


Transfusi Darah

Transfusi Darah 
Oleh :
Diana Kusumawati S.Kep.Ns
TERAPI DARAH DAN KOMPONEN DARAH
 A. Syarat-syarat pendonor darah :
Berat badan harus lebih dari 50 Kg untuk donor standart 450 ml. donor yg berat badannya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan sesuai dgn berat badannya
Suhu tidak boleh melebihi 37,5 C
Denyut nadi harus teratur antara 50 smp 100 x/I
Tekanan sistol harus diantara 90 -180 mmHg
Kadar Hb pd wanita paling tidak 12,5 gr/dl dan pria 13,5gr/dl
Usia minimal 18 thn Karena pertimbangan kebutuhan besi yg tinggi pada akil balik .
batas atas 65 thn karena meningkatnya insiden penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler

Pendonor harus dalam keadaan sehat dan harus bebas dari faktor dibawah ini :
Transfusi Darah 
Riwayat hepatitis sekarang atau terdahulu / riwayat kontak dekat dgn pasien hepatitis / dialisis dlm 6 bln terakhir
Riwayat sifilis dan malaria yg tidak diobati, karena penyakit ini dapat ditularkan melalui transfusi meskipun sdh setahun sebelumnya. orang yg sdh bebas gejala dan bebas terapi selama 3 thn setelah menderita malaria diperbolehkan menjadi donor
Riwayat atau terdapat bukti penyalah gunaan obat dgn cara menyuntik sendiri karena banyak pengguna obat intravena adalah karier hepatitis dan resiko terjadi AIDS tinggi pada kelompok ini
Riwayat kemungkinan pajanan HIV seperti : melakukan sex anal, kontak sex dgn bannyak pasangan dan pengguna obat intravena
Infeksi kulit karena kemungkinan mengkontaminasi jarum flebotomi
Riwayat asma, urtikaria, alergi obat karena hipersensitif dapat ditransmisi secara pasif ke resipien
Kehamilan dalam 6 bulan terakhir karena kebutuhan nutrisi yg tinggi pada ibu hamil
Riwayat terpajan penyakit menular dalam 3 minggu karena ada resiko penularan ke resipien
Riwayat donor darah dlm 56 hari terakhir

Transfusi Darah


B. Darah dan Komponen Darah
1unit darah yang telah diambil dari donor mengandung sekitar 450 ml darah dan 60-70ml anti koagulan. Pengawet yg berfungsi sbg anti koagulan dan menyediakan gula untuk metabolisme sel darah merah
Darah dapat disimpan pada 1- 6 Derajat Celsius di Bank darah selama 21-35 hari
Tergantung jenis pengawet atau anti koagulan yg dipakai
Setelah itu harus dibuang karena sdh banyak sel darah merah yg mati secara invivo
Darah yang sudah tersimpan lebih dari 24 jam tidak lagi mengandung trombosit
Macam-macam transfusi
Transfusi sel darah merah
Transfusi plasma
Transfusi albumin
Transfusi darah masih
Sebagai penggantian volume darah total penderita yang disimpan kurang dari 24 jam
Transfusi pada bagian kedaruratan medik misal: kecelakaan, ruang pembedahan / bagian kebidanan jika penderita mengalami perdarahan hebat, syok hipovolemik akut
Indikasi untuk transfusi sel darah merah
Kehilangan darah yg akut
Jika darah hilang karena trauma/pembedahan,maka penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan
Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yg harus diberikan
Jika < dari separuh maka konsentrasi sel darah merah dan plasma yg diberikan
Transfusi darah pra bedah
Kadar Hb 80 gr/l atau kurang maka penderita harus ditransfusi, bila kadar Hb antara 80 dan 100 gr/l setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan
c. Anemia defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidaka dapat ditransfusikan kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera / yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral
d. Anemia yg berkaitan dengan kelainan menahun
Pada penderita penyakit keganasan, artritis rematoid

Transfusi Darah


e. Gagal ginjal
Anemia berat yg berkaitan dgn gagal ginjal seharusnya diobati baik dgn transfusi sel darah merah maupun dgn eritropoitin
f. Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitostatika atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yg lain
g. Penderita yg tergantung transfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik
h. Penyakit hemolitik neonatus
Jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia
i. Indikasi lain untuk transfusi
Malaria berat, septikemia meningokokus

Uji Agent padaTransfusi
HBSAg Untuk mengetahui Penyakit hepatitis
Anti body terhadap HIV
Uji Mikrobiologi mencakup penyaringan selektif titer tetanus
Uji Lain yaitu : uji serologis untuk memastikan golongan darah (A,B atau O)
Prosedur Pemberian Transfusi Darah
A. Pra prosedur
Periksa kembali apakah klien telah menandatangani inform consent
Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai
Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan
Jelaskan prosedur pada pasien

5. Saat menerima darah atau komponen darah :
Periksa ulang label dgn perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO nya sesuai dgn catatan
Periksa adanya gelembung darah dan warna abnormal serta pengkabutan
Periksa jumlah dan jenis darah donor sesuai dgn catatan resipien

Periksa identitas pasien dgn menanyakan nama dan memeriksa gelang identitas
Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis darah resipien
Periksa TTV sbg dasar perbandingan tanda vital selanjutnya

B. Pelaksanaan
Pakai sarung tangan
Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi
Jangan sekali menambahkan obat ke dalam darah atau produk darah
Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dlm 30 menit setelah dikeluarkan dari pendingin
Bila darah harus dihangatkan,maka hangatkan dlm penghangat darah in – line dgn sistem pemantauan
Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pd vena
Gunakan selang khusus yg memiliki filter darah untuk mennyaring bekuan fibrin dan partikel lainnya

Untuk 15 menit pertama berikan transfusi secara perlahan tidak lebih dari 5 ml/ menit
Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping
Apabila tdk ada efek samping dlm 15 mnt pertama, naikkan kecepatan aliran kecuali pasien beresiko kelebihan sirkulasi
Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi
Perhatikan bahwa waktu pemberian tdk melebihi 4 jam karena akan terjadi peningkatan resiko proliferasi bakteri
Siagalah thd adanya reaksi transfusi
Reaksi Transfusi
Suatu reaksi yg dpt terjadi setelah pemberian darah, komponen – komponen darah atau berbagai cairan secara intravena
Reaksi yg terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik atau transmisi penyakit infeksi

1.Reaksi pirogen
Ditandai dengan : pasien kedinginan /menggigil diikuti demam biasanya 1jam setelah transfusi.biasanya menggigil akan menghilang setelah 15-30 menit, sedangkan demam akan menetap dlm sampai beberapa jam. Reaksi ini terjadi oleh karena sensitivitas thd sel darah putih, trombosit atau protein plasma donor
Penangananya : pasien diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat atau obat anti piretik

2.Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas dari pasien thd komponen yg tdk diketahui dari donor darah. Reaksi ini sering terjadi dan dihubungkan dgn kemungkinan transmisi antibodi dari donor. Klien mengalami urtikaria (biduran)/gatal-gatal menyeluruh yg ditransfusikan atau transfer pasiv antibodi dari donor yg bereaksi dgn berbagai antigen yg dipaparkan kpd resipien.
b. Penatalaksanaan :
Transfusi segera dihentikan
Reaksi ringan dan berespon thd antihistamin
Reaksi berat diberikan epinefrin parenteral
Reaksi ini dapat dicegah dgn pemberian anti histamin sebelum transfusi
3. Reaksi hemolitik
Reaksi ini disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas plasma atau serum dan pemberian cairan non isotonik.
Transfusi Darah
 Reaksi yg paling berbahaya, terjadi bila darah donor tdk sesuai dgn golongan darah resipien, antibodi dlm plasma resipien akan segera bergabung dgn antigen pada eritrosit donor dan sel tsb sgr mengalami hemolisis baik dlm sirkulasi maupun dlm sistem retikuloendotelial Transfusi Darah. Fase akut ini terjadi dlm 1 jam pertama, kematian dpt terjadi pd hari ke 5 – 14
Ditandai dengan :
Rasa tidak enak dan gelisah
Kesukaran dlm bernafas
Muka menjadi merah (Flusing)
Sesak nafas, tekanan darh menurun
Mual dan muntah – muntah


b. Penatalaksanaan :
Hentikan transfusi
Berikan diuretik
Jika terdapat anuria kemungkinan besar terjadi gagal ginjal

4. Transmisi Penyakit menular
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus ditanyakan dahulu apakah pasien pernah menderita penyakit tsb dan apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah endemis malaria

Intervensi keperawatan pada reaksi transfusi
Transfusi set dilepaskan, namun jalur intra vena harus tetap diertahankan dgn larutan NS (0,9%)
Kantong darah dan selang disimpan
Gejala ditangani sesuai dengan resep dokter dan tanda vital dipantau terus
Ambil darah pasien untuk pemeriksaan kadar Hb, kultur dan penentuan ulang golongan darah
Sampel urin harus segera dikirim kelaboratorium
Bank darah diberitahu bahwa telah terjadi kecurigaan reaksi transfusi
Reaksi harus dicatat sesuai dgn kebijaksanaan institusi


Sistem Pencernaan

Sistem Pencernaan
PENGERTIAN
Sistem Pencernaan
adalah Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar yg kemudian mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh.
SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN
  1. Mulut
  2. Faring
  3. Osofagus
  4. Ventrikulus / Gaster
  5. Intestinum minor (usus halus)
  6. Intestinum mayor (usus besar)
  7. Rektum
  8. Anus
ANATOMI SISTEM PENCERNAAN
MULUT

Merupakan permulaan dari sal.pencernaan yg tdd :
Bagian luar / vestibula
Bagian dalam / rongga mulut
- sisi-sisinya : tulang maxilaris & semua gigi
- Atas : Palatum
- Dasar : Lingua
- Belakang : Mandibularis yg bersambung dg
pharinx
1. BIBIR
Bibir terdiri dari lipatan-lipatan muskuler yang mengelilingi mulut
Dalam bibir tedapat : M.ORBICULARIS ORIS,
pembuluh darah dan N.Labialis superior & N.Labialis inferior
Struktur ini keluar ditutupi oleh kulit dan kedalam oleh membran mukosa

 Sistem Pencernaan

2.PIPI
Mempunyai struktur yg sama dengan bibir
Otot utama dr pipi adalah M.BUCCINATOR
Fungsi : Menekan pipi kpd gigi – gigi geraham & mendorong makanan ke permukaan gigi
 supaya makanan tetap berada diantara gigi geraham pada saat dikunyah.
Bagian dalam pipi dilapisis oleh mukosa yang mengandung papila – papila
3. GIGI
Geligi ada 2 macam :
1. Gigi sulung
- Tumbuh pd anak usia 6 – 8 bln dan lengkap
pd usia 20 – 24 bln
- Jumlahnya 20 buah : 8 incicivus, 4 caninus,
8 premolar
2. Gigi tetap / permanen
- Tumbuh pd usia 6 – 18 tahun
- Jumlahnya 32 buah : 8 incicivus, 4 caninus,
8 premolar, 12 molar
Bagian dari gigi
1. Corona dentis ( mahkota gigi )
2. Cervix dentis ( leher gigi )
3. Radix dentis ( akar gigi )
- Gigi terbuat dari bahan yg sgt keras“DENTIN”
- Bagian atas dilapisi EMAIL yg lebih keras dentin
- Bagian bawah ditutupi oleh CEMENTUM
- Bagian tengah dentis terdapt PULPARIS yg terdiri
dari jaringan ikat, pembuluh darah dan syaraf
Fungsi gigi :
Incicivus : memotong makanan
Caninus : Memutuskan makanan yang keras
Molar : mengunyah makanan
4. PALATUM
Palatum ada 2 :
Palatum durum ( keras )
Palatum molle ( lunak) yg terdiri dari jaringan fibrosus dan selaput lendir. Ditengah palatum molle menggantung sebuah prosesus berbentuk kerucut yang disebut UVULA
5. LIDAH
Lidah terletak didasar mulut, mrpk organ yg berotot yg dpt bergerak
Fungsi utama : Mendorong makanan ke pharynx sewaktu menelan & mengucapkan kata – kata sewaktu berbicara
Fungsi lain : Mengaduk mekanan, alat pengecap dan merasakan makanan
Lidah dibagi mjd 3 bagian :
- Radix lingua ( pangkal lidah )
- Dorsum lingua ( punggung lidah )
- Apeks lingua ( ujung lidah)
Pada pangkal lidah tdp “EPIGLOTIS”
Punggung lidah bersifat kasar krn adanya “PAPILLAE LINGUAE”
1. Papilla Circumvallata
2. Papilla Foliata
3. Papilla Fungiformis
4. Papilla Filiformis
Ada 4 macam rasa kecapan pada lidah : Manis, asin, asam dan pahit
KELENJAR SALIVA
Ada 3 : K. Parotis, K. Submandibularis,K. Sublinguslis
1. Kelenjar parotis :
- Terbesar diantara kedua kelenjar lainnya
- Terletak didepan bawah telinga kanan & kiri
- Ductus Perotideus menembus M.Buccinator &
dan bermuara dipipi sebelah dalam, berhadapan
molar kedua atas
2. Kelenjar Submandibularis
Terletak dibawah kedua sisi tulang rahang
Duktus submandibularis melintas disebelah dalam nervus lengualis & bermuara di lubang yang terdapat pd satu papil kecil disamping frenulum linguae. Muara ini mudah dilihat bahkan sering terlihat liur yg keluar.
3. Kelenjar Sublingualis
- Kelenjar yg terkecil diantara kelenjar yg lain
- Letaknya dibawah lidah, tepatnay dikanan & kiri frenulum linguae
Fungsi kelenjar Saliva
Mengeluarkan saliva, dimana berfungsi untuk membantu dalam proses pencernaan
FARING
Mrpk organ yg menghubungkan rongga mulut dg esofagus
Terletak dibelakang rongga hidung dan rongga mulut, didepan ruas tulang belakang
Faring dibagi mjd 3 bagian :
1. Nasofaring  bermuara tuba eustachi
2. Orofaring, terletak dibelakang mulut
3. Laringofaring  menghubungkan antara orofaring dengan laring
OSOFAGUS
Mrpk saluran yg menghubungkan antara faring dengan lambung, panjangnya sekitar + 25 cm
Terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung. Osofagus menembus diagfragma masuk kedalam abdomen dan menyambung dengan lambung
Lapisan dari osofagus : lapisan Selaput lendir, Lapisan sub mukosa, Lapisan otot melingkar dan lapisan otot memnjang longitudinal




Sumber: http://www.perawatindonesia.org


Prinsip-Prinsip E K G


Pemasangan elektroda
Merah = lengan kanan
Kuning = lengan kiri
Hijau = tungkai kanan
Hitam = tungkai kiri
PEMBACAAN HASIL EKG
0 kotak kecil = 0,04 detik
laju QRS frekuensi 60 – 100 x mnt, kurang dari 60= bradikardi,
lebih dari 60 = takikardi
GELOMBANG NORMAL
P = Tegak (+), di I,II, Av1, V2-6 dan terbalik di Av1, mungkin terbalik di III, Av1,v1
Q = q kecil di I, II, AVF, V4-6, durasi 0,03 detik tinggi ¼ R,ukuran bervariasi di AVR
= Q besar dengan durasi 0,4 detik di III, abnormal di AVF dan III ( harus diagnosa), Q besar di AVL normal
QS = Semua negative kecuali di V1-2
R = Terbesar di I, V4-6
S = S dominant di V1-3, keciol dan progresif di V3-6,S mungkin ditemukan di I,II
T = Tegak di I,II, AVF, V2-6 terbalik di AVR, mungkin terbalik di III, AVL,V1
U = Tidak terlihat, sering terlihat terbalik di V2-4
GELOMBANG EKG PATOLOGI
· HYPERTROPI ATRIUM KIRI = P lebar, tegak dan bertakik di V4-6
· HYPERTROPI ATRIUM KANAN = P tinggi > 2,5 mm, runcing di II,III, AVF
· HYPERTROPI VENTRIKEL KIRI = R(I) dan S(III) . 2,6 mm, R pada AVL > 11 mm, R pada V1-5 > 52,6 mm, S pada V1+R pada V5 atau V6>3,5 mm, depresi ST, inverse 1, interval QRS antara 0,1 – 0,12
· HYPERTROPI VENTRIKEL KANAN = R tinggi di V1 > 5 mm,R:s pada V1>1mm, depresi ST, T terbalik pasa V1-3
· ISKEMIA MIOKARD = depresi ST . 1mm, horizontal dan menurun
· INFARK MIOKARD = elevasi ST > 1mm, T besar dan tegak lurus, setelah 1-3 hari T terbalik dan timbul Q yang abnormal yang menandakan infark transient, durasi Q <0,04>
Anterior kealinan di sandapan V2-4
Inferior kealinan di AVF
Lateral kelainan pada I, V6
Posterior kelainan jika R yang tinggi, T tegak pada V1-2
· PERIKARIDTIS = elevasi ST di semua sadapan kecuali AVR,AVL,V1,V2 dan T terbalik
· HIPERKALEMIA = T tinggi ramping dan runcing, P hilang, QRS melebar, takikardi ventrikel
· HYPOKALEMIA = depresi ST, T rendah, U besar di V2-4, U:T rasio > 1,0 mm
· HYPERKALSEMIA = interval Q-T memendek, T terdapat pada akhir QRS
· HYPOKALSEMIA = ST,QT memanjang


 
© 2010-2012 My Documentku